Home / Thriller / SSST ... JANGAN BERISIK! / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of SSST ... JANGAN BERISIK!: Chapter 81 - Chapter 90

98 Chapters

Melawan Roy

Roy membuka pintu takut - takut. Ketika Roy membuka pintu, mendadak dia menyerobot masuk. Tyo mengetahui bahwa anaknya sedang dalam bahaya. Ayah dari Roy itu cepat-cepat menodong Dina. "Lepaskan dia sekarang atau aku membunuhmu!" Senapan laras panjang tepat berada di kepala Dina. Gadis itu terkejut, matanya terbeliak melihat senapan Tyo sudah berada di kepalanya. "CEPAT LEPASKAN ANAKKU, IBLIS!" teriak Tyo habis kesabaran. Gadis itu, pelan-pelan menurunkan patahan besi dari leher Roy. Matanya tak lepas menatap tajam ke Tyo, yang menurut orang dia adalah gubernur terbaik yang di miliki Warga Jakarta. Tapi tidak menurut Dina, Tyo justru iblis sebenarnya yang mengendalikan otak Roy untuk terus berbuat jahat dan semena-mena dengan menggunakan jabatannya. Roy bergegas mencengkram pergelangan tangan Dina, kemudian dipelintirnya. "Sekarang, enaknya kita apakan Pah?" tanya Roy. Tersenyum penuh kemenangan. Gadis itu kembali tak berkutik. Namun, tidak semudah itu menaklukan Dina dengan peng
Read more

Kejutan Untuk Dona

Senyuman gadis itu terlihat meledek. Fisik Roy terlihat lebih lemah di banding dengannya. Keringat di tubuh Roy yang banyak itu membuat dia mudah ditebak. "Kau kelelahan, huh?" tanya Dina dalam bahasa isyarat. "Diam kau, perempuan bisu!" protes Roy. Dia menegapkan tubuhnya lagi. Roy memulai pertarungannya lagi. Dina menghindar kala serangan Roy mendekati wajahnya. Gadis itu seolah bisa membaca serangan Roy. Buk. Pukulan keras membuat perut Roy terasa mual. Apalagi saat tangan Dina berputar di perut pemuda itu, rasanya melilit. Kemudian gadis itu menarik tangannya dan mendorongnya ke depan. Sekali lagi, perut Roy menjadi sasaran empuk pukulan Dina. Pemuda itu mundur tiga langkah, lalu memuntahkan isi perutnya. Napasnya terengah-engah. "Sial! Kenapa gue bisa selengah ini?" pikirnya. Mengelap sisa muntahan yang masih menempel di sekitar bibirnya. Pemuda itu seperti putus asa, tidak ada harapan untuknya menang melawan gadis yang sedang kesetanan untuk membalas dendam. Roy berlari dan
Read more

Tawaran Dina Untuk Roy

Kali ini bagian tajam tongkat besi itu menembus bagian bawah pintu. Pinggiran perut Roy terkena tusukan tongkat Dina. "Aaargh!" Dia berteriak ketika darah sudah banyak keluar dari lukanya. "Roy ... kamu gak apa-apa, Nak?" Dona terlihat kuatir. Pakaian Roy terkena banyak darah yang merembes. "Kita obatin dulu luka kamu!" ajak Dona, tetapi Roy menolaknya. "Gak, Mah ... gak usah!" "Tapi darah kamu banyak banget, Roy. Bisa-bisa kamu kehabisan darah!" Dona tetap memaksa anaknya. Lagi, putranya tetap menolak ajakan Dona. "Gak usah, Mah! Lebih baik kita halangi perempuan itu agar tidak masuk!" katanya. "Mamah tunggu di sini. Tetap tahan pintunya, Roy akan segera kembali!" Roy menuju ruangan lainnya. "Lho, kamu mau ke mana? Jangan tinggalin Mamah, dong, kan Mamah takut, Roy!" protes Dona. Roy mengabaikannya. "Sebentar, Mah. Roy akan cepat kembali!" Hanya itu sebagai jawabannya. "Aduuh, bagaimana ini? Kalau perempuan itu mendobrak pintunya aku harus bagai--" Belum selesai bibirnya beruca
Read more

Kejutan Dari Dina

"SUDAH AKU BILANG DIA TIDAK AKAN MELEPASKAN KITA, MAH!" teriak Roy melepaskan segala emosinya. Namun, itu tidak hilang. "L-lakukan Roy ... k-kau m-mau j-jadi ... a-nak ... d-durhaka?" ucapan Dina seolah meledeknya. Memberi tekanan yang tidak bisa dia terima. "B-bukankah ... k-kau ... s-suka m-memperkosa a-anak ... g-gadis orang?" "DIAM! GUE BILANG DIAM DAN GAK USAH NGEBACOT, CEWEK SIALAN!" teriak Roy sambil menunjuk ke arah Dina. Perempuan itu hanya tersenyum, namun terlihat getir mendengar bentakan Roy. Dina tak perlu banyak bicara. Hanya tangannya saja yang bekerja sangat cepat. Bagian runcing itu menusuk lebih dalam hampir menembus urat nadi di leher Dona. "Aaargh!" Dona terpekik kesakitan. Rasanya nyeri. Darah semakin banyak keluar dari luka tusuk. Roy tak tega melihatnya. "Sial! Gue gak bisa berkutik oleh gadis ini!" pikir Roy, dan hampir saja dia menaruh hati juga rasa kasihan pada gadis itu di gudang tadi. "Gue harus mencari cara agar bisa membebaskan mamah!" pikirnya lagi
Read more

Perintah Dina

Roy di luar semakin kaget mendengar jeritan mamahnya yang memilukan hatinya. "Hei ... lepaskan dia, sialan!" teriak Roy dari luar, melihat dari jendel dan memukul-mukul jendela. Dia cemas, lantas Roy mengambil batu besar. Pemuda itu melemparnya ke jendela. Praang. Kaca jendela hancur berkeping-keping, sebagian berserakan dia lantai dalam pavilliun dan sebagian serpihan kaca itu tercecer di halaman. Roy masuk ke dalam dan membiarkan luka-luka tusuk pecahan kaca melukai tubuhnya. Dia berlari ke dalam kamar yang sengaja tidak dikunci Dina. "Mamah!" Roy dibuat terkejut berkali-kali. Dona terlentang di tempat tidur dengan tangan dan kaki terikat tali. Bukan hanya itu saja, pakaian Dona sudah dalam keadaan compang-camping layaknya gembel. Wajah ketakutan Dona terlihat jelas, airmata menetes dari pelupuk matanya yang sayu menatap Roy. "Apa-apaan ini?" kata Roy bergetar. "Lepaskan Mamah gue!" pintanya menatap nanar pada Dina. Gadis itu tersenyum, lalu menggerakkan tangannya. "Kau ingat, b
Read more

Melarikan Diri Dari Dina

"Lakukan sekarang!" perintah Dina di dalam hati. Walau Dina tidak berbicara secara gamblang, tetapi dia melakukan tindakan hingga Roy terdoring maju mendekati Dona. Roy melirik ke arah Dina. Kemudian berpaling dan menatap Dona yang pasrah di atas ranjang. Roy bingung, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menuruti permintaan Dina. Sekali lagi, Dina mendorong tubuh Roy. Dia bergegas menahan tubuhnya yang hampir terjatuh menindih tubuh Dona dengan kedua tangannya. Kedua mata Roy dan Dona saling bertatapan, semua terlihat menjijikan di mata ibu dan anak itu. Baru kali ini pemuda itu menatap jelas wajah Dona. Walau usianya tak muda lagi, wanita yang telah melahirkannya itu masih terlihat cantik dan muda. "La-ku-kan ... se-ka-rang ... ju-ga!" perintah Dina menggebrak besi ranjang. Keduanya tersentak kaget. Roy melirik dengan tatapan benci, tetapi tatapan kedua mata gadis itu jauh lebih mengerikan daripada tatapan Roy. Buk. Dina memukul keras kaki pemuda itu hingga tubuhnya b
Read more

Serangan

"Brengsek! Kenapa dia melakukan di luar dugaan gue?" bisik batin Roy. Dia bergegas berdiri dan mendekati pintu luar pelan-pelan sambil memegang palu. Tetapi dia tidak menemukan siapapun di luar. "Di mana perempuan itu?" Roy semakin panik, ketakutan dalam dirinya mendadak sangat besar. Netranya menjadi waspada ke seluruh ruangan depan rumahnya. Gadis itu menendang pintu dan membuat Roy tangannya terlepas dari engsel pintu. Duk. Bruk. Tubuh Roy terpental tembok sangat keras. Tulang-tulang punggungnya terasa sakit. Tubuh telanjang terekspos jelas di mata Dina, gadis itu menatap serius dan penuh kebencian. Sangat marah telah dibohongi Roy dan Dona. "Kamu harus mati di tanganku, brengsek!" ujarnya mulai melangkah ke arah Roy. Tangannya mengangkat tongkat besi, kemudian berlari ke arah Roy. "Aaarghk" teriak Dina, sambil mengayunkan tongkat itu. Pemuda itu melotot, dengan gerakan secepat kilat, dia menggulingkan tubuhnya ke sebelah kanan. Buuak. Pukulan Dina mengenai tembok hingga sed
Read more

Mengikuti Polisi

Tengah hari, roda motor Dion masih berputar di tengah jalanan ibukota yang sesak oleh puluhan mobil dan motor sedang berbaris. Pemuda itu tampak ling-lung ketika arah mana yang harus dia lalui sekarang. Sebab, Zahra belum juga memberi arahan ke mana lagi dia harus mencari Dina yang pergi tanpa bilang pada Zahra. "Sekarang kita harus ke mana lagi, Bu?" tanya Pemuda yang sudah bersahabat lama dengan Dina dan juga Tony. Pemuda hitam manis nan rupawan itu sudah rela berkeliling menemani Zahra, walau dia tidak tau ke mana tujuan wanita itu. "Saya juga tidak tau, Nak Dion! Ibu juga bingung harus ke mana lagi mencari dia. Itu karena Dina tidak punya banyak teman dan hanya kamu sahabat Dina saat ini!" sahut Zahra diterpa gersangnya angin siang yang berhembus cukup kencang. Dia tetap keras kepala mencari Dina, walau pihak kepolisian sedang mencari gadis itu. "Maaf, Nak Dion ... kalau Nak Dion sudah lelah, lebih baik Nak Dion turunkan saja saya di sini. Biar saya mencari sendiri di mana anak
Read more

Sulitnya Membunuh Roy

"Gawat!" pikir Dina. Wajah gadis itu terlihat tegang, bingung, dan tidak bisa mengambil keputusan secara mendadak. Serangan dua arah membuat dia sedikit tak berkutik. Gadis itupun mencoba merubah posisi tongkat besi yang cukup panjang. Matanya memperhatikan gerakan ibu dan anak itu. Bibirnya pun tersenyum kala dia mendapati gerakan Dona jauh lebih payah dan mudah dilumpuhkan olehnya dibanding Roy. Dia mendorong tongkatnya, Lalu, Buk. Duk Braak. Serangan beruntun membuat tubuh itu terjatuh di lantai. Wanita itu merasakan sakit di bagian perut dari serangan balasan Dina. "Aaargh!" pekiknya sambil memegangi perut. "Mamah!" Roy pun menjadi lengah, matanya lebih fokus melihat Dona dibandingkan melihat lawannya, Dina, dan itu membuat perempuan bisu lebih mudah melumpuhkan Roy. Gadis itu menggerakan sedikit, dan ... Buk. Debuk. Pipi Roy tertampar ujung tongkat besi Dina, pemuda itu terpental. Praaang Tubuhnya terjatuh mengenai lemari kaca berisi piala-piala penghargaan Tyo yang
Read more

Membunuh Dona

Dona bangun dengan perut terasa keram dan perih. Dia mengambil kembali palu yang sempat terlepas dari tangannya. Lalu wanita itu berjalan tertatih, rasa sakit di perutnya membuat dia tidak bisa bergerak bebas. Dia melihat Roy sedang menyerang Dina dengan kayu. "Roy?" bisiknya. Netranya mendapati serpihan kaca yang berantakan di lantai, pecahan kaca itu bercampur darah Roy yang sudah mengotori lantai. Wanita itu memperhatikan gerakan Dina, gadis itu rupanya sudah terdesak oleh serangan demi serangan dari putranya. Gadis itu juga terlihat gugup walau kemarahan terlihat jelas di sorot mata berwarna hitam legam itu. Dona mendadak menutup mulutnya. Roy hampir saja menusuk perut perempuan muda itu. Dia cukup terkejut, dia juga tidak bisa membayangkan bila matanya harus melihat darah muncrat darinperut gadia itu. Akan tetapi serangan Roy di tahan oleh Dina dengan tangannya. "Gadis itu? Dia ... dia bisa menahan serangan Roy yang cepat itu? T-tapi bagaimana bisa dia melakukannya?" pikir Don
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status