Home / Thriller / SSST ... JANGAN BERISIK! / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of SSST ... JANGAN BERISIK!: Chapter 61 - Chapter 70

98 Chapters

Pernyataan

Riko bergegas masuk ketika sudah sampai di markas. Wajahnya ketakutan, dia juga sudah menghubungi pihak kepolisian untuk di identifikasi dan otopsi mayat kedua rekannya. Riko menyambar tas di meja. Dia memasukkan beberapa barang miliknya. Suara Riko yang membereskan barang-barangnya membuat Pasha dan Wanto terbangun dari tidurnya. "Lho, Ko, elu mau kemana?" "Gue mau pergi, di sini sudah gak aman!" jawab Riko tanpa melirik sedikitpun pada Pasha yang lebih dulu bangun. "Pergi? Pergi ke mana? Dan emangnya ada apa, Ko?" Pasha dan Wanto terbangun mendengar suara Riko yang ketakutan. "Iya, bicara yang jelas biar kami mengerti!" protes Wanto belum paham maksud ucapan Riko. "Perempuan itu ...." kata Riko terhenti. Dia telah membunuh Jerry dan Damar dengan sadis! Dan kalian tau di mana mereka terbunuh?" kata Riko bertanya. Kedua temannya menggeleng "Emangnya di mana?" Wanto sangat penasaran. "Tempat kita memperkosa gadis itu! Dan aku yakin banget, perempuan itulah yang membunuh mereka b
Read more

Bekerja Sama Dengan Sosok Hitam

"Dasar bodoh! Kalian berjumlah sangat banyak, tapi bagaimana bisa kalian tidak mampu menangkap wanita itu?" Tyo berteriak kencang, dia tidak bisa menahan emosinya. Dona berusaha menenangkan suaminya agar tenang saat di rumah sakit. "Pah, sudah Pah, sabar! Jangan marah-marah terus!" "Gak bisa, Mah! Ini menyangkut keselamatan anak kita. Dan mereka sangat bodoh sampai-sampai kecolongan dengan perempuan tak dikenal!" Riko, Wanto dan Pasha, ketiga pemuda itu berdiri menundukkan kepala di hadapan Tyo. Laki-laki berumur itu terlihat marah besar pada ketiga pemuda yang sudah dipercaya untuk menjaga anaknya. "Mamah tau, Pah, cuma Roy kecelakan karena dia mengebut! Jadi Papah jangan terus-menerus menyalahkan mereka, dan juga perhatikan jantung Papah itu. Lagi pula ini rumah sakit, bukan tempat marah-marah!" tukas Dona. Namun Tyo tetap dalam emosinya. "Sudah, Mamah diam saja! Biar Papah yang urus mereka bertiga!" bentak Tyo. Dona hanya mendengus dan kembali duduk di samping ranjang Tyo. "J
Read more

Pembalasan Pelan-Pelan Dina.

Riko, Wanto dan Pasha terus mencari perempuan yang tidak mereka ketahui. Sebab, mereka bertiga tidak tau siapa perempuan itu dan juga wajahnya, bahkan mereka pun tidak mengetahui di mana rumah perempuan itu. Motor ketiga anak buah Roy terus melaju lambat. "Ko, kita harus ke mana lagi mencari perempuan itu? Kita juga gak tau bagaimana wajahnya dan di mana rumahnya? Ini akan jadi pencarian percuma buat kita!" seru Pasha ragu-ragu dengan pencarian tak jelas ini. "Ya, benar! Kita juga belum istirahat sama sekali, bisa-bisa kita mati karena kelelahan bukan mati oleh perempuan itu!" Wanto ikut-ikutan berpendapat. "Hei, bisakah kalian diam? Tidak ada yang bisa kita lakukan selain menjalankan perintah bos besar!" sergah Riko. "Kita cari saja sampai ketemu!" "Tunggu!" henti Pasha. Dia memperlambat laju motornya dan berhenti di tepi jalan. Riko dan Wanto ikut menepi di belakang dan depan Pasha. "Ada apa? Kita jangan banyak membuang waktu lagi, Pasha!" usul Riko. "Elu bilang, perempuan itu
Read more

Mulai Menyiksa Pasha

"M-mau apa kau?" tanya Pasha bersuara tinggi, namun terdengar sangat ketakutan. Lagi, gadis itu tak akan menjawab. Dia hanya tersenyum dan tersenyum. Setelah itu .... Buaak. Dina menginjak keras dada Pasha hingga pemuda itu berteriak sangat kencang. "Aaaarhk" pekik Pasha kesakitan. Gadis itu, mengangkat kakinya sekali lagi. Tetapi, kali ini pemuda itu menangkap kaki Dina. Pasha mempelintir kaki gadis itu dan tubuhnya terpelanting, tubuhnya beradu keras ke tanah dan terjatuh. Dina bangun, posisinya kini terbalik. Pemuda itu melihat Dina dengan rendah, kemudian dia membungkukkan badannya. "Elu pikir bisa mengalahkan gue dengan mudah?" racaunya dengan sombong sambil menekan dua pipi gadis itu. Lalu mengambil batang pohon lainnya di dekat kaki Pasha. "Kali ini, gue yang menang perempuan gila!" Pasha mengangkat batang pohon itu, lalu .... "Ampuni aku, maafkan aku ... aku hanya ingin kalian merasakan apa yang aku rasakan!" kata Dina menggerakkan tangannya sambil meneteskan airmata. Ak
Read more

Mengambil Paksa Mata Pasha

"Ma ... ti!" katanya sekali lagi. Sialnya, pemuda itu tersadar saat merasakan rasa perih di pipinya. Mata Pasha langsung terbuka lebar ketika tau apa yang sedang di lakukan gadis itu. "Aaaagh!" pekiknya. Membuat Riko mendengar teriakannya kembali. "Ssst ... jangan berisik!" ucap Dina terbata-bata. Bibir Pasha langsung terbungkam, wajah ketakutan terlihat jelas saat dia tau ada pisau yang mulai membuat pipinya berdarah. Matanya memincing, bergerak cepat ke arah Dina dan pisau itu. "M-mau apa kau?" tanya Pasha yang hanya di jawab dengan senyuman. "Lepaskan a-aku!" pintanya sambil berontak. Lagi, Dina hanya tersenyum. Gadis itu seolah tak peduli apa yang dikatakan Pasha. Dia semakin menekan pisau itu, pemuda itu meringis dengan mata terpejam. Dia tidak bisa bergerak atau melawan gadis itu, tubuhnya terkekang tali yang sangat kuat. Lalu di luar kebun. Riko berlari kembali ke kebun yang banyak ditumbuhi pohon pisang itu. "Riko, mau kemana elu?" teriak Wanto protes. "Motor elu pindahi
Read more

Kematian Pasha Dengan Sadis

"J-jangan! Jangan lakukan itu!" pinta Pasha memajamkan mata. memalingkan muka untuk menghidari pisau di tangan Dina. Perempuan muda itu emosi, dia menekan wajah Pasha agar berhenti bergerak. Lalu .... Jleb. "Aaaargh!" teriaknya sekencang mungkin. Darah muncrat dari mata pemuda itu. Gadis itu hanya tersenyum tanpa merasa berdosa. Dina mencongkel mata Pasha, lalu mengeluarkan secara paksa. Bola mata pemuda itu kemudian dia letakan di telapak tangannya yang berlumur darah. Darah terus keluar dari lubang mata Pasha. Merintih, meringis kesakitan. "Mataku ... mataku!" teriaknya. "Dasar cewek sialan ... kembalikan bola mataku!" Gadis itu seakan tak peduli dengan ocehan Pasha. Dia tersenyum melihat bola mata pemuda itu yang berwarna coklat terang. "Cewek gila!" teriak Pasha sekali lagi. Dia tidak bisa berontak, sekali saja dia berontak, urat lehernya akan putus oleh kawat yang menjerat lehernya. "Kau ingin matamu kembali?" tanya Dina. Berwajah serius tanpa ekspresi saat menatap Pasha. Pem
Read more

Tabir Yang Mulai Terbuka

Laporan tentang kematian Pasha sudah terdengar ke telinga Letnan Indra dan Aipda Buyung, mereka berdua benar-benar bekerja keras untuk menangani kasus dalam dua bulan terakhir ini. Apalagi bulan ini penuh dengan kasus pembunuhan yang belum bisa mereka ungkap. Banyak hal yang ingin mereka periksa sebelum menyimpulkan kasus-kasus yang datang silih berganti. Di samping itu juga, kasus-kasus yang terjadi terbilang berat dan susah untuk diungkap faktanya. "Aipda Buyung ... cepatlah, kita harus menemukan pelaku di kasus ini!" pekik Letnan Indra tak sabar untuk mendatangi tempat kejadian perkara. Pembunuh yang tidak bisa mereka temukan pelakunya di dalam setiap kasus pembunuhan yang terjadi. "Siap Pak!" Sahut Aipda Buyung tak kalah semangatnya. Namun di balik itu semua, padahal kedua polisi itu sangat kelelahan dan mengantuk. Lihat saja wajah mereka, kelelahan yang terlukis jelas di setiap raut wajah keduanya itu tak bisa dipungkiri lagi. Mata sayu, keringat yang setiap kali muncul dan mi
Read more

Kau, Akan Menjadi Target Berikutnya.

Dina tidak benar-benar pergi dari tempat itu. Dia bersembunyi tak jauh dari tempatnya membunuh Pasha. Mengamati apa yang terjadi di kebun dari luar untuk rencana berikutnya. Lalu Letnan Indra sudah menemukan kunci dari permasalahan ini, kasus yang cukup rumit. Walaupun begitu dia perlu bukti kuat lainnya untuk membuktikan bahwa kasus ini berkaitan dengan Dina. Menguak kasus di Bandung adalah salah satunya untuk bisa menjerat dan mengetahui penyebab Dina melakukan pembunuhan. Ya, sebenarnya kasus itu sudah terbuka. Letnan Indra bisa saja menyimpulkan dan menyeret Dina ke penjara. Sebab, semua bukti dan kesaksian tertuju padanya. Gadis itu membunuh satu persatu pemerkosanya dengan cara menyiksa terlebih dahulu. Tidak ada motif yang sama memang dalam pembunuhan oleh Dina, namun terbukti kalau kesaksian Riko juga Wanto mengarah pada Dina. "Kau sudah selesai Aipda Buyung?" tanya Letnan Indra membaca tulisannya. Keterangan dari Riko dia pelajari lagi. "Sudah Letnan." Aipda Buyung ikut men
Read more

Detak Jantung Yang Hampir Berhenti.

"Riko ... bangun lu bangsat! Bantuin gue beresin cewek pembunuh ini!" teriak Wanto sudah terdesak. Tubuhnya tak bisa ke mana-mana lagi, terhalang tembok. Gadis itu hanya tersenyum senang melihat ketakutan yang tergambar di raut wajah Wanto. Deg. Deg. Deg. Jantungnya berdegup kencang. Darah berdesir kencang. Ketakutan kian menyelimuti dirinya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Wanto tak bekutik sekarang, tubuhnya terhalang tembok. Taka ada jalan untuk kabut. Gadis itu sudah menutup pintu ruang UGD dan menguncinya, lalu melangkah mendekati Wanto yang sudah berkeringat dingin. Tangannya menyambar pisau operasi dari wajah suster yang sudah tak berdaya. Dina tersenyum dingin. Dia menunjukan pisau operasi itu. "Ma ... ti!" ujar Dina. Pemuda itu kemudian menarik salah satu ranjang pasien yang berada di dekatnya. Lalu, "Gue gak akan mati semudah itu, perempuan gila!" serunya mendorong ranjang itu. Duk. Ranjang itu sengaja Wanto tabrakan pada Dina. Gadis itu terpental dan menindih
Read more

Melawan Riko

Dandy gelisah di dalam penjara. Beberapa kali telinganya mendengar berita pembunuhan. Ada lima kali berita pembunuhan yang dia dengar dari teman-teman narapidananya. Berita mengejutkan baginya, sebab, nama-nama yang dia dapati adalah nama-nama temannya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, bukti, jejak dan pelaku belum bisa di identifikasi sehingga kasus ini mengantung. Polisi juga belum bisa mengungkap pembunuhan itu dan menangkap pelakunya. Pemuda yang sempat menjadi saksi di persidangan Dina itu kesulitan memejamkan matanya. Pikirannya kacau, batinnya tak tenang. Begitu banyak dugaan yang dia analisa sendiri di dalam pikiran dan hatinya. "Sial! Kenapa gue gak bisa tidur sama sekali?" pikir Dandy. Dia duduk kembali dari rebahannya. "Dan pikiranku selalu ingat kejadian itu!" gumamnya pelan. Dia menarik-narik rambutnya. Rasanya sangat sakit kala ingatannya tak berhenti membuka tabir kejahatannya itu terhadap Dina. "Sebenarnya siapa pembunuh teman-temanku? Kenapa pihak kepolisian belum
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status