Home / Lain / SEPEDA TUA WARISAN KAKEK / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of SEPEDA TUA WARISAN KAKEK : Chapter 121 - Chapter 130

165 Chapters

BAB 121 BELUM DI KUBUR

Ayah ikut bersama para tetangga menyiapkan segala keperluan kematian Bi Salimah. Apapun perbuatannya waktu lampau dia juga tetap saudara Ayah, adiknya. Aku yang ingin ikut ke rumah duka tidak diizinkan oleh Ibu juga Mas Yanuar dengan alasan mempunyai anak kecil dan itu sangat sensitif di lingkungan kami.Rumah terasa sepi, karena semua orang berada di sana untuk ikut berbela sungkawa juga menerima tamu yang berdatangan silih berganti. Baik kerabat, saudara bahkan tetangga dekat yang datang selalu di terima oleh Ayah dan Ibu karena Lek Widi dan suaminya belum juga datang."Semudah itu dia pergi?" gumamku dengan memandang lurus ke depan sana.Pikiran jahat ini selalu saja mencari tempat untuk menguasai jiwa yang sedang sepi. Rasa belum puas karena adik dari Ayah itu nyatanya belum menerima balasan atas apa yang diperbuatnya. Apalagi hati ini yang sakit dan masih menyimpan segala perilakunya di masa lampau.Ada rasa belum ikhlas kala mendengar namanya disebutkan oleh seseorang di Masjid
last updateLast Updated : 2023-07-03
Read more

BAB 122 MENGALAH

Ketika hendak masuk ke kamar mandi, aku dikagetkan dengan suara langkah kaki yang diseret, sontak mata ini membulat kala melihat wajah pucat dari Ibu. Beliau tampak tegang dan membuat jantung ini hampir saja copot."Bu, ngagetin saja!" ucapku dengan nada terkejut.Segera aku memandikan Raka yang sudah duduk di ember bayi. Suara celotehnya begitu menyejukkan hati dan menenangkan jiwa, dia adalah obat lara dan gelisah diri ini.Wangi sabun mandi yang menyeruak seakan membuaiku dalam dunia milik Raka yang selalu indah dan ceria itu. Usianya yang kini menginjak setahun dan semakin pintar itu memberikan kebanggaan tersendiri dalam hidupku."Sudah dikebumikan, Bu?" tanyaku saat ibu yang terlihat cemas itu memijat kepalanya pelan."Lho, Ayah pulang, mana Mas Yanuar?" tanyaku dengan melihat ke arah belakang lelaki yang memakai baju koko putih itu."Kamu kesana sebentar, biar Raka dijaga oleh Ibu!" tutur Ayah dengan raut wajah tak biasa.Aku yang penasaran segera mendekati lelaki yang berdiri
last updateLast Updated : 2023-07-11
Read more

BAB 123 PERGI

Aku grogi, rasanya seperti akan menjalani sebuah peperangan besar. Jantung ini tak bisa sedikit pun tenang meskipun berulang kali aku memintanya untuk tetap stabil dan baik-baik saja.Suara orang mengaji membuat hati terasa tentram dan sejuk. Hingga pada akhirnya semua mata tertuju padaku saat diri ini sudah berdiri di ambang pintu. Sorot mata tajam yang aku lihat dari pemiliknya itu membuat kaki ini hendak berbalik arah, tapi genggaman tangan Mbah Lastri yang masih erat seolah mengajakku untuk segera mendekati jenazah yang ditutupi kain kafan itu.Anggukan serta senyuman teduh dari lelaki yang memakai peci hitam itu menyakinkan diri ini bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sehingga aku pun duduk bersimpuh di samping raga adik dari Ayah tersebut. Sejenak mengirimkan Al-fatihah kepada roh yang kini sudah kembali ke sisi Tuhan semesta alam.Tepukan kecil di pundak yang akhirnya membuat aku terhenyak dan membuka mata, Pak Ustadz Yusuf beliau tersenyum dan duduk di sampingku juga seolah in
last updateLast Updated : 2023-07-17
Read more

BAB 124 SELESAI

Keluarga yang ditinggalkan bersedih, ku lirik sekilas Julia begitu terpukul atas kepergian ibunya untuk selamanya. Dengan bantuan para tetangga yang memang juga tidak begitu akrab dengan keluarga ini, acara pemakaman akhirnya bisa dilaksanakan dengan lancar.Satu persatu para pelayat pun pulang ke rumah masing-masing. Pun demikian dengan aku, tidak ingin menciptakan suasana duka ini menjadi panas, aku pulang tanpa permisi itu pikirku. Namun, saat langkah kaki ini hendak melangkah suara menggelegar dewi si empunya rumah malah membuat suasana kacau.Lek Santoso berteriak kencang dengan memanggil namaku penuh emosi. Kudengar napasnya memburu, meskipun dia sakit, tapi kenyataannya kebencianmu itu masih bersemayam dalam hatinya."Suci! Kamu adalah pembawa petaka di sini, kenapa kamu membunuh istriku dengan cara yang sadis? Kenapa?" teriaknya lantang.Aku yang berdiri kaku dengan memicingkan mata seolah ingin membalas perkataan bodoh yang keluar dari mulut berbisa lelaki yang duduk di kursi
last updateLast Updated : 2023-07-17
Read more

BAB 125 DARI RUMAH

Ayah dan Mas Yanuar sudah berada di rumah, mereka berdua makan dengan lahap setelah usai mengikuti acara pemakaman Bi Salimah. Tidak ada suara di rumah ini hanya celotehan lucu dari Raka saja yang memecah keheningan.Mbah Lastri pun sudah datang lagi ke sini karena tadi pulang ke rumahnya sejenak untuk mandi dan berganti pakaian. Sore telah datang dengan semburat jingganya yang indah di bagian barat. Burung-burung pun mulai berterbangan menuju tempatnya masing-masing.Menunggu adzan Magrib, kami semua duduk di kursi sofa sambil menikmati cemilan ubi rebus dan teh hangat. Suasana masih sepi, tidak ada yang memulai untuk berbicara baik itu aku, Ayah, Ibu ataupun Mas Yanuar juga Mbah Lastri. Semua terlalu asyik dengan pikirannya sendiri-sendiri.Hingga aku pun akhirnya memecah kesunyian ini tatkala melihat mereka."Lek Santoso masih saja menilai kalau aku adalah pembawa sial di keluarganya," ucapku pelan.Semua mata melihatku, lalu Ibu melirik ke arah Mbah Lastri yang menyunggingkan seny
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more

BAB 126 TUJUH HARI

Seminggu hampir berlalu semenjak kepergian Bi Salimah, tapi di seberang sana terlihat adem ayem seperti tak ada pergerakan manusia. Karena biasanya jika sudah mendekati hari ketujuh akan ada acara lebih dari biasanya, orang mengaji dan para tetangga kanan-kiri akan ikut bergotong royong memasak."Melamun saja!" tegur Mas Yanuar saat melihat diriku yang duduk dengan tangan terdiam."Ibumu nggak kesana?" tanyaku dengan menunjuk tempat Julia dengan dagu."Sengaja aku nggak mengabari, suasana masih belum stabil dan akan lebih baik tidak dulu kesini.""Bukan disini, tapi kesana!" jelasku mempertegas. Aku nggak mau di lain hari nanti sesuatu ini di jadikan masalah besar oleh mertuaku itu.Karena sikap manisnya yang pertama aku menjadi menantu di sana berubah menjadi menyeramkan hanya sebuah hasutan kecil yang keluar dari mulut berbisa Julia. Bisa saja dendam tertutup awan sementara ini, kita tidak tahu kapan api itu akan melahap semua yang ada disekitarnya.Harapanku semoga saja tidak, tapi
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more

BAB 127 PINDAH

"Ini jalan terbaik bagi keluarga kita, mengertilah!" Suara Mas Yanuar terdengar melemah.Aku tahu dia berusaha keras untuk tidak mengikuti emosiku yang naik hingga ke ubun-ubun. Inilah yang aku suka dari dia, tidak pernah sekalipun bersikap buruk meskipun terkadang emosiku tak stabil.Lelakiku ini terlalu baik dan penyayang. Jujur aku sangat mencintainya, tapi di lain sisi aku menyayangkan keputusannya untuk mengajak pergi dari rumah masa kecilku ini."Suaramu membuat orang lewat menolehkan kesini semua." Ibu yang mendengar kami bersitegang akhirnya duduk bersamaku."Ingat pesan ibu dan Ayah untuk mematuhi suamimu jika dalam kebaikan. Jangan suka membantahnya, dosa besar!" ujar Ibu lagi."Bu, ini bukan soal bantah membantah, tapi tentang masa depan kita. Bagaimana bisa aku meninggalkan kalian semua disini berhadapan dengan manusia manipulatif seperti mereka?"Ibu menggeleng kepalanya seraya tersenyum padaku. Entah terbuat dari apa hatinya, dulu saat aku masih kecil disiksa secara bati
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more

BAB 128 RUMAH BARU

Rumah mungil minimalis dengan kamar tidur dua, menjadi pilihan Mas Yanuar memboyongku ke tempat baru ini. Suasananya tidak terlalu sepi juga ramai. Riuh anak-anak sedang bermain di jalanan saat mobil kami memasuki kompleks perumahan.Bau cat tembok yang masih menyengat seolah mengucapkan selamat datang kepada kami. Warnanya yang putih terkesan terang dan menenangkan jiwa. Kursi tamu sudah ada, berbagai macam peralatan dapur pun lengkap. Hingga kaki ini menuju kamar tidur, aku pun dibuat terpana.Ranjang kayu dengan kasur busa serta lemari sudah kokoh di sana. Di sisi lain aku bersyukur lelaki yang berstatus suami ini ingin membuat diriku nyaman dan bahagia karena tidak perlu lagi aku berpusing ria untuk membeli segala perlengkapannya."Ini sudah menjadi rumah kita, kamu bebas mau melakukan apapun," ucap Mas Yanuar saat aku duduk di atas kasur. Raka yang kecapekan ku tidurkan di ranjang, wajahnya begitu menggemaskan apalagi saat bermimpi indah seperti ini.Dialah penyemangatku saat ini
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more

BAB 129 TETANGGA BARU

Dua Minggu sudah aku bersama keluarga kecil hidup di lingkungan baru. Suasananya hampir sama di tempat lama, pepohonan masih rindang dan subur di sepanjang jalan. Riuh anak-anak saat bermain di sore hari membuat Raka begitu girang.Kebangkitan disini penghuninya adalah karyawan di pabrik dekat dengan perumahan ini. Mereka yang datang pergi saat bekerja membuatku ingin juga melakukan hal yang sama. Namun, sayang Mas Yanuar tidak mengizinkan.Dia lebih suka aku di rumah menjaga anak dan menjadi istri yang baik. Meskipun terkadang aku merengek-rengek meminta izin untuk kembali bekerja sekedar membantu mencari rezeki, tapi dengan tegasnya suamiku itu menolak keras.Sore ini aku mengajak Raka berjalan mengelilingi kompleks, sembari mengenal lingkungan sekitar dan bertegur sapa dengan tetangga. Ada yang sama denganku, di rumah menjaga anak-anaknya juga."Baru, Mbak?" tanya seorang wanita itu.Aku mengangguk dan menerima uluran tangannya yang di hiasi dengan gelas emas besar-besar itu. Aku b
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

BAB 130 BERCERITA

"Mas, mau makan malam apa ini? Nasi goreng?" tanyaku saat Mas Yanuar baru saja sampai di depan pintu.Senyumannya terasa menyejukkan, langkah kakinya menuju kamar mandi untuk mencuci tangan dan kaki membuat aku mengikutinya di belakang."Kita makan malam di luar, sesekali. Yuk!""Alhamdulillah." Kuusap dada ini sambil tersenyum simpul.Inilah yang aku harapkan, karena sejak tadi aku bingung mau masak apa buat makan malam. Ake mengangguk dan segera memandikan Raka, karena udara malam tidak baik bagi anak-anak maka secepatnya aku membersihkan diri juga."Semangat sekali," celetuk Mas Yanuar."Nanti malam aku ceritakan." Mas Yanuar menautkan kedua alisnya. Aku tahu dia bingung, tapi ini bukan waktunya untuk bercerita hal konyol tadi sore. Lebih baik segera dandan dan pergi makan malam supaya pulangnya nggak terlalu larut.Aku nggak mau melihat suamiku menunggu dengan lama hanya karena seseorang yang konyol. Apalagi kami baru saja memulai kehidupan yang indah bersama. Rumah tangga yang ha
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status