Home / Lain / SEPEDA TUA WARISAN KAKEK / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of SEPEDA TUA WARISAN KAKEK : Chapter 81 - Chapter 90

165 Chapters

BAB 81 TAHLILAN

Kursi sudah lagi di tata rapi karena Magrib pun hampir tiba. Semua sanak famili yang dekat rumahnya berkumpul di rumah duka. Bahkan aku melihat ada Lek Santoso beserta keluarga juga duduk di sebuah kursi bersama yang lainnya.Memasuki rumah yang telah menjadi saksi bisu indahnya sayang yang aku dapatkan ini, Mbah Lastri berdiri tersenyum dengan membawa mukena di tangan kirinya. Setelah mencium punggung tangan wanita itu aku pun duduk ikut bersama ibu yang sedang menata hidangan di atas meja makan."Sudah makan?" tanya Ibu singkat. Aku pun mengangguk. "Mereka kok rajin banget sudah sampai disini semua. Jangan-jangan ada sesuatu!" ucapku dengan mengambil kacang goreng di meja. Lagi-lagi aku di buat kesakitan karena ulah ibu, pinggang ini di cubit kecil. Saking kecilnya aku pastikan membekas merah tua di kulit. Sedikit meringis demi menahan rasanya yang begitu membuat diri ini ingin berteriak. Ku elus berulang kali tempat ibu mencubit tersebut."Kenapa kamu selalu berpikir buruk tentan
last updateLast Updated : 2023-04-29
Read more

BAB 82 KASIHAN

Aku yang hendak pergi ke dapur, seraya tangan ini dicekal oleh wanita yang masih terlihat cantik, tapi sedikit berisi itu. Bukannya nggak sopan ketika diajak orang berbicara malah pergi, tapi aku sengaja menghindar demi sebuah kalimat bernama gosip.Nggak etis jika dalam keadaan seperti ini malah membicarakan saudara sendiri yang sudah berada di bawah dan titik terendah dalam hidup. Tidak ada seseorang yang menghendaki rumah tangganya akan kocar-kacir, pun dengan aku. Akhirnya terlintas sebuah ide kebohongan kecil untuk terlepas dari jerat ghibah."Mbak, aku mau pipis, sudah nggak tahan, permisi," pamitku yang meninggalkan dirinya terpaku.Di belakang aku sengaja masuk ke kamar mandi terlebih dulu, mencuci muka dan setelah itu kembali kumpul bersama ibu. Iya, akan jauh lebih baik aku duduk berdekatan dengan beliau.Para jamaah lelaki sudah mulai memasuki rumah dan halaman. Kami para saudara yang memang sengaja ingin bermalam disini menunggu mereka mengaji dengan duduk di ruang makan y
last updateLast Updated : 2023-04-29
Read more

BAB 83 KASIHAN

Malam yang panjang, aku pun turut serta tidur di rumah Mbah Darma. Mas Yanuar juga bermalam di rumah ini, para lelaki saling berbincang di luar sedang kami sudah mulai menaikkan selimut di ruangan yang luas ini bersama-sama. Menjadi kebiasaan di tempat kami jika ada salah satu kerabat yang telah meninggal maka sanak-saudara akan menginap dan tidur bersama hingga hari ketujuh.Sungguh suasana yang sangat hangat dan kental. Namun, saat aku mengedarkan pandangan di setiap sudut rumah tidak menemukan Bi Salimah juga anak gadisnya. Mungkin mereka telah pulang tanpa aku tahu kapan keluarnya dari sini.Saat hendak pergi ke kamar mandi karena kandung kemih mulai sakit saking banyaknya menampung, ada suara yang sangat aku kenal pemiliknya. Menggelegar bak petir kala hujan turun ke bumi membasahi semua yang ada di alam ini. Bi Salimah, iya, beliau ternyata ada di dalam kamar Mbah Lastri dengan suara setengah berbisik menyebut namaku. Pintu yang terbuka dan hanya ditutupi kain tirai itu seolah
last updateLast Updated : 2023-04-30
Read more

BAB 84 JULIA

"Jangan pernah membantah, karena kalau orang tua bicara itu pasti demi kebaikanmu. Paham?" imbuhnya. Semenjak kejadian beberapa tahun silam yang masih membekas di hati ini aku selalu saja tidak berani berkutik jika Mbah Lastri mengatakan sesuatu yang harus didengar dengan seksama. Takut jika kejadian yang sama akan berulang kembali, ceramah panjang lebar. Berjalan menikmati udara pagi setelah berpamitan untuk pulang. Aku dan Mas Yanuar bergandengan tangan sambil melihat sinar matahari yang masih malu-malu menampakkan wujudnya. Semburat jingga pun menghiasi langit berwarna biru muda itu dengan indah, sungguh ciptaan Tuhan yang sangat sempurna.Udara yang segar menyapa wajahku, terasa damai hidup di dunia cerah ini. Burung yang hinggap di dahan pepohonan bernyanyi, bersiul-siul mengikuti ritme daun yang bergoyang. Sangat istimewa. Lalu lalang kendaraan pun belum sepenuhnya lewat, jadi udaranya masih begitu bersih. Apalagi ditambah dengan hamparan sawah yang menghijau bak karpet permad
last updateLast Updated : 2023-04-30
Read more

BAB 85 PANGGILAN

Pagi yang berwarna, aku dan Mas Yanuar menikmatinya penuh irama. Berdua saling bahu-membahu membersihkan seluruh sudut ruang dengan bahagia. Sesekali keluar banyolan dari mulut lelaki yang hampir dua tahun menemani langkah kaki ini menuju dunia yang penuh dengan liku-liku. Bunyi ponselku berdering kencang, aku yang lupa menaruh di mana benda pipih tersebut sempat panik. Namun, saat Mas Yanuar memegang benda elektronik itu aku langsung tersenyum manis. Iya, aku merasa ini adalah kelalaian yang selalu hadir, lupa menaruh barang-barang berharga. Nomor tak dikenal tertera disana, aku memandang Mas Yanuar berulang kali dan beraliih lagi ke ponsel yang aku genggam. Kembali aku meletakkan di meja dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Memang menjadi kebiasaan diri ini yang malas sekali jika harus menerima panggilan masuk yang nomor itu tak tersimpan di kartu memori. Siapapun itu meskipun pada akhirnya ada yang bilang adalah teman sekolah, teman kerja atau saudara yang memang tela
last updateLast Updated : 2023-04-30
Read more

BAB 86 EFEK JERA

"Tidak, aku nggak minta berapapun. Hanya ingin memberikan mereka efek jera supaya tidak memandang orang lain rendah. Nggak selamanya orang yang pendiam akan terus mereka hina, caci dan diinjak-injak. Ada adab sopan santun yang harus selalu diterapkan dalam hidup bermasyarakat, bukan begitu?" "Kamu baik sekali, Suci. Padahal ada yang juga meminta uang tiga puluh, empat puluh juta karena kasus yang sama dengan kamu. Ya, sudahlah kalau kamu maunya seperti itu, tetap semangat dan semoga menjadi yang terbaik kedepannya. Oh, iya, jangan lupa titip salam buat Pak Kanit, dia temanku!" ujar Doris dengan tawa kecilnya."Baik, nanti akan saya sampaikan, terima kasih atas sarannya, ya. Terima kasih banyak," balasku.Usai ku tutup sambungan telepon tersebut, aku mencoba menghela napas panjang. Berharap paru-paru ini bisa lega dengan masuknya oksigen."Ya, sudah, kita siap-siap saja kesana, cepat mandi dan aku bereskan pekerjaan dulu!" titah Mas Yanuar yang langsung berdiri dan keluar lagi untuk m
last updateLast Updated : 2023-04-30
Read more

BAB 87 AKHIRNYA

Memasuki halamannya kantor kepolisian jantung ini semakin tak menentu, rasanya seolah seperti sedang ditabuh dengan palu besar. Telapak tangan dingin dan sesekali aku menyeka keringat yang mulai mengalir di pelipis.Genggaman tangan Mas Yanuar semakin erat, rasa sayang dan kekuatan seolah mengalir ke setiap nadi tubuh ini. Aku begitu percaya diri melangkahkan kaki memasuki ruangan yang sepi, hingga petugas itu berdiri dan menanyakan perihal kedatangan kami."Mau bertemu dengan Pak Kanit," ucap Mas Yanuar.Petugas itu pun mengangguk dan mempersilahkan kami menuju ruangan yang sudah menanti kedatangan kami. Duduk berdua di ruang tunggu karena pintu ruangan seseorang yang kami tuju sedang tertutup. Pertanyaan demi pertanyaan aku dan Mas Yanuar jawab dengan tegas kala ada salah satu petugas yang ingin mendengar secara langsung jawaban atas dicabutnya laporan kami ini."Mbak Suci dan Mas Yanuar yakin mau menutup kasus ini?" tanya petugas yang selalu datang ke rumah kami memberitahukan jal
last updateLast Updated : 2023-05-01
Read more

BAB 88 MAAF

Petugas itu mengangguk mempertemukan kami berempat di suatu ruangan. Banyak anggota polisi juga ada Angga beserta Lek Santoso yang wajahnya kali ini terlihat kusut. Sungguh perubahan yang sangat unik, dari romannya dia seperti sedang mengalami beban yang teramat berat. Namun, entahlah mungkin itu hanya aktingnya saja di depan para aparat. Toh, pada kenyataannya dia selalu memasang wajah sinis dan meremehkan. Tidak ada sedikitpun rasa menghormati ataupun menghargai lawannya.Kali ini aku tidak mau lagi terkecoh, ingin sekali memberikan tamparan kecil buat mereka. Gemuruh dalam dada seakan tak kuat untuk menahan diri supaya tenang dan diam. Aku tahu jika aku berbuat lebih buruk pada mereka dampaknya akan terjadi padaku. Akan tetapi, rasa ini tak mau mengalah, dendam kesumat dalam diriku seolah bergejolak dan ingin membasmi mereka sekarang juga."Pak Santoso dan Mas Angga, apakah sudah meminta maaf pada keluarga Mbak Suci?" tanya Pak Kanit memulai pembicaraan ini."Sudah." Mereka menjaw
last updateLast Updated : 2023-05-01
Read more

BAB 89 SELESAI

"Teman ada di Polda atau di Polri itu nggak akan ada untungnya, Pak. Masalah seperti ini harus diselesaikan sendiri, ngapain ngandelin orang lain jika lagak kita saja kuat, benar bukan?" ujar salah satu petugas yang badannya jauh lebih tinggi dari atasannya.Aku dan Mas Yanuar tersenyum tipis, Lek Santoso ini ada-ada saja. Selalu saja mencari perhatian dari orang-orang berpangkat. Apa dia belum sadar jika semua itu adalah sebuah titipan dari sang kuasa? Ah, aku jadi geli sendiri mendengarkan perkataannya tersebut.Setelah kami semua tanda tangan lalu di foto bersama sebagai bukti bahwa kasus ini berakhir dengan jalan damai. Seperti apa yang diinginkan oleh Bi Salimah waktu itu saat datang ke rumah. Aku kalau boleh memilih maka akan tetap melanjutkan kasus ini hingga mereka yang berbuat jahat benar-benar mendapatkan ganjaran yang setimpal.Rasanya tidak ikhlas jika harus bersalaman dengan mereka, meskipun kata maaf terucap dari kedua orang itu dan aku hanya menjawab dengan anggukan sem
last updateLast Updated : 2023-05-01
Read more

BAB 90 PENASARAN

"Bagaimana dengan proses kasus tadi?" Ibu bertanya saat aku dan Mas Yanuar sudah sampai rumah. Wajah cantiknya terlihat begitu khawatir mendapati diri ini yang terlihat begitu kelelahan."Alhamdulillah, Bu, tidak ada lagi masalah. Semua selesai dan kami berharap jika nanti tidak ada lagi kekacauan yang menimbulkan perselisihan. Capek," jawab Mas Yanuar dengan menghempaskan tubuhnya di kursi sofa.Aku tahu lelakiku itu lelah, semua pekerjaan yang seharusnya dia pegang sendiri kini telah dilimpahkan pada keponakannya. Panggilan tentang kasus ini memang menguras tenaga, aku yang selalu diam dan tenang harus memutar otak untuk menata kata demi hari yang tidak boleh tersinggung jika bersuara. Iya, aku memang terkenal pedas kalau berbicara, takut jika nanti akan semakin menambah keruh. Maka dari itu masalah yang sudah bersih ini berharap tidak akan ada lagi. Mencoba membiarkan mereka bernyanyi meskipun hati sakit, itu pesan Mas Yanuar saat malam kami ingin merajut mimpi indah semalam."Ibu
last updateLast Updated : 2023-05-01
Read more
PREV
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status