Kali ini bagian tajam tongkat besi itu menembus bagian bawah pintu. Pinggiran perut Roy terkena tusukan tongkat Dina. "Aaargh!" Dia berteriak ketika darah sudah banyak keluar dari lukanya. "Roy ... kamu gak apa-apa, Nak?" Dona terlihat kuatir. Pakaian Roy terkena banyak darah yang merembes. "Kita obatin dulu luka kamu!" ajak Dona, tetapi Roy menolaknya. "Gak, Mah ... gak usah!" "Tapi darah kamu banyak banget, Roy. Bisa-bisa kamu kehabisan darah!" Dona tetap memaksa anaknya. Lagi, putranya tetap menolak ajakan Dona. "Gak usah, Mah! Lebih baik kita halangi perempuan itu agar tidak masuk!" katanya. "Mamah tunggu di sini. Tetap tahan pintunya, Roy akan segera kembali!" Roy menuju ruangan lainnya. "Lho, kamu mau ke mana? Jangan tinggalin Mamah, dong, kan Mamah takut, Roy!" protes Dona. Roy mengabaikannya. "Sebentar, Mah. Roy akan cepat kembali!" Hanya itu sebagai jawabannya. "Aduuh, bagaimana ini? Kalau perempuan itu mendobrak pintunya aku harus bagai--" Belum selesai bibirnya beruca
Read more