Share

BAB 86 EFEK JERA

Penulis: Anna Janitra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-30 19:10:01

"Tidak, aku nggak minta berapapun. Hanya ingin memberikan mereka efek jera supaya tidak memandang orang lain rendah. Nggak selamanya orang yang pendiam akan terus mereka hina, caci dan diinjak-injak. Ada adab sopan santun yang harus selalu diterapkan dalam hidup bermasyarakat, bukan begitu?"

"Kamu baik sekali, Suci. Padahal ada yang juga meminta uang tiga puluh, empat puluh juta karena kasus yang sama dengan kamu. Ya, sudahlah kalau kamu maunya seperti itu, tetap semangat dan semoga menjadi yang terbaik kedepannya. Oh, iya, jangan lupa titip salam buat Pak Kanit, dia temanku!" ujar Doris dengan tawa kecilnya.

"Baik, nanti akan saya sampaikan, terima kasih atas sarannya, ya. Terima kasih banyak," balasku.

Usai ku tutup sambungan telepon tersebut, aku mencoba menghela napas panjang. Berharap paru-paru ini bisa lega dengan masuknya oksigen.

"Ya, sudah, kita siap-siap saja kesana, cepat mandi dan aku bereskan pekerjaan dulu!" titah Mas Yanuar yang langsung berdiri dan keluar lagi untuk m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 87 AKHIRNYA

    Memasuki halamannya kantor kepolisian jantung ini semakin tak menentu, rasanya seolah seperti sedang ditabuh dengan palu besar. Telapak tangan dingin dan sesekali aku menyeka keringat yang mulai mengalir di pelipis.Genggaman tangan Mas Yanuar semakin erat, rasa sayang dan kekuatan seolah mengalir ke setiap nadi tubuh ini. Aku begitu percaya diri melangkahkan kaki memasuki ruangan yang sepi, hingga petugas itu berdiri dan menanyakan perihal kedatangan kami."Mau bertemu dengan Pak Kanit," ucap Mas Yanuar.Petugas itu pun mengangguk dan mempersilahkan kami menuju ruangan yang sudah menanti kedatangan kami. Duduk berdua di ruang tunggu karena pintu ruangan seseorang yang kami tuju sedang tertutup. Pertanyaan demi pertanyaan aku dan Mas Yanuar jawab dengan tegas kala ada salah satu petugas yang ingin mendengar secara langsung jawaban atas dicabutnya laporan kami ini."Mbak Suci dan Mas Yanuar yakin mau menutup kasus ini?" tanya petugas yang selalu datang ke rumah kami memberitahukan jal

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 88 MAAF

    Petugas itu mengangguk mempertemukan kami berempat di suatu ruangan. Banyak anggota polisi juga ada Angga beserta Lek Santoso yang wajahnya kali ini terlihat kusut. Sungguh perubahan yang sangat unik, dari romannya dia seperti sedang mengalami beban yang teramat berat. Namun, entahlah mungkin itu hanya aktingnya saja di depan para aparat. Toh, pada kenyataannya dia selalu memasang wajah sinis dan meremehkan. Tidak ada sedikitpun rasa menghormati ataupun menghargai lawannya.Kali ini aku tidak mau lagi terkecoh, ingin sekali memberikan tamparan kecil buat mereka. Gemuruh dalam dada seakan tak kuat untuk menahan diri supaya tenang dan diam. Aku tahu jika aku berbuat lebih buruk pada mereka dampaknya akan terjadi padaku. Akan tetapi, rasa ini tak mau mengalah, dendam kesumat dalam diriku seolah bergejolak dan ingin membasmi mereka sekarang juga."Pak Santoso dan Mas Angga, apakah sudah meminta maaf pada keluarga Mbak Suci?" tanya Pak Kanit memulai pembicaraan ini."Sudah." Mereka menjaw

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 89 SELESAI

    "Teman ada di Polda atau di Polri itu nggak akan ada untungnya, Pak. Masalah seperti ini harus diselesaikan sendiri, ngapain ngandelin orang lain jika lagak kita saja kuat, benar bukan?" ujar salah satu petugas yang badannya jauh lebih tinggi dari atasannya.Aku dan Mas Yanuar tersenyum tipis, Lek Santoso ini ada-ada saja. Selalu saja mencari perhatian dari orang-orang berpangkat. Apa dia belum sadar jika semua itu adalah sebuah titipan dari sang kuasa? Ah, aku jadi geli sendiri mendengarkan perkataannya tersebut.Setelah kami semua tanda tangan lalu di foto bersama sebagai bukti bahwa kasus ini berakhir dengan jalan damai. Seperti apa yang diinginkan oleh Bi Salimah waktu itu saat datang ke rumah. Aku kalau boleh memilih maka akan tetap melanjutkan kasus ini hingga mereka yang berbuat jahat benar-benar mendapatkan ganjaran yang setimpal.Rasanya tidak ikhlas jika harus bersalaman dengan mereka, meskipun kata maaf terucap dari kedua orang itu dan aku hanya menjawab dengan anggukan sem

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 90 PENASARAN

    "Bagaimana dengan proses kasus tadi?" Ibu bertanya saat aku dan Mas Yanuar sudah sampai rumah. Wajah cantiknya terlihat begitu khawatir mendapati diri ini yang terlihat begitu kelelahan."Alhamdulillah, Bu, tidak ada lagi masalah. Semua selesai dan kami berharap jika nanti tidak ada lagi kekacauan yang menimbulkan perselisihan. Capek," jawab Mas Yanuar dengan menghempaskan tubuhnya di kursi sofa.Aku tahu lelakiku itu lelah, semua pekerjaan yang seharusnya dia pegang sendiri kini telah dilimpahkan pada keponakannya. Panggilan tentang kasus ini memang menguras tenaga, aku yang selalu diam dan tenang harus memutar otak untuk menata kata demi hari yang tidak boleh tersinggung jika bersuara. Iya, aku memang terkenal pedas kalau berbicara, takut jika nanti akan semakin menambah keruh. Maka dari itu masalah yang sudah bersih ini berharap tidak akan ada lagi. Mencoba membiarkan mereka bernyanyi meskipun hati sakit, itu pesan Mas Yanuar saat malam kami ingin merajut mimpi indah semalam."Ibu

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 91 KECELAKAAN

    Pagi mulai datang, suasananya, rasanya bahkan setiap detiknya terasa begitu indah. Cerahnya hari ini seakan memberikan kesejukan bagi orang-orang yang datang bergotong-royong di rumah Mbah Lastri. Rumah sudah banyak para ibu-ibu yang sibuk dengan tugasnya masing-masing, yang lelaki pun sibuk dengan kambing yang sudah siap untuk disembelih. "Sudah tujuh hari Mbahmu meninggalkan kita semua disini, semoga kalian semua bisa tentram seperti harapan beliau," ucap Mbah Lastri dengan mengelus punggung tangan ini berulang-ulang."Aku pun sudah lelah jika harus bergelut dengan masalah yang sama sejak lahir hingga sekarang ini. Malah kadang aku pengen pergi dari rumah itu dan membangun di tempat baru, Mbah." Aku mengatakan dengan pandangan lurus ke depan.Sebenarnya apa yang aku katakan adalah kenyataan yang saat ini terjadi. Memang rasanya aku sudah muak jika berhadapan dengan masalah itu-itu melulu. Padahal aku dan Mas Yanuar selalu merencanakan masa depan indah nan cerah tanpa ada lagi gang

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 92 MENJELANG MELAHIRKAN

    "Bagaimana dia?" Pertanyaan pertama yang aku tujukan pada Mas Yanuar saat menginjakkan kaki di rumah dengan rasa penasaran kondisi Lek Santoso.Mas Yanuar yang datang lalu mencuci mukanya itu tersenyum sebelum duduk di sampingku dan menjawab rasa penasaran ini. "Kepo," bisiknya tepat di telinga."Bagaimana keadaan Lek Santoso, Nak Yanuar?" Kini ibu yang bertanya pada suamiku itu. Ibu memilih duduk di kursi ujung, dengan seksama beliau memperbaiki posisinya demi mendengar penjelasan dari sang menantu. Aku pun tak sabar untuk mengetahui apa yang terjadi pada lelaki angkuh itu. Apakah dia sehat atau malah kritis? Ini yang ingin aku tahu jawabnya, tapi sayangnya Mas Yanuar malah diam sesaat."Lek Santoso dibawa ke rumah sakit, Bu. Tadi ada mobil ambulans daei puskesmas keliling dan segera membawa dia. Saat dibopong sama warga tadi kelihatan Lek Santoso tidak sadarkan diri," jelas Mas Yanuar akhirnya."Astaghfirullah," ucap ibu menutup mulutnya. "Karma, Bu," sungutku.Semua mata menoleh

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-02
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 93 MELAHIRKAN

    Tujuh harinya Mbah Darma selesai dengan lancar. Di malam ini terakhirnya kamu menginap di sini. Menemani Mbah Lastri yang sendirian pada akhirnya nanti. Akan tetapi, bapak berkata pada seluruh keluarga besar tak terkecuali dari pihak Mbah Lastri sendiri."Niat kami ingin mengajak Mbah Lastri ke rumah, bersedia Mbah?" tanya Bapak saat semua seksama mendengarkan."Iya, Mbah, lebih baik ikut Mas Budi saja!" celetuk salah satu keluarga.Mbah Lastri tersenyum sambil memandangi seluruh anggota keluarga yang ikut bergabung di rumah ini. Kebanyakan dari mereka setuju, melihat wanita sepuh itu akan menikmati hari tuanya tanpa pasangan. Pasti akan kesepian karena kami akan kembali menjalani aktivitas masing-masing."Sudah aku katakan sejak awal, aku tidak akan pergi dari rumah ini kecuali Tuhan memanggil. Rumah ini penuh kenangan kami berdua juga bersama kalian yang sering main kesini. Lalu kenapa aku harus meninggalkannya?" jelas Mbah Lastri."Baik kalau begitu, Mbah saya dan istri yang akan i

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-02
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 94 BAYIKU

    Bayi mungil di sampingku terlihat begitu lucu, kebahagiaan kami berlimpah kala melihatnya menangis karena suaranya yang indah begitu menyejukkan hati. Mbah Lastri menggendongnya penuh sayang, antara bahagia dan sedih air mata ini jatuh di pipi."Laki-laki apa perempuan?" tanyaku lemah."Alhamdulillah, jagoan," balas Mas Yanuar berbinar-binar."Laki-laki dan sehat, Alhamdulillah. Mbah akan tidur bersama kalian, Budi, kamu untuk sementara tidur di rumah Mbah, ya, karena belum empat puluh hari rumah Mbah di tinggal oleh Mbahmu Darma dan nggak boleh ditinggalkan dalam keadaan kosong tanpa penghuni, nggak baik!" ujar Mbah Lastri terhadap Ayah.Ayah yang diminta pun mengangguk setuju, tapi bukankah itu justru membuat Ayah jarang melihat cucunya sendiri?"Nanti gantian sama Harjo, bukankah dia dan istrinya masih disana?" "Masih, Mbah, ini tadi aku minta dia untuk tidak pulang dulu. Saudara yang lain juga masih banyak yang disana, Mbah." Ayah mengusap pelan lengan ini."Terima kasih telah me

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-02

Bab terbaru

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 165 TAMAT

    Akupun ikut berbaur dengan memeluk mereka berdua, kami berangkulan dengan deraian air mata. Semua yang di dada keluar, hingga kesalahan yang paling ujung di dalam jiwa pun seakan ikut keluar juga. Terbang tinggi mengikuti angin yang baru saja datang.Juga saat elusan lembut mendarat di punggung ini menyadarkanku dari tangisan. Ku lihat mata indah yang pernah membuat hatiku terbuai itu lalu memeluknya erat dan mengatakan dengan terbata kata maaf.“Maafkan aku, Mas, aku belum bisa menjadi istri yang baik bagimu. Maafkan aku,” isakku hari.“Aku sudah memaafkan, kita perbaiki kesalahan yang pernah lalu supaya kedepannya rumah tangga yang telah kita bina semakin baik dan bahagia, mau?” ucap Mas Yanuar dengan menyeka air mata ini.Aku hanya bisa mengangguk karena sekedar bersuara lagi pun tenggorokan ini terasa sulit. Semua seolah berhenti di tengah-tengah sehingga yang mampu aku lakukan adalah menangis dan menangis. Bahagia rasanya memiliki suami seperti Mas Yanuar, dia begitu sabar di saa

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 164 LULUH

    “Suci, apa kamu ingin tahu isi hati kami? Terlebih lagi Ibu, apakah kamu ingin mengetahuinya, nak?” Ibu mulai bersuara, beliau duduk di kursi bambu lalu memandang ke depan.Tidak ada airmata juga kesedihan, beliau justru beberapa kali mengedipkan kedua matanya. Aku melihat itu adalah sebuah cara untuk menghalau air mata supaya tidak keluar. Aku yakin itu.“Sebenarnya jauh di lubuk hati ibu sakit, terluka dan perih sekali menerima kenyataan pada usia senja Ibu ini. Ipar, keponakan dan mertua yang begitu membenci Ibu, berharap ibu tidak ada lagi di dunia ini, memaki Ibu, menghina bahkan meludahi Ibu dengan tawa nyaringnya kala itu. Semua perlakuan mereka memang membekas di sini!” ucap Ibu dengan menunjuk dadanya yang naik turun.Semua terdiam, baik itu Mas Yanuar dan Ayah. Tiba-tiba suasana berubah, pada hewan peliharaan kami pun seolah tahu bahwasanya ada hati yang ingin membuka luka menganga tersebut.Bahkan aku nyaris ambruk tatkala mendengar perkataan Ibu yang jauh dari perkiraanku

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 163 KACAU

    “Coba kamu ulangi lagi!” titah Mas Yanuar, dia berdiri sambil menatap ke arahku.“Berapa kali kamu meminta perpisahan kepadaku?” imbuhnya.“Jika memang aku bukanlah yang terbaik bagimu kenapa tidak kita sudahi saja pernikahan ini? Bukankah seumur hidup itu lama dan kita juga masih muda, kamu masih banyak pilihan yang baik untuk kedepannya. Soal Raka, aku tidak akan menghalangi untuk bertemu.”“Masih banyak wanita diluar sana yang jauh lebih baik daripada aku bukan? San kamu tahu sendiri jika aku sulit diatur dan tidak bisa bekerjasama dengan baik. Lalu apa yang kamu cari lagi jika celah dan kesempatan sudah aku berikan?” ujarku dengan bibir bergetar.Sakit sebenarnya hati ini mengeluarkan apa yang baru saja terdengar aneh di telinga. Namun, aku akan semakin sakit jika tidak ada dukungan dan genggaman kuat menghadapi hati yang terus saja tersakiti oleh sikap dan ucapan mereka yang aku sayang.Aku keluar kamar, menuju tempat paling nyaman, dia adalah kursi yang terbuat dari bambu dan te

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 162 KAGET

    Pagi ini kami tidak jadi pulang, Ibu terlampau khawatir dengan keadaan yang sedang kacau ini. Apalagi sejak tadi aku hanya diam dengan tatapan mata kosong. Pikiran yang berkecamuk seolah ingin mengajakku kembali terpuruk jauh dalam tragedi hati yang tidak tahu kapan selesainya ini.Mas Yanuar pun seolah tidak ingin membiarkan istrinya larut dalam tangisan. Dengan setia dia menemaniku di dalam kamar, mengaji dan sesekali menatap mata ini dengan sebuah senyuman.“Nggak kerja?” tanyaku saat suamiku berhenti mengaji.Dia menggeleng pelan lalu meletakkan kembali kita suci itu di tempatnya semula. Kembali duduk di samping lalu mengelus lembut rambut yang terurai panjang sepinggang ini. Perlahan Mas Yanuar menciumnya lalu memeluk dari belakang sambil berbicara.“Kegagalan seorang suami terhadap istri itu bukanlah karena hal duniawi saja, tapi jalan menuju akhirat. Imam, pemimpin pasti akan mengajak anggotanya untuk tetap berada di jalan yang baik, dengan susah payahnya atau mudah pasti akan

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 161 KERAS KEPALA

    “Nggak semudah itu aku bisa melakukan hal konyol ini, Ayah!” “Ayah tahu, tapi setidaknya kamu bisa mengatakan hal itu di sini dan sekarang!”“Itu namanya pemaksaan, aku nggak bisa mengatakan hal yang tidak tulus dari hati.”“Mereka bisa dan berani minta maaf kesini bukankah itu hebat. Kebesaran hati mereka merendah dan mengatakan kalau perbuatan di masa lalu adalah kesalahan dan yakin akan memperbaiki semuanya bukankah itu hebat? Nak, Ayah dan Ibu tidak pernah mengajarkan hal dendam terhadapmu. Ini demi masa depanmu kelak supaya jangan dendam dengan seseorang karena justru akan merugikan diri sendiri,” jelas Ayah bijak.“Ayah semangat sekali membela mereka di sini!” ucapku ketus.Mata itu tajam ke arahku, Ibu pun sama. Kedua orang tuaku seolah ingin bertarung hebat dengan diri ini hanya karena orang lain yang telah menjadi saudaranya.“Jangan pernah ke rumah ini jika kata maafmu tidak ada!”“Ayah!” Suara Ibu meninggi mendengar suaminya berucap demikian padaku putri kesayangannya.Ent

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 160 HATI

    Pagi-pagi sekali aku menata barang bawaan untuk dibawa pulang. Di kursi itu aku juga mengajak Raka berbicaralah supaya dia anteng.“Maafkan, Mbah,” ucap seseorang yang tak ku hiraukan.Rasa sakit yang sudah bertahun-tahun ini tidak bisa dengan sekejap aku hilangkan bahkan sembuhkan sekalipun. Entah sisi jahatku ini kenapa tidak bisa pergi dengan ucapan maaf dari mereka. Masih terlalu sakit. Akan tetapi, jika aku masih bergelut dengan dendam dan luka maka benar apa yang dikatakan oleh Mas Yanuar, jika aku tidak akan bisa maju.Ruang lingkupku pun akan tetap sama di situ-situ saja dan enggan bergerak padahal yang bisa menjalankan adalah diriku sendiri. Tanpa terasa air mata ini jatuh berlomba-lomba menuju pipi, tidak ada suara karena terlalu sakit.“Ikhlaskan, nggak ada yang bisa menyembuhkan luka kita sendiri kecuali dengan ikhlas dan ikhlas. Jika masih saja seperti itu, kapan kamu akan berkembang lebih baik?” Tepukan kecil di pundak dan suara lembut itu tidak mampu membuat air mata in

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 159 USAI

    Malam ini kami menginap di sini, rasa kangen yang setiap kali hadir membuat diriku semakin ingin berada di rumah ini bersama Ibu dan Ayah. Makanan yang dimasak oleh Ibu terasa begitu membuat selera ini datang dan menghabiskan nasi.“Pelan-pelan kalau makan, itu masih banyak tumis kangkung dan sambalnya,” ujar Ibu yang ku balas dengan senyuman.“Bu, lalu siapa yang memberikan makanan buat Mbah Lastri jika dia nggak mau tinggal di sini?” tanyaku di saat suapan terakhir.“Kadang Ibu, kadang juga beliau masak sendiri. Tergantung selera, namanya juga sudah tua, lidah yang pagi ini siang itu membuat kami bingung,” jawab Ibu.“Kenapa nggak mau sekalian tinggal di rumah ini?” Kini Mas Yanuar yang bertanya, mungkin dia juga penasaran sama sepertiku.“Paling enak itu tinggal di rumah sendiri, meskipun rumah orang lain lebih besar dan lebih baik. Nanti kalau kalian sudah tua pasti bisa merasakan hal tersebut,” kok Ayah.Selesai makan malam, kami duduk di depan televisi. Menonton berita sambil be

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 158 MEMAAFKAN

    “Suci, dengarkan Mbah Lastri sebentar saja! Bisa?” Suara parau itu membuat amarahku sedikit reda.Sebenarnya bukan reda hanya saja aku berusaha meredakan sekejap. Karena beliau adalah orang yang selalu menyayangi diri ini tulis sehingga apapun yang dikatakan aku selalu nurut.Kali ini pun sama, aku langsung berusaha menetralkan segala kebencian yang sudah memuncak. Menepiskan semua emosi yang tengah membara, bukan hal mudah. Akan tetapi, aku berusaha keras melawannya.“Mbah!” Akhirnya aku menjawab beliau dengan pandangan memohon untuk tidak memarahiku.“Tidak ada sepuluh menit.” Mbah Lastri kembali mengatakan apa yang akan dikehendaki.“Di dunia ini tidak ada yang abadi, semua hanya semu dan abu-abu. Setiap manusia diberikan akal serta pikiran untuk selalu memilih mana yang baik dan buruk. Dendam, benci semua ada, tapi apakah itu baik bagi kita? Jika kaki melangkah dalam bayang-bayang permusuhan, kamu tahu sendiri apa yang terjadi bukan? Nggak akan pernah bahagia, hanya sakit hati saj

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 157 AMARAHKU

    Aku tertegun melihat sikap Ibu yang seolah tidak pernah terjadi sesuatu, sungguh hatinya terbuat dari apa wanitaku itu? Emosiku saja sudah berkumpul dan siap untuk meledak, tapi Ibu dan Ayah?“Kami kesini mau minta maaf atas apa yang telah kami lakukan baik itu sengaja ataupun tidak. Maafkan kami,” ucap Lek Santoso, mata itu telah redup.Seperti bukan milik dia, dulu saat dia masih gagah dan sehat, tatapan itu sungguh sangat membuatku ingin memakinya dan memukul wajah yang songong itu. Akan tetapi, kini, hari ini dan detik ini semua berubah seratus delapan puluh derajat.“Maafkan aku juga, Paman. Maaf, aku tahu jika selama ini aku salah dan tidak menjadi keluarga yang baik, tapi tolong demi masa depanku, maafkan yang telah berlalu!” pintanya dengan nada sedikit bergetar.Aku masih setia melihat sikap mereka satu persatu, aku masih menunggu apa yang ingin dikatakan oleh anggota keluarga yang masih ku benci itu. Angga, bilang demi masa depan dia, berarti ini hanya demi dia seorang bukan

DMCA.com Protection Status