Home / Pernikahan / Terpaksa Menjadi Madu / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Terpaksa Menjadi Madu: Chapter 91 - Chapter 100

120 Chapters

Jenis Kelamin Bayi Nirmala

Hari itu, Izhar menemani Ayesha yang takut untuk keluar sendirian karena insidennya dengan Argi. Izhar menemani Ayesha pergi berbelanja, karena Ayesha mengaku jika Argi tahu dirinya sering berbelanja ke tempat itu. Dia khawatir akan bertemu lagi dengan Argi. Di supermarket, Ayesha sedang memilih lagi susu, dia mulai bosan dengan rasa yang lama dan tengah memilih rasa baru yang perlu dia coba menurutnya. “Habis ini mau ke mana dulu? Kamu mau mulai nyicil beli perlengkapan bayi juga, enggak?” tanya Izhar seraya menunggu Ayesha memilih. “Mm? Teh Mala udah mulai beli perlengkapan?” tanya Ayesha balik. “Ya, minggu kemarin Aa temani Mala beli perlengkapan bayi,” jawab Izhar seraya mengangguk. “Kalian udah tahu jenis kelamin bayinya?” Ayesha agak sedikit tertarik. “Mm, perempuan.” Izhar tersenyum dan menganggukkan kepalanya lagi, dia tampaknya senang. “Wah ...” Ayesha mendesis pelan, membayangkan jika anaknya juga peremp
Read more

Merasakan Gerakan Pertama

[“Aa mau ke luar kota, Senin Aa berangkat. Aa pulang hari Jumat, jadi pulang dari luar kota langsung ke rumah kamu. Kamu mau titip sesuatu khas kota itu enggak, Ay? Mau Aa bawain oleh-oleh apa?”]Ayesha tersenyum. Bahkan saat hendak bepergian, Izhar mengingatnya. Belakangan ini Izhar memang sering bepergian keluar kota, katanya menemui klien dan terjun ke lapangan pekerjaannya untuk melihat-lihat. Itu membuat Ayesha senang untuknya karena kelihatannya Izhar semakin punya banyak klien yang menggunakan jasanya. “Enggak usah, enggak apa-apa.” Ayesha tersenyum meski tak akan bisa dilihat Izhar sama sekali. [“Yakin, nih?”] “Iya.”*** Ayesha berjalan-jalan kecil di depan rumah sore itu. Karena cuacanya sangat bagus, Ayesha tak mau melewatkan kesempatan itu untuk menikmati indahnya sore. Dengan suara anak-anak kecil yang bermain tak jauh dari rumahnya, tampak menyenangkan dan membuatnya bernostalgia. Dia juga dulu suka sekali bermai
Read more

Rencana Gender Reveal Party

Ayesha menatapi handphonenya, di mana dirinya menonton sebuah konten gender reveal party. Dia sedikit tertarik dengan hal itu, mengadakan pesta kecil yang akan dihadiri oleh teman-temannya. Sebelumnya, mereka tak datang ke acara pernikahannya yang sangat sederhana. Toh, itu membuatnya ingin memberitahu Izhar jika dirinya ingin mengadakan pesta ini sebelum mereka mengetahui jenis kelamin bayinya. Dan dia berencana memberitahu Izhar saat Izhar pulang nanti. Izhar kadang mengunjunginya sebelum pulang ke rumah, singgah sejenak dan biasanya membawakan buah tangan untuk Ayesha. Melihat mobil suaminya datang, Ayesha tersenyum dan segera keluar untuk membukakan pagar.Begitu di dalam rumah, Ayesha menatapi Izhar yang tampak kelelahan dan menghela nafasnya berat. Izhar tak banyak bicara, hanya mendekat lalu mengecup keningnya, kemudian langsung ke kamar. Ayesha sendiri tahu jika Izhar hendak langsung mandi dan mengikutinya ke kamar. Ayesha menunggu suam
Read more

Diketahuinya Jenis Kelamin Bayi

“Lo enggak tahu diri, Ay!” Ayesha merutuk dirinya berkali-kali agar dirinya tak begitu kecewa dengan Izhar dan justru lebih kecewa kepada dirinya sendiri, karena telah menjadi dirinya sendiri selama ini. Karena jiwanya jatuh pada raga yang takdirnya menjadi sosok istri kedua. Perempuan itu tak lagi membahas tentang gender reveal dan Izhar sendiri tak lagi mengingat itu. Dia hanya melihat jika Ayesha baik-baik saja setelah semalam. Dan tak lagi berkata apa pun tentang itu. Namun, Ayesha lebih banyak diam. Izhar juga tak bertanya Ayesha kenapa. Karena dirinya pun dalam suasana hati yang masih agak kacau, mungkin karena banyak pikiran juga dan belakangan ini banyak pengeluaran yang harus dia siapkan untuk kelahiran dua anaknya dari istrinya yang berbeda. ‘Kenapa harus menjadi Ayesha? Kenapa harus jadi istri kedua?’ Pertanyaan itu memenuhi benak Ayesha selama di mobil menuju ke rumah sakit, dia hanya diam menatap ke bangunan yang dilewati.
Read more

Ngidam

“Makan sekarang?” Izhar menaruh keresek makanannya di meja dan menoleh pada Ayesha yang sudah menaiki beberapa anak tangga. “Enggak, nanti aja,” jawab Ayesha seraya berhenti sejenak dan menoleh lalu segera naik. Ayesha berdiam diri di kamar. Lantaran suasana hatinya sedang buruk karena Izhar yang agak berubah, di matanya. Izhar yang mendadak menjadi sensitif juga padanya dan bahkan cara bicaranya sangat tak enak didengar. Itu membuatnya tak ingin berada di dekat Izhar dulu. Perempuan itu duduk di sisi ranjang seraya mengusap perutnya pelan. Dia menghela nafasnya panjang. Masih berusaha menahan rasa sesak di dadanya. Perasaannya sedang sangat berantakan. Dan Izhar pulang lebih cepat dari biasanya. Biasanya dia akan pulang ke rumah Nirmala setelah sholat ashar, namun sehabis dzuhur pun dia langsung pergi. Itu membuat Ayesha semakin patah hati karena Izhar seperti menghindarinya juga. Begitu Izhar pergi, Ayesha tak bisa membendung rasa
Read more

Nasib Menjadi Madu

Ayesha menatapi akun sosial media Nirmala yang baru saja memposting foto kehamilannya bersama dengan Izhar. Yang kelihatannya ini diambil beberapa hari yang lalu. Izhar tampak berseri, memeluk Nirmala dari belakang dengan tangannya yang membentuk love di depan perut Nirmala dan Nirmala yang memegangi pergelangan tangan Izhar. Panas. Dia akui, dirinya cemburu melihat itu. Apalagi, Izhar menolak keinginannya untuk gender reveal, tapi kemudian berfoto studi dengan Nirmala. Ya, untuk biaya tentu lebih berat keinginannya. “Wajar, Ay, wajar ... Mereka udah nunggu bayinya bertahun-tahun. Sementara lo bahkan enggak mengharapkan kehadiran anak lo sendiri.” Ayesha berusaha berpikir rasional. Namun, tetap saja, dia cemburu dan merasa diabaikan Izhar. Wajahnya agak memanas. Dia semakin sensitif belakangan ini dan bahkan suasana hatinya buruk. Karena matanya terasa mulai basah, Ayesha memegangi pipinya dan menepuknya, berusaha menyadarkan dirinya agar tak menangis.
Read more

Menuruti Keinginan Bumil

Karena malam itu akan ada anak-anak Apollo, Ayesha menyiapkan rumahnya agar layak untuk menjadi tempat nongkrong mereka. Mulai dari menyiapkan minuman, dan makanan ringan. Ayesha memasukkan makanan ringan kiloan yang dia beli ke toples dengan rapi. Devan membantunya bersiap sore itu. Begitu hari gelap dan berganti malam, mereka mulai berdatangan. Devan membukakan pagar lebar-lebar untuk membiarkan mereka masuk. Motor diparkirkan di dalam sementara mobil di luar. Ayesha tampak senang, menyambut mereka dengan ramah. Lantaran dia sudah jarang berinteraksi dengan mereka. Belia dan Inggit tentu langsung berpelukan dengannya begitu tiba, merindukannya. “Perut lo udah makin gede sekarang.” Belia mengusap perut Ayesha dengan halus di sana. “Masih bakal membesar,” jawab Ayesha seraya mengangkat alisnya. “Iya, sih. Yang sabar, ya! Jangan banyak pikiran! Tenang, semuanya udah ada yang ngatur!” ujar Inggit seraya mengusap pelan punggung Ayesha.
Read more

Karena yang Pertama itu yang Terbaik

Ayesha menatapi punggung Izhar yang memasuki kamar mandi. Dia menghela nafasnya. Izhar tak melihat postingannya, makanya dia tak mempermasalahkannya. Padahal, yang Ayesha harapkan adalah Izhar setidaknya bertanya tentang apa gender reveal itu. Izhar kini seperti tak menaruh perhatiannya lagi pada Ayesha. Membuat Ayesha kesal sendiri karena tak lagi diperhatikan seperti sebelumnya. Dia terbiasa dengan perhatian, dan sekarang malah tak mendapatkannya. Tentunya itu agak membuatnya sedikit tertekan. “Aa marah?” tanya Ayesha begitu Izhar keluar dari kamar mandi. “Kenapa Aa harus marah?” Izhar sempat terdiam dan menatapi Ayesha, kemudian berjalan menuju lemari dan mengambil bajunya. “Aa ngediemin Ay terus, belakangan ini. Kenapa, sih? Karena gender reveal waktu itu?” tanya Ayesha lagi, dia terdengar muak sendiri. “Kamu udah dapat apa yang kamu mau dari temen-temen kamu, kan? Dari Devan juga, kan? Kamu mau apa lagi sekarang? Mempermasalahka
Read more

Kontraksi?

“Laki gue makin sini agak cuek sama gue, Dev.” Ayesha mengeluh pelan. “Perasaan lo aja kali, lo emang lagi sensitif. Kemarin gue bercanda dikit aja lo ngambek,” balas Devan enteng, dia sendiri memang melihat Ayesha belakangan ini agak sensitif. “Menurut lo gue baperan?” tanya Ayesha. “Iya, itu fakta, sih, bukan opini gue aja. Lo belakangan ini sensitif, Ay. Dikit-dikit pake perasaan. Tapi wajar, sih, secara lo lagi hamil, mana bentar lagi lahiran.” Devan berusaha mengerti Ayesha. “Masih lama,” timpal Ayesha. “Usia kandungan lo udah masuk 7 bulan, ege!” Devan mendecak pelan. Ayesha menganggukkan kepalanya, membenarkan hal tersebut. Devan benar, sebentar lagi dirinya akan melahirkan dan itu menjadi pikiran baru untuknya. Tambahan beban untuk otaknya dan perasaannya yang mulai waswas. “Ya udah, gue cabut dulu. Gue udah beliin lo sate sama lontong yang lo mau. Udah kan, enggak ada lagi?” tanya Devan seraya bangkit dan
Read more

Gelembung Pecah

Belakangan ini, Ayesha sering merasakan mulas. Namun setiap kali laporan pada Izhar, Izhar bilang jika itu kontraksi palsu yang umum terjadi setelah memasuki trimester akhir. Yang membuat Ayesha berusaha tenang, walau dia semakin gelisah saat merasakannya semakin sering. “Aa enggak bisa di sini aja? Ay enggak kuat,” keluh Ayesha di telepon. [“Ay, Aa baru pulang kerja. Aa bahkan belum makan. Itu wajar, sayang, normal. Enggak ada yang perlu khawatirkan, hpl kamu masih lama.”] Izhar kelihatannya hampir hilang kesabaran. “Tapi Ay beneran mules terus, udah dari tadi siang,” imbuh Ayesha lagi. [“Iya, enggak apa-apa.”] Izhar berusaha menenangkan Ayesha juga saat itu. “Aa ke sini, semalam ini aja, ya? Ay mau ditemani Aa, Ay takut,” ucap Ayesha, terdengar cengeng. [“Ay ... Jangan takut, kamu beneran enggak kenapa-napa, kok. Nikmati aja, ke depannya kamu enggak akan merasakan hal yang sama, kok, kecuali kamu hamil lagi.”] Izhar sempa
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status