Beranda / Pernikahan / Terpaksa Menjadi Madu / Dibalik Ketidakadilan

Share

Dibalik Ketidakadilan

Penulis: sherina vellyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Nyuci baju, nyuci piring, nyapu, ngepel, semua pekerjaan rumah Ibu sama Nirmala yang kerjain. Sementara yang punya rumah, enak-enakan di kamar. Tiduran, tidur, nonton ... aduh, bersama punya tuan putri.”

Ayesha menghela nafasnya berat mendengarkan keluhan mertuanya sepanjang hari saat suaminya tengah bekerja. Dirinya hanya menatapi televisi yang dipindahkan ke kamarnya, tanpa bisa mengganti saluran sama sekali. Untuk makan pun, dia lebih baik menunggu Izhar pulang dari pada meminta mertuanya atau bahkan Nirmala untuk menyuapinya.

Begitu terdengar suara Izhar mengucap salam, tentu Ayesha langsung tersenyum dan mengangkat kepalanya. Akhirnya dia bisa makan. Dan dia menunggu Izhar dengan sabar. Kelihatannya, ibu mertuanya menahannya dan berbicara padanya, mengeluarkan keluh kesahnya.

“Hah ... Bibi lebih baik, sih.” Ayesha mendecak pelan.

Dan pria yang ditunggunya akhirnya datang. Izhar memasuki kamar sambil tersenyum melihat Ayesha yang hanya dudu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terpaksa Menjadi Madu   Menggoda Izhar

    Ayesha membuka dan menutup jemarinya secara perlahan. Sudah tak terasa berdenyut atau sakit, dia bisa menggunakan tangannya lagi. Dia menatapi tangannya, masih teringat akan Argi yang membanting pintu di tangannya dan membuatnya agak takut berdiri lama-lama dekat pintu. Perempuan hamil itu tengah berjemur di pagi hari di teras rumah. Dan Devan datang pagi itu, dengan membawakan makanan tentunya, dari ibunya untuk keponakannya. “Wey, ngapain, tuh?!” Devan memasuki halaman dan langsung duduk di sebelah Ayesha. “Jemur, punggung gue sakit mulu belakangan ini,” jawab Ayesha seraya memegangi pinggangnya dan menegakkan punggungnya yang sedang dia jemur di bawah sinar matahari. “Wajar itu, kandungan lo udah masuk lima bulan. Sebentar lagi lo melahirkan dong, ya?” “Masih lama, anjir! Empat bulanan lagi,” sahut Ayesha agak sewot. “Deket itu, waktu enggak akan kerasa Ay. Nah, nyokap gue bawain lo rendang, kesukaan lo.” Devan menyodork

  • Terpaksa Menjadi Madu   Jenis Kelamin Bayi Nirmala

    Hari itu, Izhar menemani Ayesha yang takut untuk keluar sendirian karena insidennya dengan Argi. Izhar menemani Ayesha pergi berbelanja, karena Ayesha mengaku jika Argi tahu dirinya sering berbelanja ke tempat itu. Dia khawatir akan bertemu lagi dengan Argi. Di supermarket, Ayesha sedang memilih lagi susu, dia mulai bosan dengan rasa yang lama dan tengah memilih rasa baru yang perlu dia coba menurutnya. “Habis ini mau ke mana dulu? Kamu mau mulai nyicil beli perlengkapan bayi juga, enggak?” tanya Izhar seraya menunggu Ayesha memilih. “Mm? Teh Mala udah mulai beli perlengkapan?” tanya Ayesha balik. “Ya, minggu kemarin Aa temani Mala beli perlengkapan bayi,” jawab Izhar seraya mengangguk. “Kalian udah tahu jenis kelamin bayinya?” Ayesha agak sedikit tertarik. “Mm, perempuan.” Izhar tersenyum dan menganggukkan kepalanya lagi, dia tampaknya senang. “Wah ...” Ayesha mendesis pelan, membayangkan jika anaknya juga peremp

  • Terpaksa Menjadi Madu   Merasakan Gerakan Pertama

    [“Aa mau ke luar kota, Senin Aa berangkat. Aa pulang hari Jumat, jadi pulang dari luar kota langsung ke rumah kamu. Kamu mau titip sesuatu khas kota itu enggak, Ay? Mau Aa bawain oleh-oleh apa?”]Ayesha tersenyum. Bahkan saat hendak bepergian, Izhar mengingatnya. Belakangan ini Izhar memang sering bepergian keluar kota, katanya menemui klien dan terjun ke lapangan pekerjaannya untuk melihat-lihat. Itu membuat Ayesha senang untuknya karena kelihatannya Izhar semakin punya banyak klien yang menggunakan jasanya. “Enggak usah, enggak apa-apa.” Ayesha tersenyum meski tak akan bisa dilihat Izhar sama sekali. [“Yakin, nih?”] “Iya.”*** Ayesha berjalan-jalan kecil di depan rumah sore itu. Karena cuacanya sangat bagus, Ayesha tak mau melewatkan kesempatan itu untuk menikmati indahnya sore. Dengan suara anak-anak kecil yang bermain tak jauh dari rumahnya, tampak menyenangkan dan membuatnya bernostalgia. Dia juga dulu suka sekali bermai

  • Terpaksa Menjadi Madu   Rencana Gender Reveal Party

    Ayesha menatapi handphonenya, di mana dirinya menonton sebuah konten gender reveal party. Dia sedikit tertarik dengan hal itu, mengadakan pesta kecil yang akan dihadiri oleh teman-temannya. Sebelumnya, mereka tak datang ke acara pernikahannya yang sangat sederhana. Toh, itu membuatnya ingin memberitahu Izhar jika dirinya ingin mengadakan pesta ini sebelum mereka mengetahui jenis kelamin bayinya. Dan dia berencana memberitahu Izhar saat Izhar pulang nanti. Izhar kadang mengunjunginya sebelum pulang ke rumah, singgah sejenak dan biasanya membawakan buah tangan untuk Ayesha. Melihat mobil suaminya datang, Ayesha tersenyum dan segera keluar untuk membukakan pagar.Begitu di dalam rumah, Ayesha menatapi Izhar yang tampak kelelahan dan menghela nafasnya berat. Izhar tak banyak bicara, hanya mendekat lalu mengecup keningnya, kemudian langsung ke kamar. Ayesha sendiri tahu jika Izhar hendak langsung mandi dan mengikutinya ke kamar. Ayesha menunggu suam

  • Terpaksa Menjadi Madu   Diketahuinya Jenis Kelamin Bayi

    “Lo enggak tahu diri, Ay!” Ayesha merutuk dirinya berkali-kali agar dirinya tak begitu kecewa dengan Izhar dan justru lebih kecewa kepada dirinya sendiri, karena telah menjadi dirinya sendiri selama ini. Karena jiwanya jatuh pada raga yang takdirnya menjadi sosok istri kedua. Perempuan itu tak lagi membahas tentang gender reveal dan Izhar sendiri tak lagi mengingat itu. Dia hanya melihat jika Ayesha baik-baik saja setelah semalam. Dan tak lagi berkata apa pun tentang itu. Namun, Ayesha lebih banyak diam. Izhar juga tak bertanya Ayesha kenapa. Karena dirinya pun dalam suasana hati yang masih agak kacau, mungkin karena banyak pikiran juga dan belakangan ini banyak pengeluaran yang harus dia siapkan untuk kelahiran dua anaknya dari istrinya yang berbeda. ‘Kenapa harus menjadi Ayesha? Kenapa harus jadi istri kedua?’ Pertanyaan itu memenuhi benak Ayesha selama di mobil menuju ke rumah sakit, dia hanya diam menatap ke bangunan yang dilewati.

  • Terpaksa Menjadi Madu   Ngidam

    “Makan sekarang?” Izhar menaruh keresek makanannya di meja dan menoleh pada Ayesha yang sudah menaiki beberapa anak tangga. “Enggak, nanti aja,” jawab Ayesha seraya berhenti sejenak dan menoleh lalu segera naik. Ayesha berdiam diri di kamar. Lantaran suasana hatinya sedang buruk karena Izhar yang agak berubah, di matanya. Izhar yang mendadak menjadi sensitif juga padanya dan bahkan cara bicaranya sangat tak enak didengar. Itu membuatnya tak ingin berada di dekat Izhar dulu. Perempuan itu duduk di sisi ranjang seraya mengusap perutnya pelan. Dia menghela nafasnya panjang. Masih berusaha menahan rasa sesak di dadanya. Perasaannya sedang sangat berantakan. Dan Izhar pulang lebih cepat dari biasanya. Biasanya dia akan pulang ke rumah Nirmala setelah sholat ashar, namun sehabis dzuhur pun dia langsung pergi. Itu membuat Ayesha semakin patah hati karena Izhar seperti menghindarinya juga. Begitu Izhar pergi, Ayesha tak bisa membendung rasa

  • Terpaksa Menjadi Madu   Nasib Menjadi Madu

    Ayesha menatapi akun sosial media Nirmala yang baru saja memposting foto kehamilannya bersama dengan Izhar. Yang kelihatannya ini diambil beberapa hari yang lalu. Izhar tampak berseri, memeluk Nirmala dari belakang dengan tangannya yang membentuk love di depan perut Nirmala dan Nirmala yang memegangi pergelangan tangan Izhar. Panas. Dia akui, dirinya cemburu melihat itu. Apalagi, Izhar menolak keinginannya untuk gender reveal, tapi kemudian berfoto studi dengan Nirmala. Ya, untuk biaya tentu lebih berat keinginannya. “Wajar, Ay, wajar ... Mereka udah nunggu bayinya bertahun-tahun. Sementara lo bahkan enggak mengharapkan kehadiran anak lo sendiri.” Ayesha berusaha berpikir rasional. Namun, tetap saja, dia cemburu dan merasa diabaikan Izhar. Wajahnya agak memanas. Dia semakin sensitif belakangan ini dan bahkan suasana hatinya buruk. Karena matanya terasa mulai basah, Ayesha memegangi pipinya dan menepuknya, berusaha menyadarkan dirinya agar tak menangis.

  • Terpaksa Menjadi Madu   Menuruti Keinginan Bumil

    Karena malam itu akan ada anak-anak Apollo, Ayesha menyiapkan rumahnya agar layak untuk menjadi tempat nongkrong mereka. Mulai dari menyiapkan minuman, dan makanan ringan. Ayesha memasukkan makanan ringan kiloan yang dia beli ke toples dengan rapi. Devan membantunya bersiap sore itu. Begitu hari gelap dan berganti malam, mereka mulai berdatangan. Devan membukakan pagar lebar-lebar untuk membiarkan mereka masuk. Motor diparkirkan di dalam sementara mobil di luar. Ayesha tampak senang, menyambut mereka dengan ramah. Lantaran dia sudah jarang berinteraksi dengan mereka. Belia dan Inggit tentu langsung berpelukan dengannya begitu tiba, merindukannya. “Perut lo udah makin gede sekarang.” Belia mengusap perut Ayesha dengan halus di sana. “Masih bakal membesar,” jawab Ayesha seraya mengangkat alisnya. “Iya, sih. Yang sabar, ya! Jangan banyak pikiran! Tenang, semuanya udah ada yang ngatur!” ujar Inggit seraya mengusap pelan punggung Ayesha.

Bab terbaru

  • Terpaksa Menjadi Madu   Kakak Beradik

    “Saya enggak bisa tinggal diam. Saya bisa bawa kasus ini ke pengadilan.” Ayesha menyilangkan tangannya, menatapi gadis yang menangis sesenggukan setelah melempar tempat pensil pada Juan hingga menyebabkan pelipis Juan terluka.“Aish... ini cuman masalah anak-anak. Kita enggak harus sampai bawa-bawa ini ke pengadilan, kan? Namanya juga anak-anak,” ucap pria yang kelihatannya ayah dari gadis itu cukup manis untuk membujuk Ayesha yang kini merangkul Juan yang duduk di UKS. “Lagian itu salah anak kamu! Kenapa sampai harus bentak-bentak anak saya. Dia kan, jadi takut. Itu salah satu refleks anak untuk melindungi dirinya sendiri!“ bela ibunya dengan lantang. “Oh...” Ayesha tertawa sinis dan melebarkan matanya dengan kesal. “Ternyata ibu sama anak sama aja. Tukang jual gosip.” “Ayesha!” Izhar menatapi Ayesha dan menyentuh pundaknya, yang langsung ditepis Ayesha. “Apa?! Tukang jual gosip?! Saya enggak sekedar bergosip, itu fakta! Anak yang tu

  • Terpaksa Menjadi Madu   Juan dan Arsy

    “Kamu ketemu Arsy sama ibunya?!” Ayesha melebarkan matanya saat Juan mengakuinya. “Juan... Juan tahu mereka karena lihat beberapa kali fotonya. Juan agak curiga, kenapa ayah enggak tinggal sama kita kayak ayah-ayah lainnya. Ternyata ayah punya keluarga lain,” ucap Juan pelan. Terdengar nadanya kecewa. Dia mungkin sudah menahan perasaannya untuk tak menunjukkan jika dia tahu sesuatu di depan bundanya. Namun Ayesha kemudian menghela nafasnya dan mendekati Juan. Tangannya mengusap halus pundak putranya itu. “Maaf, karena membiarkan kamu terlahir sebagai anak madu,” ucap Ayesha lirih. “Bunda enggak perlu minta maaf. Juan enggak pernah malu punya bunda,” jawab Juan cepat, dia tak ingin membuat bundanya yang telah mengorbankan banyak hal untuknya. Ayesha menghela nafasnya. Lagi pula, Juan memang harus tahu tentang ini. Ayesha menatapi putranya yang sudah beranjak dewasa. Dia kemudian memegangi keningnya, mengangkat sedikit rambut putranya

  • Terpaksa Menjadi Madu   Pindah Lagi

    Juan tumbuh dengan pesat. Dia bersekolah di Bogor untuk sekolah dasarnya dan akan pindah ke kota asal ibunya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Juan tumbuh menjadi anak yang aktif. Karena pindah kota lagi, dia bisa dekat dengan ayahnya sekarang. “Arsy juga bakal sekolah di sekolah yang sama,” ucap Izhar tiba-tiba. Ayesha yang sedang menatapi persyaratan yang diperlukan untuk mendaftar lantas menggeser brosur sekolah yang ditunjukkan Izhar untuk Juan bersekolah di sana. “Aa yakin enggak akan masalah?” Ayesha menatapi Izhar dengan tatapan yang masih sama. “Enggak akan, Ay. Justru supaya Juan sama Arsy saling mengenal. Juan belum pernah main sama Arsy sebelumnya. Kamu enggak pernah izinkan Aa bawa Juan pulang. Neneknya kangen sama Juan,” ucap Izhar seraya menghela nafasnya dengan berat. “Itu buat kebaikan Juan. Aku enggak mau, Juan sampai mendengar sesuatu yang buruk dari ibu Aa.” Izhar menghela nafasny

  • Terpaksa Menjadi Madu   Pergi Tanpa Melepas

    “Ay bakal ikut keluarganya Devan pindah ke luar kota.” “Ay, kamu itu istri Aa. Justru kamu seharusnya itu Aa. Kenapa kamu malah ikut-ikut keluarga Devan?” Izhar merasa tertekan karena mendengar Ayesha akan pergi ke kota lain. Ayesha mengulum senyum dan menatapi Juan yang berada di kursi tingginya. Dia kemudian menyuapi Juan makanannya. Bayi itu terlihat sangat lahap makannya. “Ay kalau enggak sama Devan di sini sendirian. Aa enggak pernah ada sepenuhnya buat Ay, Devan yang malah jadi harus repot sama Ay, meski Ay udah nikah. Jadi, ya mau gimana lagi? Ay di sini atau Ay di sana, kayaknya buat Aa sama aja, kan?” Ayesha tersenyum tipis. Izhar menghela nafasnya. Setelah banyak yang dirinya dan Ayesha lakui, pada akhirnya Ayesha malah ingin pergi. Dia pikir kehadiran Juan akan cukup untuk mengikat Ayesha. Namun sepertinya tidak. Apa lagi dirinya kurang menghadirkan dirinya untuk sosok ibu dari anak laki-lakinya itu. “Juan bakal Ay bawa pa

  • Terpaksa Menjadi Madu   Skeptis

    Izhar tak pernah diizinkan menggendong Juan lagi setelahnya. Ayesha benar-benar mengawasi Juan hingga tak satu pun orang berani menggendong Juan. Bahkan teman-temannya yang ingin bermain dengan Juan dilarang untuk menggendongnya, hanya boleh menyentuhnya saja secara normal. Dan karena Nirmala dan Ayesha mungkin sudah seharusnya tidak berada di atap yang sama, karena mereka benar-benar tak bisa akur, akhirnya Nirmala pulang ke rumah Izhar. Dan pembantu rumah tangga mereka tentunya akan ikut bersama Izhar dan Nirmala. “Emang kamu bisa, rapihin rumah sendiri?” Izhar menghela nafasnya berat. “Devan bakal nyari pembantu buat bantu-bantu Ay di sini. Aa boleh pergi sekarang,” ucap Ayesha, secara tak langsung ingin mengusir Izhar yang sebenarnya memang akan pergi. “Ay, kamu jangan keterusan kayak gini, dong. Ke depannya, Arsy sama Juan bakal tumbuh besar, yang pastinya nanti mereka tahu kalau mereka itu kakak beradik. Jangan sampai Juan sama Arsy nant

  • Terpaksa Menjadi Madu   Celaka!

    “JUAN!” Ayesha memekik keras mendapati Juan yang sudah tergeletak di lantai dengan mulutnya yang terbuka lebar dan menjerit memanggil sang ibu. Ayesha berlari secepatnya untuk meraih Juan. Izhar sendiri segera menaruh Arsy di sofa dan menggendong Juan. Ayesha tanpa pikir panjang langsung merebut Juan dari Izhar. Tampak bagaimana tubuhnya gemetar, seolah merasakan sakit yang sama dengan yang dirasakan putranya. Perempuan itu tak bisa berkata-kata untuk beberapa saat. Tangannya memeluk erat Juan yang menangis sejadinya. Sementara Izhar tampak cukup panik sekarang menatapi Ayesha yang membeku, kaget karena putranya baru saja kenapa-napa. Sementara Arsy ikut menangis karena mendengar tangisan Juan, itu membuat Izhar segera menggendong Arsy juga. Karena itu, Nirmala juga bergegas keluar dari kamar mandi dan menatapi Ayesha dan Izhar. Ayesha tampak hampir menangis menatapi putranya yang menangis sangat kencang, sepertinya dia terbentur cukup keras saat jatuh.

  • Terpaksa Menjadi Madu   Bahan Omongan Tetangga

    Sore itu, Ayesha mengajak Juan bermain di halaman rumah dengan mobil mini pemberian teman-temannya itu. Juan yang sudah mulai bisa merangkak kini tampak bersemangat berada di mobil mini itu sambil menatapi Ayesha. Ayesha tersenyum sambil terkekeh pelan melihat antusiasnya. “Juan kakinya ke sini bisa, enggak? Injak!” ujar Ayesha sambil memintanya untuk menginjak gas yang ada di bawah sana, atau remnya, namun kelihatannya bayi itu belum bisa menanganinya. “Belum bisa? Ya udah, enggak apa-apa. Kita dorong-dorong aja, sama Bunda.” Ayesha kemudian mendorong mobil mini itu dengan sabar di halaman rumahnya. Selama dia bermain bersama Juan, pembantu rumah tangga yang dihadirkan Izhar tengah menyapu dan mengepel bagian teras. Ayesha sangat sibuk bersama Juan, dia mengorbankan semua waktunya untuk pria kecil yang menjadi temannya tidur dan bermain sehari-hari. “Bu Mala masih jalan-jalan keluar ya, Mbak?” tanya pembantu rumah tangga itu. “Oh, k

  • Terpaksa Menjadi Madu   Beda Ibu, Beda Nasib

    Ayesha tersenyum menatapi putranya yang semakin gembul. Tubuhnya jauh lebih berat dari pertama kali dia menginjakkan kakinya di dunia. Dan bahkan sekarang sudah mampu untuk duduk, walau kadang masih kehilangan keseimbangannya sendiri. Ayesha terkekeh begitu Juan kembali terbaring dan lantas tertawa riang. Suaranya yang manis melengking itu menyenangkan. “Aduh, Juan jatuh. Bunda tolongin Juan, Bunda!” Ayesha menirukan suara anak kecil dan kemudian membantu Juan bangkit, hingga Juan kembali duduk dan menatap Ayesha dengan bersemangat. Nirmala dan Ayesha masih tinggal bersama, di rumah Ayesha. Namun keduanya kadang berselisih. Kali ini bukan karena Izhar. Karena Ayesha sendiri tampaknya tak begitu berharap lagi pada Izhar. Namun Nirmala tetaplah wanita pencemburu, sementara Ayesha yang cuek bebek pada Izhar justru membuat Izhar harus memberikan perhatian lebih padanya dan membuat Nirmala cemburu. Ayesha keluar dari kamarnya sambil menggendong Juan dan mena

  • Terpaksa Menjadi Madu   Juan

    Ayesha bahkan tak bisa beraktivitas bebas sejak ada orang tuanya Nirmala di rumah. Dia jarang turun ke bawah dan bahkan melakukan segala aktivitas di atas. Dia menjemur Juan pun di atas. Izhar kadang kali tak membantunya merawat Juan, mungkin memang benar yang lebih diinginkan Izhar itu anaknya Nirmala ketimbang anaknya. “Juan udah mandi? Kapan mandinya?” Izhar menghampiri Ayesha di balkon rumah. “Udah dari tadi,” balas Ayesha, dia hendak memasukkan Juan lagi ke dalam karena sudah lima menit berjemur, tak perlu lama-lama. “Kenapa enggak nunggu Aa? Bisa sendiri, emang?” tanya Izhar sambil mengusap tangan Juan halus. “Orang udah selesai, berarti bisa. Mungkin habis ini juga Ay harus kerja sendiri, supaya mandiri,” sindir Ayesha, lantaran dia merasa tak cukup mendapatkan perhatian dari Izhar. Izhar menghela nafasnya berat. Ini dia, omong kosong yang akan membuat mereka bertengkar lagi. “Kamu bicara apa sih, Ay? Karena Aa engga

DMCA.com Protection Status