Share

Nama Putra Izhar

Penulis: sherina vellyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Izhar hendak membantu Ayesha untuk bangkit, namun terkejut saat melihat Ayesha sudah bisa bangkit sendiri. Ayesha berdiri dan mengambil ikat rambut untuk mengikat rambutnya yang berantakan. Izhar hendak membantunya lagi, namun Ayesha sudah menyelesaikannya.

Keduanya berjalan menuju ke NICU untuk melihat bayi mereka. Dengan menggunakan alat pelindung diri demi keamanan dan kesterilan tempat tersebut, mereka masuk untuk menengok bayi mereka. Izhar tersenyum saat sudah berada di dekatnya, matanya membentuk bulan sabit seolah tengah berbahagia menyambut kehadiran anak laki-lakinya itu.

Sementara mata Ayesha membinar, berkelibat penuh cahaya. Dia sepertinya terharu hingga matanya tampak berkaca-kaca. Menatapnya membuatnya mengingat bagaimana kelahirannya yang begitu tiba-tiba. Itu membuat hatinya terenyuh.

“Aa sudah menyiapkan nama yang bagus untuknya,” gumam Izhar, dia memikirkannya sepanjang malam sambil menjaga Ayesha.

“Tapi Ay juga udah siapin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Minthil She Judhezt
Tuh Mbah kalau nyablak Kya GK pernah ngrasain beranak , berbakti ma ortu boleh tapi jangan sampai istri terzolimi ,GK ingat apa pas belum bisa dapat turunan segitunya semena- mena
goodnovel comment avatar
Banana cake
Di sini Ayesha terlalu tersakiti thor... udah kayak sinetron di burung terbang
goodnovel comment avatar
Banana cake
Setuju monyet yg nuamperin pisang.. kwkwk.. tuh monyetnya begitu sampai langsung nyari2 masalah, emang monyet sukanya begitu eeeet dah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaksa Menjadi Madu   Karena Kehadiran Mertua

    “Bayi sampai dirawat di NICU, sejuta perhari. Kamu enggak sadar udah menghabiskan uang berapa karena persalinan kamu itu?” Ayesha makan tanpa berselera. Jika dirinya tak berniat menyusui bayinya, maka dia tak perlu makan dan mendengarkan ocehan mertuanya yang berhasil membuatnya sakit hati. Perempuan itu makan dengan setengah hati, berusaha meredam rasa kesal di dalam dirinya. “Bu, udah!” Izhar menghela nafasnya dan berusaha membuat ibunya tak menyinggung Ayesha. “Ibu waktu melahirkan kamu ya, Zhar, Ibu enggak perlu bantuan dokter, tuh!” Ayesha lantas melemparkan sendoknya ke piring dengan kasar, membuat suara bising yang berhasil membungkam mulut mertuanya. Ayesha lantas menatapi ibu mertuanya itu sejenak. Ibu mertuanya terkejut setengah mati hingga memegangi dadanya kaget. Izhar juga tentu terkejut dengan reaksi Ayesha. Dia segera menghampiri ibunya, dia mengkhawatirkan ibunya, tentu saja. “Ay!” Izhar menatapi Ayesha, aga

  • Terpaksa Menjadi Madu   Mood Swing

    Ayesha menatapi keluarga Izhar yang datang ke rumahnya untuk menengok bayinya. Bayinya sekarang berada di rumah tengah dengan box-nya, agar mudah ditengok. Ayesha sendiri merasa seharusnya tidak melakukan itu, karena ia khawatir bayinya akan stres dengan suara-suara itu. Itu membuat jiwa keibuannya meronta, tentu saja. Dia lantas mendekati Izhar yang berada di teras rumah, lantaran tengah menunggu kambing yang akan disembelih untuk aqiqahnya. “A, Aa apa enggak khawatir? Juan lahirnya prematur, seharunya dia enggak di tempat ramai. Bukannya Ay nolak kedatangan keluarga Aa. Tapi Ay khawatir sama Juan. Juan itu mudah sakit, dokter juga enggak menyarankan Juan ada di tempat ramai,” ucap Ayesha dengan penuh penekanan, agar Izhar sadar jika dirinya tengah menghawatirkan anak mereka itu. “Ay, yang dokter maksud itu kayak mal, pasar, atau tempat umum lainnya. Ini di rumah, kan?” “Tapi suasananya ramai, banyak orang juga. Aa bisa enggak sih, ngerti sedikit?!” Ayesha memelankan suaranya aga

  • Terpaksa Menjadi Madu   Perkara Aqiqah

    “Ay! Kamu kenapa, sih?!” Izhar lantas segera mendekati Ayesha. Izhar segera memegangi tangan Ayesha, mencegahnya keluar dari kamar. Barang kali Ayesha keliar dan malah membuat keributan. Izhar kemudian menutup pintu kamarnya segera dan menatapi Ayesha yang kini menatapnya dengan tatapan yang menantang suaminya itu. “Bilang sama Aa sekarang, kamu mau apa? Acara ini enggak akan ada tiap bulan, kok. Enggak tiap tahun juga. Tolong banget, Aa minta tolong sama kamu, jangan merusak acara ini! Jangan bikin ulah, jangan banyak tingkah!” tegas Izhar. “Enggak niat, sih,” ucap Ayesha seraya menggelengkan kepalanya, tatapan matanya tak berubah. Izhar menghela nafasnya berat. Dia berusaha sabar dalam menghadapi Ayesha. Dia benar-benar berusaha. Namun di matanya, Ayesha yang sekarang malah menantang emosinya sendiri. “Jadi kamu maunya gimana sekarang sih, Ay?” Izhar berusaha menuruti keinginan Ayesha. “Enggak mau gimana-gimana, udah, eng

  • Terpaksa Menjadi Madu   Kedatangan Apollo

    “Ayesha!!!” Teman-temannya menjerit tertahan saat melihat Ayesha yang keluar dari kamarnya sambil membawa bayinya ke ruang tamu. Terlihat bagaimana teman-temannya yang sudah duduk-duduk dengan santai bersorak pelan melihat kehadiran Ayesha bersama dengan anak pertamanya. Anak itu bukan hanya anak pertama Ayesha. Keponakan pertama mereka, yang lahir pertama di antara mereka. Itulah yang membuatnya sedikit istimewa. Belum lagi, dia laki-laki. Ayesha kemudian duduk bergabung dengan teman-temannya itu. Dan mereka langsung menatapi bayi yang tengah terlelap di dalam pelukan Ayesha. Mereka semua punya banyak pertanyaan untuknya. Namun untuk sesaat tak ada yang ingin mengajukan pertanyaan apa pun. “Lahirnya lebih cepat dari perkiraan ya, Ay?” tanya Belia, memulai lebih dulu. “Iya, tiba-tiba banget,” jawab Ayesha seraya terkekeh pelan, dia siap menceritakannya. “Prematur, ya? Lahirnya pas kandungan lo tujuh bulan?” “Heem.” “Kok, bisa, Ay? Mules apa gimana?” “Ya, gitu. Mulesnya gue pi

  • Terpaksa Menjadi Madu   Masalah Biaya yang Dibesar-besarkan

    Izhar baru pulang dan mendapati tumpukan hadiah di rumah. Dan dia juga mendapati mobil mini yang sepertinya hadiah dari seseorang. Dia tak tahu tentang teman-temannya Ayesha yang datang hari ini. Dia kemudian memasuki kamar Ayesha, mendapati Ayesha yang tengah menyusui bayinya. “Assalamualaikum. Juan, Ayah pulang,” ucap Izhar manis seraya mendekati istrinya tersebut. Ayesha menoleh dan tersenyum singkat begitu Izhar mendekat dan menatapi bayinya, tangannya kemudian menguap halus pipi bayinya, yang masih sangat lembut. “Udah cuci tangan belum? Aa dari luar, loh,” tegur Ayesha tegas, dia tampaknya sangat memperhatikan hal itu. Izhar menghela nafasnya dan bangkit untuk segera mencuci tangannya. Dia tak bisa menyalahkan Ayesha untuk ini. Karena itu berarti Ayesha memperhatikan bayinya. Dia menyayanginya meski sempat menolaknya. Melihat Ayesha menyayanginya sudah sangat baik baginya. Izhar lantas kembali lagi dan hendak menggendong bayinya. Dia ingin memeluknya, mengayunkannya dengan

  • Terpaksa Menjadi Madu   Kelahiran Putri Izhar

    Ayesha sedang tidur saat itu, bersama putranya. Namun Izhar tak ada di sisinya karena malam ini bagian dia tidur dengan Nirmala. Dan kelihatannya, Izhar menemukan masa-masa emas di mana dirinya bisa hadir tepat waktu saat anaknya lahir. Lantaran sudah semalaman Izhar terjaga karena Nirmala yang mulai kontraksi dan HPL-nya. Nirmala duduk di sebuah bola gym, dipegangi Izhar yang senantiasa menemaninya dari semalam. Dia mengerang beberapa kali dan berhasil membangunkan Ayesha juga hingga beberapa kali.Dan karena itu, Ayesha sendiri jadi harus terjaga. Karena diminta mengambilkan air minum untuk Nirmala. Ayesha sendiri menatapi Izhar dan Nirmala, yang terlihat kompak untuk kelahiran putri mereka. Sementara dirinya berada di pintu kamar, barang kali dibutuhkan. Dia tahu Nirmala juga banyak membantu saat dirinya melahirkan, maka dia harus berbalas budi. “Kamu siapin barang-barangnya Nirmala sana!” ujar Mayang yang duduk-duduk santai. Dan entah dorongan dari mana, mungkin karena memang ke

  • Terpaksa Menjadi Madu   Kedatangan Keluarga Nirmala

    Entah ini sebuah awal yang baik atau buruk. Ayesha menatapi Nirmala pulang bersama bayinya sore itu. Ya, dia sudah diperbolehkan pulang begitu saja karena kandungannya tak bermasalah sama sekali dan dia melahirkan dengan normal. Di usianya yang menginjak kepala tiga.Ayesha melihat bagaimana mertuanya mengobrol dengan suka cita pada ibunya Nirmala, Ayesha bisa melihat berapa akrabnya mereka berdua. Namun keduanya mungkin tak akan cocok untuknya. “Ayesha, kamu mau diam aja? Ada tamu, loh! Siapin minum, kek, keluarin makanan, atau apa, kek.” Mayang menatapi Ayesha yang diam mematung menatapi orang-orang yang tak dikenalnya. “Oh, Ayesha, ya?” Ibunya Nirmala menatapi Ayesha sambil tersenyum canggung. “Iya, Tante,” jawab Ayesha spontan seraya menganggukkan kepalanya sopan. “Enggak usah repot-repot, deh. Kamu juga baru melahirkan, kan?” ucapnya terlihat canggung. “Udah lebih dari sebulan, kok.” Ayesha menyengir dan melirik Mayang yang menatapnya sinis. Ayesha kemudian beranjak dan men

  • Terpaksa Menjadi Madu   Juan

    Ayesha bahkan tak bisa beraktivitas bebas sejak ada orang tuanya Nirmala di rumah. Dia jarang turun ke bawah dan bahkan melakukan segala aktivitas di atas. Dia menjemur Juan pun di atas. Izhar kadang kali tak membantunya merawat Juan, mungkin memang benar yang lebih diinginkan Izhar itu anaknya Nirmala ketimbang anaknya. “Juan udah mandi? Kapan mandinya?” Izhar menghampiri Ayesha di balkon rumah. “Udah dari tadi,” balas Ayesha, dia hendak memasukkan Juan lagi ke dalam karena sudah lima menit berjemur, tak perlu lama-lama. “Kenapa enggak nunggu Aa? Bisa sendiri, emang?” tanya Izhar sambil mengusap tangan Juan halus. “Orang udah selesai, berarti bisa. Mungkin habis ini juga Ay harus kerja sendiri, supaya mandiri,” sindir Ayesha, lantaran dia merasa tak cukup mendapatkan perhatian dari Izhar. Izhar menghela nafasnya berat. Ini dia, omong kosong yang akan membuat mereka bertengkar lagi. “Kamu bicara apa sih, Ay? Karena Aa engga

Bab terbaru

  • Terpaksa Menjadi Madu   Kakak Beradik

    “Saya enggak bisa tinggal diam. Saya bisa bawa kasus ini ke pengadilan.” Ayesha menyilangkan tangannya, menatapi gadis yang menangis sesenggukan setelah melempar tempat pensil pada Juan hingga menyebabkan pelipis Juan terluka.“Aish... ini cuman masalah anak-anak. Kita enggak harus sampai bawa-bawa ini ke pengadilan, kan? Namanya juga anak-anak,” ucap pria yang kelihatannya ayah dari gadis itu cukup manis untuk membujuk Ayesha yang kini merangkul Juan yang duduk di UKS. “Lagian itu salah anak kamu! Kenapa sampai harus bentak-bentak anak saya. Dia kan, jadi takut. Itu salah satu refleks anak untuk melindungi dirinya sendiri!“ bela ibunya dengan lantang. “Oh...” Ayesha tertawa sinis dan melebarkan matanya dengan kesal. “Ternyata ibu sama anak sama aja. Tukang jual gosip.” “Ayesha!” Izhar menatapi Ayesha dan menyentuh pundaknya, yang langsung ditepis Ayesha. “Apa?! Tukang jual gosip?! Saya enggak sekedar bergosip, itu fakta! Anak yang tu

  • Terpaksa Menjadi Madu   Juan dan Arsy

    “Kamu ketemu Arsy sama ibunya?!” Ayesha melebarkan matanya saat Juan mengakuinya. “Juan... Juan tahu mereka karena lihat beberapa kali fotonya. Juan agak curiga, kenapa ayah enggak tinggal sama kita kayak ayah-ayah lainnya. Ternyata ayah punya keluarga lain,” ucap Juan pelan. Terdengar nadanya kecewa. Dia mungkin sudah menahan perasaannya untuk tak menunjukkan jika dia tahu sesuatu di depan bundanya. Namun Ayesha kemudian menghela nafasnya dan mendekati Juan. Tangannya mengusap halus pundak putranya itu. “Maaf, karena membiarkan kamu terlahir sebagai anak madu,” ucap Ayesha lirih. “Bunda enggak perlu minta maaf. Juan enggak pernah malu punya bunda,” jawab Juan cepat, dia tak ingin membuat bundanya yang telah mengorbankan banyak hal untuknya. Ayesha menghela nafasnya. Lagi pula, Juan memang harus tahu tentang ini. Ayesha menatapi putranya yang sudah beranjak dewasa. Dia kemudian memegangi keningnya, mengangkat sedikit rambut putranya

  • Terpaksa Menjadi Madu   Pindah Lagi

    Juan tumbuh dengan pesat. Dia bersekolah di Bogor untuk sekolah dasarnya dan akan pindah ke kota asal ibunya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Juan tumbuh menjadi anak yang aktif. Karena pindah kota lagi, dia bisa dekat dengan ayahnya sekarang. “Arsy juga bakal sekolah di sekolah yang sama,” ucap Izhar tiba-tiba. Ayesha yang sedang menatapi persyaratan yang diperlukan untuk mendaftar lantas menggeser brosur sekolah yang ditunjukkan Izhar untuk Juan bersekolah di sana. “Aa yakin enggak akan masalah?” Ayesha menatapi Izhar dengan tatapan yang masih sama. “Enggak akan, Ay. Justru supaya Juan sama Arsy saling mengenal. Juan belum pernah main sama Arsy sebelumnya. Kamu enggak pernah izinkan Aa bawa Juan pulang. Neneknya kangen sama Juan,” ucap Izhar seraya menghela nafasnya dengan berat. “Itu buat kebaikan Juan. Aku enggak mau, Juan sampai mendengar sesuatu yang buruk dari ibu Aa.” Izhar menghela nafasny

  • Terpaksa Menjadi Madu   Pergi Tanpa Melepas

    “Ay bakal ikut keluarganya Devan pindah ke luar kota.” “Ay, kamu itu istri Aa. Justru kamu seharusnya itu Aa. Kenapa kamu malah ikut-ikut keluarga Devan?” Izhar merasa tertekan karena mendengar Ayesha akan pergi ke kota lain. Ayesha mengulum senyum dan menatapi Juan yang berada di kursi tingginya. Dia kemudian menyuapi Juan makanannya. Bayi itu terlihat sangat lahap makannya. “Ay kalau enggak sama Devan di sini sendirian. Aa enggak pernah ada sepenuhnya buat Ay, Devan yang malah jadi harus repot sama Ay, meski Ay udah nikah. Jadi, ya mau gimana lagi? Ay di sini atau Ay di sana, kayaknya buat Aa sama aja, kan?” Ayesha tersenyum tipis. Izhar menghela nafasnya. Setelah banyak yang dirinya dan Ayesha lakui, pada akhirnya Ayesha malah ingin pergi. Dia pikir kehadiran Juan akan cukup untuk mengikat Ayesha. Namun sepertinya tidak. Apa lagi dirinya kurang menghadirkan dirinya untuk sosok ibu dari anak laki-lakinya itu. “Juan bakal Ay bawa pa

  • Terpaksa Menjadi Madu   Skeptis

    Izhar tak pernah diizinkan menggendong Juan lagi setelahnya. Ayesha benar-benar mengawasi Juan hingga tak satu pun orang berani menggendong Juan. Bahkan teman-temannya yang ingin bermain dengan Juan dilarang untuk menggendongnya, hanya boleh menyentuhnya saja secara normal. Dan karena Nirmala dan Ayesha mungkin sudah seharusnya tidak berada di atap yang sama, karena mereka benar-benar tak bisa akur, akhirnya Nirmala pulang ke rumah Izhar. Dan pembantu rumah tangga mereka tentunya akan ikut bersama Izhar dan Nirmala. “Emang kamu bisa, rapihin rumah sendiri?” Izhar menghela nafasnya berat. “Devan bakal nyari pembantu buat bantu-bantu Ay di sini. Aa boleh pergi sekarang,” ucap Ayesha, secara tak langsung ingin mengusir Izhar yang sebenarnya memang akan pergi. “Ay, kamu jangan keterusan kayak gini, dong. Ke depannya, Arsy sama Juan bakal tumbuh besar, yang pastinya nanti mereka tahu kalau mereka itu kakak beradik. Jangan sampai Juan sama Arsy nant

  • Terpaksa Menjadi Madu   Celaka!

    “JUAN!” Ayesha memekik keras mendapati Juan yang sudah tergeletak di lantai dengan mulutnya yang terbuka lebar dan menjerit memanggil sang ibu. Ayesha berlari secepatnya untuk meraih Juan. Izhar sendiri segera menaruh Arsy di sofa dan menggendong Juan. Ayesha tanpa pikir panjang langsung merebut Juan dari Izhar. Tampak bagaimana tubuhnya gemetar, seolah merasakan sakit yang sama dengan yang dirasakan putranya. Perempuan itu tak bisa berkata-kata untuk beberapa saat. Tangannya memeluk erat Juan yang menangis sejadinya. Sementara Izhar tampak cukup panik sekarang menatapi Ayesha yang membeku, kaget karena putranya baru saja kenapa-napa. Sementara Arsy ikut menangis karena mendengar tangisan Juan, itu membuat Izhar segera menggendong Arsy juga. Karena itu, Nirmala juga bergegas keluar dari kamar mandi dan menatapi Ayesha dan Izhar. Ayesha tampak hampir menangis menatapi putranya yang menangis sangat kencang, sepertinya dia terbentur cukup keras saat jatuh.

  • Terpaksa Menjadi Madu   Bahan Omongan Tetangga

    Sore itu, Ayesha mengajak Juan bermain di halaman rumah dengan mobil mini pemberian teman-temannya itu. Juan yang sudah mulai bisa merangkak kini tampak bersemangat berada di mobil mini itu sambil menatapi Ayesha. Ayesha tersenyum sambil terkekeh pelan melihat antusiasnya. “Juan kakinya ke sini bisa, enggak? Injak!” ujar Ayesha sambil memintanya untuk menginjak gas yang ada di bawah sana, atau remnya, namun kelihatannya bayi itu belum bisa menanganinya. “Belum bisa? Ya udah, enggak apa-apa. Kita dorong-dorong aja, sama Bunda.” Ayesha kemudian mendorong mobil mini itu dengan sabar di halaman rumahnya. Selama dia bermain bersama Juan, pembantu rumah tangga yang dihadirkan Izhar tengah menyapu dan mengepel bagian teras. Ayesha sangat sibuk bersama Juan, dia mengorbankan semua waktunya untuk pria kecil yang menjadi temannya tidur dan bermain sehari-hari. “Bu Mala masih jalan-jalan keluar ya, Mbak?” tanya pembantu rumah tangga itu. “Oh, k

  • Terpaksa Menjadi Madu   Beda Ibu, Beda Nasib

    Ayesha tersenyum menatapi putranya yang semakin gembul. Tubuhnya jauh lebih berat dari pertama kali dia menginjakkan kakinya di dunia. Dan bahkan sekarang sudah mampu untuk duduk, walau kadang masih kehilangan keseimbangannya sendiri. Ayesha terkekeh begitu Juan kembali terbaring dan lantas tertawa riang. Suaranya yang manis melengking itu menyenangkan. “Aduh, Juan jatuh. Bunda tolongin Juan, Bunda!” Ayesha menirukan suara anak kecil dan kemudian membantu Juan bangkit, hingga Juan kembali duduk dan menatap Ayesha dengan bersemangat. Nirmala dan Ayesha masih tinggal bersama, di rumah Ayesha. Namun keduanya kadang berselisih. Kali ini bukan karena Izhar. Karena Ayesha sendiri tampaknya tak begitu berharap lagi pada Izhar. Namun Nirmala tetaplah wanita pencemburu, sementara Ayesha yang cuek bebek pada Izhar justru membuat Izhar harus memberikan perhatian lebih padanya dan membuat Nirmala cemburu. Ayesha keluar dari kamarnya sambil menggendong Juan dan mena

  • Terpaksa Menjadi Madu   Juan

    Ayesha bahkan tak bisa beraktivitas bebas sejak ada orang tuanya Nirmala di rumah. Dia jarang turun ke bawah dan bahkan melakukan segala aktivitas di atas. Dia menjemur Juan pun di atas. Izhar kadang kali tak membantunya merawat Juan, mungkin memang benar yang lebih diinginkan Izhar itu anaknya Nirmala ketimbang anaknya. “Juan udah mandi? Kapan mandinya?” Izhar menghampiri Ayesha di balkon rumah. “Udah dari tadi,” balas Ayesha, dia hendak memasukkan Juan lagi ke dalam karena sudah lima menit berjemur, tak perlu lama-lama. “Kenapa enggak nunggu Aa? Bisa sendiri, emang?” tanya Izhar sambil mengusap tangan Juan halus. “Orang udah selesai, berarti bisa. Mungkin habis ini juga Ay harus kerja sendiri, supaya mandiri,” sindir Ayesha, lantaran dia merasa tak cukup mendapatkan perhatian dari Izhar. Izhar menghela nafasnya berat. Ini dia, omong kosong yang akan membuat mereka bertengkar lagi. “Kamu bicara apa sih, Ay? Karena Aa engga

DMCA.com Protection Status