Home / Pernikahan / Terpaksa Menjadi Madu / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Terpaksa Menjadi Madu: Chapter 81 - Chapter 90

120 Chapters

Bersembunyi

Ayesha mengintip dari balkon atas. Dia menemukan sesuatu yang membuatnya merasa tak nyaman dan gelisah. Argi berada di dekat rumahnya lagi. Walau memang tak benar-benar di dekat rumahnya. Pria itu seolah tengah menunggunya sore itu. Ayesha takut jika pria itu kemari. Devan tak pernah datang lagi untuknya sejak kemarin dia pergi meninggalkannya. Itu membuatnya semakin cemas jika Argi semakin berani padanya di saat tak ada pria di keluarganya yang siaga untuknya. Pilihan yang tepat untuknya sekarang tak berada di rumahnya. Begitu Argi pergi karena menyadari rumahnya terlalu sepi, Ayesha segera mengemas beberapa pakaian ganti. Sesaat, dia merasakan tangannya yang terkilir masih sakit, namun memaksakan dirinya. Ayesha teringat akan penginapan yang letaknya tak begitu jauh. Namun setidaknya, bisa menjadi tempatnya bersembunyi dari Argi sesaat. Ayesha memesan taksi online untuk pergi dan menunggunya dengan sabar di rumah. Begitu mobilnya tiba, Ayesha segera mengunci rumah dan segera perg
Read more

Ditemukan Pemangsa

Ayesha mendecak pelan menatapi handphonenya yang kehabisan baterai saat di penginapan nanti listrik. Dia telah menunggu dari sore hari, namun listrik tak kunjung menyala. Ayesha pun keluar dari kamarnya dan hendak mendatangi pemilik penginapan jika listriknya belum nyala juga. Perempuan itu menggunakan jaketnya dan keluar. Cuaca belakangan ini berangin, dan anginnya semakin besar di malam hari. Ayesha berjalan sendirian dan bertemu dengan penginap lain yang tampaknya juga kesal karena mati listrik. “Permisi, udah komplain ke Bu Rina?” tanya Ayesha pada penginap lainnya. “Oh, ya, udah. Kamu mau komplain? Enggak perlu komplain lagi, katanya sebentar lagi nyala, kok.” “Oh, begitu. Baik, terima kasih.” Ayesha bersikap ramah padanya. Ayesha hendak kembali ke kamarnya. Namun, dia merasakan perutnya bergemuruh karena lapar. Di sekitar penginapan ada beberapa penjual makanan karena tempat itu juga cukup dekat dari tempat sebuah wisata. Perempuan itu mengurungkan niatnya untuk membeli mak
Read more

Argi yang Agresif

“A Izhar!” Devan berlari kecil setelah turun dari motornya untuk menemui Izhar. “Gimana?” Izhar tampak cemas setengah mati pada Ayesha, dia kemudian menatapi beberapa orang yang mengikuti Devan di belakangnya, yang kelihatannya sadar jika terjadi sesuatu dan siaga. “A Izhar sebelumnya berantem sama Ayesha enggak, sebelum Ayesha masuk rumah sakit?” tanya Devan, dia ingin mengkonfirmasi kemungkinan terbesar yang terjadi sekarang, antara Ayesha bersama dengan Argi secara aman, atau justru sebaliknya. “Ya, kami sempat berantem.” Izhar tak tahu bagaimana Devan tahu, namun dia menjawabnya dengan jujur dan sesuai fakta. “Apa Ayesha jatuh?” tanya Devan lagi. “Enggak, saya enggak akan menggunakan kekerasan, apa pun masalahnya,” jawab Izhar. “Ck! Kayaknya Ayesha jujur kalau dia diserang Argi,” terang Devan seraya menatap ke arah teman-temannya yang menunggu kelanjutan apa yang harus mereka lakukan. “Kamu tahu tentang itu? Apa Ayesha terluka?” tanya Izhar balik. “Ya. Saya ketemu Teh Nirm
Read more

Tragedi

“Rrgghhh!!” Ayesha mengeram kuat dan berpegangan sekuatnya pada kusen pintu. Sementara Argi menarik Ayesha dan dia juga panik karena kejahatannya akan diketahui orang yang berada di penginapan itu. Dia buru-buru menarik Ayesha agar Ayesha masuk. Namun pegangan Ayesha pada kusen pintu cukup kuat dan Ayesha berusaha memberontak terus. Argi yang tak bisa berpikir jernih karena ketakutan akhirnya malah membanting pintu dan langsung mundur. Itu membuat Ayesha menjerit sekeras-kerasnya karena jemarinya masih ada di pintu. Namun karena itu juga, pintu terbuka lebar dan Ayesha keluar seraya menahan sakit di jemarinya. Air matanya meleleh seketika. Beberapa kamar di penginapan itu terbuka. Mendengar jerit Ayesha membuat mereka tentunya tahu ada yang tak beres dengan tetangganya itu. Dan mereka segera menghampiri Ayesha yang terhuyung di depan kamarnya seraya menatapi jemarinya. “Hey, kenapa?” Para orang dewasa itu segera mendekati Ayesha yang menangis
Read more

Rusuh

Devan bersama yang lainnya terus mengejar Argi. Raungan motor mereka saling bersahutan di jalanan. Argi menoleh ke belakang, dia kaget setengah mati karena di belakangnya ada Devan dan beberapa temannya yang lain. Itu tentu membuatnya semakin panik. Devan menyamakan posisinya dengan Argi. Hingga kedua mereka hanya selisih beberapa jarak lagi sekarang. Devan melirik ke arah Argi yang berusaha menghindar. “Berhenti lo!” “Lo kenapa, anjir?!” Argi tahu, kemungkinan Ayesha menghubungi Devan tadi namun berusaha menyangkal. “Ke pinggir enggak lo?!” Devan semakin menaikkan suaranya. Karena Argi malah semakin melajukan motornya, Devan berusaha menyerempet Argi. Dan salah satu teman Devan menyeimbangkan kelajuannya juga sehingga Argi dikepung kanan-kiri. Argi menoleh ke kanan dan ke kiri lalu berusaha untuk semakin mengebut. Sayangnya, Devan dan temannya itu semakin nekat juga. Dan begitu Argi semakin terpepet, Argi harus berhenti ka
Read more

Menemani Ayesha Lagi

Ayesha tiba di rumah bersama Izhar tengah malam. Sementara Devan dan yang lainnya melepaskan Argi untuk malam itu lantaran kelihatannya Argi sendiri cukup bonyok setelah dipukul Devan dan Jeremy. Mereka juga singgah di rumah Ayesha dan dijamu langsung oleh Izhar, lantaran Ayesha harus beristirahat dan mengistirahatkan dirinya sendiri. “Gimana Ayesha?” tanya Devan saat Izhar keluar lagi sambil membawakan camilan. “Jari-jarinya bengkak, beberapa sampai berdarah. Enggak ada yang serius, kok,” jawab Izhar. “A Izhar masuk lagi aja, Devan yang di sini. Temani Ayesha,” ujar Devan. Izhar menganggukkan kepalanya dan kembali ke kamar Ayesha. Yang mana Ayesha sudah terbaring di kamarnya dan telah berganti pakaian. Bahkan untuk berganti perlu bantuan Izhar. Sebenarnya dia bisa sendiri, jika memaksakan. Namun karena ada Izhar, maka Izhar yang turun tangan membantu. “Udah makan belum?” tanya Izhar. “Belum, tadi beli sosis bakar tapi engg
Read more

Kedatangan Mertua

Pagi itu, Ayesha sarapan disuapi Izhar. Dia terlalu takut untuk menggunakan tangannya sendiri yang terluka. Karena disuapi Izhar, dia makan dengan lahap. Izhar juga turut makan selama menyuapi Ayesha. “Devan nanti bakal datang sama orang tuanya, katanya. Terus, Aa juga ngabarin Ibu sama Nirmala. Mungkin mereka bakal datang sebentar lagi,” ucap Izhar. “Ngapain?” tanya Ayesha, terdengar tak senang dengan kabar kedatangan mertuanya itu. “Jenguk kamu, apa lagi? Sementara, kayaknya Aa harus tinggal di sini untuk mengawasi kamu. Dan kalau-kalau om sama bibi kamu enggak bisa rawat kamu di sini, Ibu sama Nirmala bakal tinggal di sini buat ngerawat kamu,” jelas Izhar. Ayesha menghela nafasnya berat. “Ay enggak apa-apa, serius. Ay enggak usah dijagain.” “Makan aja enggak bisa. Kamu mau gimana kalau enggak ada siapa-siapa yang jaga kamu? Aa harus kerja, cuman bisa temani kamu di weekend,” jelas Izhar. “Lusa juga pasti tangan Ay udah b
Read more

Nuansa Hangat untuk Ayesha

Di rumah, Izhar merapikan rumah Ayesha tersebut. Semula ibunya enggan membantu, sementara Nirmala bagaimana pun juga tak tega jika harus melihat Izhar melakukan pekerjaan rumah sendirian, dia segera membantunya. Namun akhirnya, ibunya juga turut andil. Tak lama setelah rumah lebih rapi dan bersih, Devan datang bersama orang tuanya. Mereka berbincang-bincang sejenak mengenai kondisinya Ayesha, ketika Ayesha sendiri hanya asyik duduk menonton televisi di lantai atas. “Siapa sih, yang nyelakain Ayesha? Kok, bisa?” Bibi Diana tampaknya keheranan sendiri. “Wajar, dong! Kelakuannya Ayesha aja kayak gitu, enggak heran kalau banyak yang enggak suka sama dia.” Mayang bersikap sinis langsung di depan bibi Ayesha tersebut. Devan mengangkat kedua alisnya. Dia menatapi Nirmala yang duduk di sebelah Izhar. Dia yakin perempuan itu yang telah mematik api hingga timbul api di antara orang sekitar Ayesha. “Senakal-nakalnya Ayesha, Ayesha itu selalu be
Read more

Dibalik Ketidakadilan

“Nyuci baju, nyuci piring, nyapu, ngepel, semua pekerjaan rumah Ibu sama Nirmala yang kerjain. Sementara yang punya rumah, enak-enakan di kamar. Tiduran, tidur, nonton ... aduh, bersama punya tuan putri.” Ayesha menghela nafasnya berat mendengarkan keluhan mertuanya sepanjang hari saat suaminya tengah bekerja. Dirinya hanya menatapi televisi yang dipindahkan ke kamarnya, tanpa bisa mengganti saluran sama sekali. Untuk makan pun, dia lebih baik menunggu Izhar pulang dari pada meminta mertuanya atau bahkan Nirmala untuk menyuapinya. Begitu terdengar suara Izhar mengucap salam, tentu Ayesha langsung tersenyum dan mengangkat kepalanya. Akhirnya dia bisa makan. Dan dia menunggu Izhar dengan sabar. Kelihatannya, ibu mertuanya menahannya dan berbicara padanya, mengeluarkan keluh kesahnya.“Hah ... Bibi lebih baik, sih.” Ayesha mendecak pelan.Dan pria yang ditunggunya akhirnya datang. Izhar memasuki kamar sambil tersenyum melihat Ayesha yang hanya dudu
Read more

Menggoda Izhar

Ayesha membuka dan menutup jemarinya secara perlahan. Sudah tak terasa berdenyut atau sakit, dia bisa menggunakan tangannya lagi. Dia menatapi tangannya, masih teringat akan Argi yang membanting pintu di tangannya dan membuatnya agak takut berdiri lama-lama dekat pintu. Perempuan hamil itu tengah berjemur di pagi hari di teras rumah. Dan Devan datang pagi itu, dengan membawakan makanan tentunya, dari ibunya untuk keponakannya. “Wey, ngapain, tuh?!” Devan memasuki halaman dan langsung duduk di sebelah Ayesha. “Jemur, punggung gue sakit mulu belakangan ini,” jawab Ayesha seraya memegangi pinggangnya dan menegakkan punggungnya yang sedang dia jemur di bawah sinar matahari. “Wajar itu, kandungan lo udah masuk lima bulan. Sebentar lagi lo melahirkan dong, ya?” “Masih lama, anjir! Empat bulanan lagi,” sahut Ayesha agak sewot. “Deket itu, waktu enggak akan kerasa Ay. Nah, nyokap gue bawain lo rendang, kesukaan lo.” Devan menyodork
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status