Semua Bab Terpaksa Menjadi Madu: Bab 101 - Bab 110

120 Bab

Sosok Makhluk Mungil

Izhar mengernyitkan dahinya, begitu pula Nirmala saat panggilan masuk dan membuat handphone Izhar berdering. Itu mengganggu keduanya, tentu saja. Izhar menatapi Nirmala yang terbangun karena telepon itu dan segera bangkit untuk mengambil handphonenya. Ayesha lagi. Ayesha yang tadi menutup teleponnya lebih dulu dan sekarang Ayesha yang meneleponnya lagi. Itu berhasil membuat Izhar menghela nafasnya berat. “Ayesha?“ Nirmala menatapi Izhar, bertanya siapa yang menelepon di tengah malam begitu. “Ya.” Izhar segera mengangkat telepon dari Ayesha tersebut. “Ay, kenapa lagi, sih? Ini udah malam, Ay. Waktunya istirahat.”[“Ketubannya ... ketubannya pecah.”] Terdengar bagaimana suara Ayesha sangat gemetar. “Hah? Gimana, gimana? Hpl kamu masih lama, Ay.” Izhar tak percaya dengan apa yang dia dengar. “Kenapa?” Nirmala mengernyitkan dahinya, kaget dengan ekspresi Izhar yang juga kaget. [“Ay harus apa?”] Suara Ayesha terdengar t
Baca selengkapnya

Ribut

Tiba di rumah sakit, Ayesha langsung mendapatkan perawatan pasca bersalin sementara bayinya masuk ke NICU karena lahir dalam keadaan prematur. Dan Izhar menghela nafasnya berat, duduk di ruang tunggu dekat NICU. Dia tak memikirkan bagaimana jika bayinya akan terlahir prematur. Nirmala mengusap pelan punggung Izhar, dia tahu jika Izhar kaget dan mungkin menyesal karena sebelumnya tak datang untuk Ayesha. Dia juga sedikitnya merasa bersalah pada Ayesha. “Itu semua udah rencana Allah, A!” ujar Nirmala pelan. Devan menatapi Nirmala dan Izhar. Entah kenapa dia yang merasa marah melihat suami dari sepupunya berduaan bersama perempuan lain saat istrinya baru saja melahirkan. Ya, sepertinya dia tahu bagaimana posisi Ayesha selama ini dari perasaannya saat itu. “Itu pasti karena dia enggak suka makan sayur-sayuran. Makanan yang dia konsumsi itu makanan cepat saji semua, enggak ada yang bagus buat badan. Badannya aja kurus kering gitu, gimana mau lahir
Baca selengkapnya

Penyesalan

Ayesha bangun dan tentunya dia langsung meminta makan. Setelah kejadiannya melahirkan sebelum hari perkiraannya tiba, dengan kondisi sedang sendirian dan bayinya keluar begitu saja, dia memerlukan tenaga untuk dirinya sendiri tentunya. Dan Izhar yang sudah siaga di sisinya dengan tak pergi bekerja hari itu segera menyuapinya makan. Sesekali Izhar merapikan rambut Ayesha yang berantakan. Sambil sesekali mengusap kepalanya juga dengan lembut. Ayesha sendiri tampak cukup menikmatinya, dia tak banyak bicara juga.“Ay, bayinya lahir selamat. Kamu enggak mau bilang apa-apa tentang gimana kamu bersalin sendiri?” tanya Izhar, menatapi Ayesha yang sejak tadi pandangannya ke arah lain. “Ay juga enggak tahu gimana. Tapi semalam itu ... antara panjang sama pendek, antara cepat sama lambat itu nyaris sama.” Ayesha bicara agak melantur. “Maksudnya?” “Ay enggak tahu. Ay enggak berusaha ngeluarin bayinya, sama sekali. Ay cuman atur nafas seperti yang
Baca selengkapnya

Nama Putra Izhar

Izhar hendak membantu Ayesha untuk bangkit, namun terkejut saat melihat Ayesha sudah bisa bangkit sendiri. Ayesha berdiri dan mengambil ikat rambut untuk mengikat rambutnya yang berantakan. Izhar hendak membantunya lagi, namun Ayesha sudah menyelesaikannya. Keduanya berjalan menuju ke NICU untuk melihat bayi mereka. Dengan menggunakan alat pelindung diri demi keamanan dan kesterilan tempat tersebut, mereka masuk untuk menengok bayi mereka. Izhar tersenyum saat sudah berada di dekatnya, matanya membentuk bulan sabit seolah tengah berbahagia menyambut kehadiran anak laki-lakinya itu. Sementara mata Ayesha membinar, berkelibat penuh cahaya. Dia sepertinya terharu hingga matanya tampak berkaca-kaca. Menatapnya membuatnya mengingat bagaimana kelahirannya yang begitu tiba-tiba. Itu membuat hatinya terenyuh. “Aa sudah menyiapkan nama yang bagus untuknya,” gumam Izhar, dia memikirkannya sepanjang malam sambil menjaga Ayesha. “Tapi Ay juga udah siapin
Baca selengkapnya

Karena Kehadiran Mertua

“Bayi sampai dirawat di NICU, sejuta perhari. Kamu enggak sadar udah menghabiskan uang berapa karena persalinan kamu itu?” Ayesha makan tanpa berselera. Jika dirinya tak berniat menyusui bayinya, maka dia tak perlu makan dan mendengarkan ocehan mertuanya yang berhasil membuatnya sakit hati. Perempuan itu makan dengan setengah hati, berusaha meredam rasa kesal di dalam dirinya. “Bu, udah!” Izhar menghela nafasnya dan berusaha membuat ibunya tak menyinggung Ayesha. “Ibu waktu melahirkan kamu ya, Zhar, Ibu enggak perlu bantuan dokter, tuh!” Ayesha lantas melemparkan sendoknya ke piring dengan kasar, membuat suara bising yang berhasil membungkam mulut mertuanya. Ayesha lantas menatapi ibu mertuanya itu sejenak. Ibu mertuanya terkejut setengah mati hingga memegangi dadanya kaget. Izhar juga tentu terkejut dengan reaksi Ayesha. Dia segera menghampiri ibunya, dia mengkhawatirkan ibunya, tentu saja. “Ay!” Izhar menatapi Ayesha, aga
Baca selengkapnya

Mood Swing

Ayesha menatapi keluarga Izhar yang datang ke rumahnya untuk menengok bayinya. Bayinya sekarang berada di rumah tengah dengan box-nya, agar mudah ditengok. Ayesha sendiri merasa seharusnya tidak melakukan itu, karena ia khawatir bayinya akan stres dengan suara-suara itu. Itu membuat jiwa keibuannya meronta, tentu saja. Dia lantas mendekati Izhar yang berada di teras rumah, lantaran tengah menunggu kambing yang akan disembelih untuk aqiqahnya. “A, Aa apa enggak khawatir? Juan lahirnya prematur, seharunya dia enggak di tempat ramai. Bukannya Ay nolak kedatangan keluarga Aa. Tapi Ay khawatir sama Juan. Juan itu mudah sakit, dokter juga enggak menyarankan Juan ada di tempat ramai,” ucap Ayesha dengan penuh penekanan, agar Izhar sadar jika dirinya tengah menghawatirkan anak mereka itu. “Ay, yang dokter maksud itu kayak mal, pasar, atau tempat umum lainnya. Ini di rumah, kan?” “Tapi suasananya ramai, banyak orang juga. Aa bisa enggak sih, ngerti sedikit?!” Ayesha memelankan suaranya aga
Baca selengkapnya

Perkara Aqiqah

“Ay! Kamu kenapa, sih?!” Izhar lantas segera mendekati Ayesha. Izhar segera memegangi tangan Ayesha, mencegahnya keluar dari kamar. Barang kali Ayesha keliar dan malah membuat keributan. Izhar kemudian menutup pintu kamarnya segera dan menatapi Ayesha yang kini menatapnya dengan tatapan yang menantang suaminya itu. “Bilang sama Aa sekarang, kamu mau apa? Acara ini enggak akan ada tiap bulan, kok. Enggak tiap tahun juga. Tolong banget, Aa minta tolong sama kamu, jangan merusak acara ini! Jangan bikin ulah, jangan banyak tingkah!” tegas Izhar. “Enggak niat, sih,” ucap Ayesha seraya menggelengkan kepalanya, tatapan matanya tak berubah. Izhar menghela nafasnya berat. Dia berusaha sabar dalam menghadapi Ayesha. Dia benar-benar berusaha. Namun di matanya, Ayesha yang sekarang malah menantang emosinya sendiri. “Jadi kamu maunya gimana sekarang sih, Ay?” Izhar berusaha menuruti keinginan Ayesha. “Enggak mau gimana-gimana, udah, eng
Baca selengkapnya

Kedatangan Apollo

“Ayesha!!!” Teman-temannya menjerit tertahan saat melihat Ayesha yang keluar dari kamarnya sambil membawa bayinya ke ruang tamu. Terlihat bagaimana teman-temannya yang sudah duduk-duduk dengan santai bersorak pelan melihat kehadiran Ayesha bersama dengan anak pertamanya. Anak itu bukan hanya anak pertama Ayesha. Keponakan pertama mereka, yang lahir pertama di antara mereka. Itulah yang membuatnya sedikit istimewa. Belum lagi, dia laki-laki. Ayesha kemudian duduk bergabung dengan teman-temannya itu. Dan mereka langsung menatapi bayi yang tengah terlelap di dalam pelukan Ayesha. Mereka semua punya banyak pertanyaan untuknya. Namun untuk sesaat tak ada yang ingin mengajukan pertanyaan apa pun. “Lahirnya lebih cepat dari perkiraan ya, Ay?” tanya Belia, memulai lebih dulu. “Iya, tiba-tiba banget,” jawab Ayesha seraya terkekeh pelan, dia siap menceritakannya. “Prematur, ya? Lahirnya pas kandungan lo tujuh bulan?” “Heem.” “Kok, bisa, Ay? Mules apa gimana?” “Ya, gitu. Mulesnya gue pi
Baca selengkapnya

Masalah Biaya yang Dibesar-besarkan

Izhar baru pulang dan mendapati tumpukan hadiah di rumah. Dan dia juga mendapati mobil mini yang sepertinya hadiah dari seseorang. Dia tak tahu tentang teman-temannya Ayesha yang datang hari ini. Dia kemudian memasuki kamar Ayesha, mendapati Ayesha yang tengah menyusui bayinya. “Assalamualaikum. Juan, Ayah pulang,” ucap Izhar manis seraya mendekati istrinya tersebut. Ayesha menoleh dan tersenyum singkat begitu Izhar mendekat dan menatapi bayinya, tangannya kemudian menguap halus pipi bayinya, yang masih sangat lembut. “Udah cuci tangan belum? Aa dari luar, loh,” tegur Ayesha tegas, dia tampaknya sangat memperhatikan hal itu. Izhar menghela nafasnya dan bangkit untuk segera mencuci tangannya. Dia tak bisa menyalahkan Ayesha untuk ini. Karena itu berarti Ayesha memperhatikan bayinya. Dia menyayanginya meski sempat menolaknya. Melihat Ayesha menyayanginya sudah sangat baik baginya. Izhar lantas kembali lagi dan hendak menggendong bayinya. Dia ingin memeluknya, mengayunkannya dengan
Baca selengkapnya

Kelahiran Putri Izhar

Ayesha sedang tidur saat itu, bersama putranya. Namun Izhar tak ada di sisinya karena malam ini bagian dia tidur dengan Nirmala. Dan kelihatannya, Izhar menemukan masa-masa emas di mana dirinya bisa hadir tepat waktu saat anaknya lahir. Lantaran sudah semalaman Izhar terjaga karena Nirmala yang mulai kontraksi dan HPL-nya. Nirmala duduk di sebuah bola gym, dipegangi Izhar yang senantiasa menemaninya dari semalam. Dia mengerang beberapa kali dan berhasil membangunkan Ayesha juga hingga beberapa kali.Dan karena itu, Ayesha sendiri jadi harus terjaga. Karena diminta mengambilkan air minum untuk Nirmala. Ayesha sendiri menatapi Izhar dan Nirmala, yang terlihat kompak untuk kelahiran putri mereka. Sementara dirinya berada di pintu kamar, barang kali dibutuhkan. Dia tahu Nirmala juga banyak membantu saat dirinya melahirkan, maka dia harus berbalas budi. “Kamu siapin barang-barangnya Nirmala sana!” ujar Mayang yang duduk-duduk santai. Dan entah dorongan dari mana, mungkin karena memang ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status