Home / Lain / SEPEDA TUA WARISAN KAKEK / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of SEPEDA TUA WARISAN KAKEK : Chapter 141 - Chapter 150

165 Chapters

BAB 141 SAMPAI

Pagi ini kami bersiap untuk ke rumah Ayah, aku yang memang sengaja hanya memasak sedikit segera membersihkan meja makan dengan kekuatan super kilat. Raka yang sudah mandi dan memakai pakaian rapi duduk bermain di temani Mas Yanuar."Sudah," ucapku kala melihat Mas Yanuar melihat diri ini yang berdiri di depan mereka.Semua kupastikan terkunci dari jendela, pintu belakang, gas juga sudah ku cek dan kulkas dan semuanya. Itulah diriku, jika Ingin bepergian maka wajib untuk segera diamankan. Takut terjadi hal-hal buruk di luar kendali, meskipun pada kenyataannya hal baiklah yang diinginkan.Jantungku terasa aneh, debarannya tak menentu sehingga terciptalah panas dingin pada tubuh ini. Sedang Raka yang berada di pangkuanku pun seakan merasakan hal yang sama, dia gelisah. Menyadari apa yang terjadi padaku, Mas Yanuar menoleh dan menggenggam tangan ini. Sontak alisnya bertautan, tapi aku mencoba meredamkan guncangan hati yang mungkin saja merusak moodnya pagi ini."Kenapa?" Suara itu seperti
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

BAB 142 KEKHAWATIRANKU

Setelah kepergian Mas Yanuar untuk bekerja, aku masuk ke dalam rumah Ayah dan Ibu. Aku membaur bersama yang lainnya sedang Raka ikut Mbah Lastri. Wanita sepuh itu menyayangi Raka begitu besar, saking cintanya saat makan siang dan mandi pun beliau yang mengerjakannya.Julia, semenjak Mas Yanuar meninggikan suaranya tadi pagi, hingga kini belum juga menampakkan batang hidungnya. Entah malu atau marah, aku pun seolah tidak mau lagi peduli dengan apa yang dirasakan oleh sepupuku itu. Sebab, bukan tanpa alasan diri ini berbuat demikian, hanya saja aku tidak ingin juga sakit hati atas sikapnya yang seolah ingin selalu menindasku tanpa peduli apa yang aku rasa.Sore menjelang senja, semua sudah siap. Segala sajian makan untuk para bapak-bapak yang diundang pun sudah tertata rapi di meja makan. Mas Yanuar yang belum pulang membuat diri ini cemas karena tidak biasanya beliau akan pulang dan tanpa mengabariku terlebih dahulu."Kenapa?" tanya Ibu mengejutkanku."Mas Yanuar.""Kamu ini baru sehar
last updateLast Updated : 2023-09-14
Read more

BAB 143 HATI YANG GUNDAH

Pagi mulai menghangat karena sinar matahari yang telah terbit dari ufuk timur. Disambut dengan kicauan burung yang bertengger di ranting-ranting pohon yang berada di jalanan. Udaranya pun terasa menyejukkan hati, perlahan aku menghirupnya dalam-dalam hingga tanpa terasa ada setetes air mata yang mulai menyembul dari ujung netra ini."Pagi amat disini, Mbak?" tanya seseorang yang membuatku kaget.Bu RT, wanita dengan pakaian gamis berwarna putih itu tersenyum kala melihatku yang sedang menikmati pagi ini di jalan raya yang masih sepi."Iya, Bu.""Sendirian?" tanyanya lagi yang ku jawab dengan anggukan kepala.Beliau lalu melihat ke arah Raka yang duduk di pinggiran jalan dengan bermain daun kering. Dunia anak-anak begitu sangat indah dan bahagia, andai aku bisa kembali ke masa itu pasti saat ini semua kesusahan hati tidak pernah terasakan."Dunia ini memang kejam bagi sebagian orang, tapi jika kita mampu untuk melewati dan menjalaninya pasti semua akan indah pada waktunya. Yang paling
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

BAB 144 BINGUNG

Seminggu telah berlalu, hampir dua bulan kami menempati rumah baru. Semua terasa sangat cepat, entah itu hanya dari penilaianku saja atau memang gerak jarum jam memutar bak bola cepat yang menggelinding.Damainya kehidupan yang aku rasakan beberapa saat ini memang menjadi ketenangan tersendiri. Apalagi melihat tumbuh kembang Raka yang semakin menggemaskan dan seakan menambah hidup semakin sempurna.Kabar kesehatan Mbah Lanang pun kata Ibu sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Awalnya memang ada sedikit rasa canggung, tapi seiring berjalannya waktu rasa itu sudah terkikis oleh sikap baik ibu yang begitu ikhlas dan bahagia menjaga serta merawat lelaki tua yang semakin putih rambutnya itu.Sehingga membuat diriku mau tidak mau juga harus menerima kehadiran bapak dari Ayah itu dengan tangan terbuka meskipun tidak selebar lapangan bola. Tentang Ibu mertua, selama ini belum juga Mas Yanuar mengajakku untuk berkunjung ke sana. Entah alasan apa lagi yang dirancang oleh suamiku itu untuk menj
last updateLast Updated : 2023-10-03
Read more

BAB 145 CANGGUNG

Malam yang seharusnya hangat menjadi dingin oleh sikap diamnya Mas Yanuar. Aku pun enggan mengawali pembicaraan karena lebih baik diam sejenak saja meskipun tak tahu sampai kapan akan bertegur sapa.Setelah mengajak Raka bermain sejenak, aku pun menikmati hariku dengan berselancar di dunia maya. Melihat beberapa pakaian dan beraneka ragam makanan yang di posting di salah satu platform. Itu adalah caraku menyembunyikan rasa sakit ini."Besok kita ke rumah Ibu," ucap Mas Yanuar yang mengagetkan.Sontak aku terkejut setengah mati dan hampir saja berteriak karena sedari tadi sendirian di sini malah sekarang ada suara yang tiba-tiba datang."Terserah, aku tinggal ikut saja kemana kamu akan mengajakku," jawabku datar."Jangan seperti itu, aku bingung untuk saat ini dan kamu adalah alasanku semangat menjalani semuanya.""Kamu yakin?""Suci. Mengertilah, ini tentang ….""Kapan ke sana?" tanyaku tersenyum.Bukannya menjawab, Mas Yanuar justru memeluk tubuh ini erat. Ingin aku menangis, tapi ti
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

BAB 146 MEREDA

"Ibu, kami datang kesini untuk menjenguk Ibu. Semoga cepat sehat, ya," ucap Mas Yanuar lembut, lalu pandangan itu beralih padaku yang masih saja duduk di kursi dengan pandangan kosong.Aku bingung harus bersikap bagaimana. Jika ujug-ujug baik dan bersimpuh di depannya, apakah akan diterima dengan baik? Aku terlalu munafik untuk mengakui bahwa ibu mau memaafkan diri ini yang mungkin salah besar padanya."Ibu sehat dan akan sembuh!" jawab beliau ketus.Itu berarti masih ada rasa marah dan benci pada diri ini. Ah, seandainya aku bisa lari jauh dan meninggalkan Mas Yanuar disini pasti akan aku lakukan. Akan tetapi, itu hanyalah sebuah angan kecil yang menggelitik pikiran saja.Perlahan aku mendekati ranjang dimana Ibu terbaring di sana, ku genggam tangan yang terasa dingin itu penuh kasih. Apapun hasilnya aku harus siap dan menanggung semua konsekuensinya. Yang paling penting ucapan maaf sudah aku keluarkan dari dalam hati ini."Bu, maafkan Suci jika belakangan ini menjadi pembangkang. Bu
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

BAB 147 IBU MENINGGAL

Malam ini terasa berbeda, suasananya tenang dan hangat. Ayah mertua dengan sigap menjaga separuh hatinya itu penuh cinta. Telaten sekali beliau menyuapi, mengajak berbicara dan tersenyum sumringah. Sungguh pasangan yang menurutku sempurna.Sesudah makan malam Raka tidur di kamar dengan pulas. Iya, malam ini kami menginap di rumah ini, rumah yang penuh sayang ketika pertama kali menginjakkan kaki disini dan aku berharap akan begitu selamanya. Jika memang aku dan ibu dulu merenggang, harapan sebagai seorang menantu dan anak adalah erat untuk sekarang.Cucian piring dan gelas menunggu untuk dibersihkan. Aku teringat pertama kali di sini, bekerja sama dengan Kakak ipar untuk bersih-bersih bersama. Sungguh pemandangan paling indah karena di luaran sana yang terdengar ada cerita tidak rukunnya hubungan antara ipar.Akan tetapi, itu tidak terjadi padaku dan jangan sampai terjadi. Biarkanlah kemarin itu menjadi pengalaman yang paling baik selama hidup ini."Kamu istirahat saja dulu, jaga kese
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

BAB 148 JULIA LAGI

Suasana duka di rumah ini begitu menyentuh hati, apalagi saat Kakak ipar datang. Tangis yang semula reda akhirnya kembali lagi menghangat di mata. Para keluarga dan kerabat pun seolah ingin menumpahkan segala kesedihan saat ini juga.Pemakaman berjalan lancar, Ibu dan Ayah pun turut serta hadir di sini. Genggaman tangan Ibu menguatkan diri ini yang sedikit oleng. Benar, aku pun butuh kekuatan atas kesedihan yang terjadi. Rasa bersalah selama ini kembali muncul, apalagi saat kami bersitegang dulu, ada sesuatu yang memojokkan hatiku.Durhaka kah diri ini selama menjadi menantu? Padahal semua bisa dibicarakan baik-baik antara kami, tapi keegoisan yang muncul seolah membuatku arogan untuk tidak mengakui jika aku salah."Bu, aku ….""Jangan menyalahkan diri sendiri, ada hal lain yang harus kamu pikirkan. Hidup ini memang tidak selamanya tenang ada pasang surutnya dan kamu harus kuat dan tahan terhadap apapun itu. Jadikan semua ini pengalaman, nggak selamanya hubungan itu baik, nggak selama
last updateLast Updated : 2023-11-23
Read more

BAB 149 MALAM DINGIN

Seminggu ini kami menginap di rumah Ayah mertua, meskipun ada Mbak Wulan, tapi saat melihat lelaki dari suamiku yang sedih karena separuh hatinya telah pergi meninggalkan dunia untuk selamanya itu, aku sungguh tak mampu untuk mengajak Mas Yanuar pulang. Jadi keinginan yang sempat ingin ku utarakan akhirnya kandas.Malam ini Ayah dan kedua anaknya duduk santai di ruang tamu. Suasana hening saat aku ikut serta di sana. Dengan membawa minuman hangat dan kue basah, aku pun duduk di samping Mas Yanuar."Besok kalian harus kembali ke aktivitas masing-masing, jangan terlalu memikirkan Ayah yang disini sendirian. Kalian fokus saja dengan masa depan yang tengah kalian bangun!" ujar Ayah mertua membuka percakapan."Ayah ikut Wulan saja, nanti akan Wulan cari seseorang untuk bersih-bersih rumah. Ayah pun bisa kesini kapanpun Ayah mau," ucap Mbak Wulan antusias.Akan tetapi, Ayah mertua justru tersenyum simpul lalu menggeleng pelan. Aku paham, jika seseorang yang dicintainya pergi maka ada sesuat
last updateLast Updated : 2023-11-24
Read more

BAB 150 BERANI

Pagi ini kami berpamitan dengan Ayah mertua, wajah yang tersenyum meskipun aku tahu itu hanya diluar saja seolah memberatkan langkah kami menuju rumah. "Seminggu sekali nanti kami akan menginap di sini, itu pun jika Ayah nggak keberatan," ucap Mas Yanuar setelah melepas pelukannya."Kamu ini, Ayah akan selalu menerima kapanpun itu. Yang paling penting keluarga kecilmu dulu, soal Ayah bisa diatur," balas Ayah."Kami pun insya Allah nanti akan kesini seminggu sekali, biar kita bareng-bareng dan nanti ramai, ya." Mbak Wulan pun ikut menimpali pembicaraan adik dan Ayahnya tersebut.Setelah berpamitan, kami menuju rumah. Sepanjang perjalanan Mas Yanuar membisu, entah apa yang dipikirkan olehnya. Aku pun enggan untuk mengusiknya, sejenak ku biarkan dia dalam dunianya itu."Jika Ayah ikut kita atau Mbak Wulan pasti rumah itu akan sepi dan kotor. Akan tetapi, jika beliau ikut ke salah satu anaknya, mungkin bisa mengobati atau sekedar melupakan sedikit apa yang dirasakan." Mas Yanuar memulai
last updateLast Updated : 2023-11-26
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status