Home / Lain / SEPEDA TUA WARISAN KAKEK / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of SEPEDA TUA WARISAN KAKEK : Chapter 111 - Chapter 120

165 Chapters

BAB 111 IBU MERTUA

"Ibu sewaktu pulang dari rumahmu cerita semuanya, hingga kemarahanmu yang besar itu. Memang ada sedikit kesalahan yang kamu lakukan, tapi menurut saya itu benar. Soalnya kalau kita sedang dalam situasi panas pasti segala sesuatu yang menggumpal di hati akan keluar." Senyum Mbak Salsa menenangkan diri ini.Napas lega pun akhirnya aku keluar tanpa ada beban yang menghimpit. Kini aku bisa sedikit mengambil udara yang bersih dengan rakus, karena ternyata aku tidak sendirian di tempat asing ini."Aku sudah berpesan kalau ada hal yang buruk dari depan rumah, abaikan. Namun, ibu justru memikirkan hal itu penuh emosional. Mereka itu membenci aku dan juga keluargaku, Bu." Mas Yanuar mencoba menceritakan segala hal yang terjadi selama tinggal disana.Ada gurat sedih dan kecewa saat mata itu memandang ibunya dan juga aku bergantian. Aku tahu, pasti Mas Yanuar juga bimbang dan nggak enak hati di posisinya. Antara aku dan ibu dia pasti telah banyak memikirkan bagaimana baik serta buruknya.Jujur a
last updateLast Updated : 2023-06-11
Read more

BAB 112 SAKIT

Mas Yanuar mengajakku pulang ke rumah, tadi pamit sama Ibu mertua. Namun, saat kami mengetuk pintu kamarnya tidak ada sepatah katapun dari beliau. "Maafkan ibu," ucap Mas Yanuar saat kami sampai di rumah dan duduk di kursi sambil menikmati teh hangat.Sepanjang perjalanan kami membisu, aku pun malas rasanya untuk berbicara karena hati yang sedang sakit akan sikap yang berubah pada Ibu mertua juga Julia yang sudah kembali mengibarkan bendera perang.Ibu dan Ayahnya yang sudah mulai sakit-sakitan itu tidak membuat dia jera atau sadar diri jika sikap yang dilakukan oleh kedua orang tuanya tidak baik untuk ditiru. Justru dia seolah ingin membalas apa yang telah ditanam oleh keduanya pada keluargaku.Tidak tanggung-tanggung, Julia mencoba meretakkan dinding rumah tangga ini berawal dari ibu mertua yang memang juga belum ku kenal dalamnya. Aku berpikir saat menjadi menantunya hingga detik ini tidak melakukan hal yang membuat sakit atau menilaiku buruk. Namun, dalamnya hati seseorang tidak
last updateLast Updated : 2023-06-13
Read more

BAB 113 MBAH LASTRI

"Suci!" Suara itu membuat aku dan Mas Yanuar menoleh.Ada Mbah Lastri yang tengah berdiri di depan pintu depan seulas senyum simpul nan merekah. Terasa sejuk dan nyaman, hingga membuatku berlari dan memeluk tubuh renta itu. Meluapkan segala sesuatu yang mencengkeram hati.Entah kenapa sesuatu yang aku sembunyikan ini justru tidak bisa kompromi. Meleleh dan akhirnya turun juga ke pipi. Aku menangis.Punggung ini di tepuk berulang-ulang, menyalurkan kekuatan besar yang menjalar dan membuat tubuhku terasa berisi lagi. Entah kenapa saat ini aku membutuhkan pelukan dari orang-orang terkasih. Inginku berkata, tapi lidah terasa kelu. Inginku menatap mata itu, tapi lagi-lagi aku tak mampu."Raka kemana?" tanya Mbah Lastri menghentikan isakan ini."Tidur, Mbah," jawab Mas Yanuar setelah mencium punggung tangan wanita tua yang kini duduk di kursi bersama kami.Hening. Sesaat kami semua terdiam dan asyik dengan pikiran masing-masing. Tidak ada suara, hanya lalu-lalang kendaraan yang lewat di jal
last updateLast Updated : 2023-06-17
Read more

BAB 114 MANIPULATIF

Malam ini bintang begitu indah di langit biru, seperti gemerlap berlian yang berkumpul dan memukau siapapun yang memandang. Diiringi semilir angin malam yang sedikit dingin aku duduk di teras depan rumah menikmati keindahan ciptaan Tuhan sendirian setelah menidurkan Raka.Sejak kepulangan Mbah Lastri aku dan mas Yanuar menjaga jarak. Entahlah, seperti ada rasa hambar setelah menerima kenyataan pahit dari sikap ibunya kala itu. Masih membekas dan sulit hilang meskipun berulang kali sumaiku itu meminta maaf atas nama ibunya.Rumah di depan sepi, tidak ada jeritan atau teriakan yang memekakkan telinga ketika bulan bintang mulai datang. Biasanya akan ada sesuatu yang membuat orang yang lewat menoleh kesana. Namun, malam ini terasa berbeda, sunyi.Ponsel yang berada di atas meja gelap, tidak ada pesan atau panggilan yang membuat bibirku terbuka. Semua terasa aneh dan di luar nalar. Akankah ada sesuatu yang akan terjadi? Karena biasanya jika suasana seperti ini akan ada kejadian yang membua
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

BAB 115 MEMBERIKAN WAKTU

Pak Muhsin dan istrinya, Bu Fatim melihat ke bawah, mereka berdua seolah tidak percaya dengan matanya sendiri. Karena berulang kali menggelengkan kepalanya lalu melihat lagi ke arah Julia juga aku.Akan tetapi, Julia berusaha keras untuk mengatakan kalau bukan dia pelakunya melainkan aku. Iya, dia berusaha memanipulasi keadaan, tapi aku tetap menanggapinya santai. Bagiku tidak perlu penjelasan atau pembenaran karena suatu saat nanti kebenaran pasti akan terungkap."Kenapa aku harus melakukan hal konyol seperti ini di rumahku sendiri?" Kini aku bertanya pada Julia yang membelalakkan matanya lebar."Aku memang manusia nggak sempurna, tapi bukan berarti aku bodoh bin tolol. Aku masih waras untuk bersikap baik terhadap orang-orang yang berbuat keji terhadap keluarga sendiri. Lagian, hidup ini cuma sekali dan ngapain juga membuangnya dengan tindakan yang konyol?" Kata demi kata aku pertegas buat Julia, muak rasanya jika harus berhadapan dengan di dan keluarganya terus-menerus. Nggak ada un
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

BAB 116 AYAH

Laki-laki itu menatap Julia penuh kasih. Tidak kutemukan sedikit pun kebencian meskipun aku di fitnah seperti ini di depan semua orang yang belum tentu tahu kebenarannya."Nak, sadarlah akan apa yang kamu katakan!" Nasehat Ayah lembut."Justru kamu dan anakmu ini yang harus sadar. Ini, lihat ada kembang dan minyak yang akan di sebarkan di rumahku. Namun, jatuh dan aku pergoki aksinya, untung ketahuan kalau tidak? Orang tuaku dan aku bisa celaka!" pekiknya memekakkan telinga hingga berdengung.Semua kaget, melihat ke arahku tanpa kedip. Namun, dari sekian orang di sini ada satu orang yang tersenyum simpul serta menggeleng. Dia adalah Bu Retno, wanita yang tak lain adalah teman dari Bi Salimah saat sehat dulu."Julia, jangan suka fitnah!" ucapnya."Bi, aku nggak fitnah, Bibi tahu, 'kan, jika merekalah yang suka menggunjing Ibu dan aku. Namun, Suci berlagak menjadi korban selama ini padahal dia pelakunya. Busuk!" Julia bersedih. Dia mengusap matanya yang tak berair, aku tahu itu.Orang i
last updateLast Updated : 2023-06-26
Read more

BAB 117 KE RUMAH JULIA

"Kita ke rumah Julia sekarang!" ajak Mas Yanuar yang saat kami selesai sarapan pagi ini."Terlalu pagi untuk perang.""Semakin cepat semakin baik, aku lihat semalam dia juga seperti sudah terlalu nekat. Ini semua harus berakhir!" tegas Mas Yanuar dengan pandangan tajam.Berkali-kali aku menghembuskan napas kasar, menetralisir gemuruh di dada bercampur emosi."Ajak ibumu juga, aku ingin mendengar mereka saat di pertemukan.""Kamu ingin membuat suasana lebih kacau? Suci, ibu itu benci kepadamu saat ini dan itu justru akan membuat keadaan runyam. Satu-satu dulu kita selesaikan, lalu ibu itu urusanku," kilah Mas Yanuar bimbang."Kalau ada sekali bisa selesai kenapa tidak? Aku nggak akan kesana jika ibumu pun di rumah. Malas!" ketusku lagi.Entahlah, rumah ini terasa semakin semrawut setelah masalah dengan Julia. Wanita itu mungkin sengaja ingin menghancurkan rumah tanggaku juga supaya bisa sama dengan jalan hidupnya. Dan sialnya aku pun ikut larut dalam permainannya."Bersiaplah, ibu akan
last updateLast Updated : 2023-06-26
Read more

BAB 118 DENDAM

Namun, Mas Yanuar semakin menjadi-jadi. Dia justru berdiri dan mendekati Angga yang berdiri masih belum sempurna itu."Dengar, aku nggak akan takut ancaman dari kalian. Kamu Julia, kalau nggak mau menjelaskan tentang ucapan yang kamu katakan pada ibuku maka akan aku bawa kasus ini ke ranah hukum. Sekali lagi aku nggak main-main, berani menyentuh keluargaku maka harus berani bertanggung jawab jika perbuatan burukmu itu!" Telunjuk itu mengarah pada Julia yang menunduk.Aku rasa dia takut dengan gertakan ini, sejak awal aku lihat wajah cantik itu pucat. Matanya pun bergerak tak tentu arah, seperti ada sesuatu yang disembunyikan olehnya.Mas Yanuar yang aku kira akan mengajak diriku pulang mala kembali duduk di kursi sofa berwarna merah itu. Kakinya ditumpuk dengan kedua tangan diletakkan di lutut. Seperti menunggu seseorang yang akan segera bersuara.Namun, sekian detik berikutnya malah suasana menjadi hening. Tidak ada suara ataupun sejenisnya, karena Angga pun berubah menjadi diam memb
last updateLast Updated : 2023-06-26
Read more

BAB 119 MENGALAH

"Seperti biasanya, Bu," jawabku, tubuh yang terasa kaku ini terasa sedikit renggang kala duduk di kursi sofa empuk.Langit-langit rumah yang kotor terlihat ada pemandangan dengan sarang laba-laba yang berjejer di sudut-sudut plafon. Pikiran pun melayang jauh, tentang kehidupan yang aku jalani sejak kecil hingga sudah menjadi seorang ibu.Tidak ada sama sekali yang namanya kekeluargaan di tempat Ayah ini. Justru permusuhan seolah mendarah daging dan enggan hilang dari pandangan. Saat orang tua sudah istirahat dan fokus terhadap masa tua kini malah berganti yang muda.Bukankah seharusnya yang muda dan waras meluruskan hubungan yang bengkok supaya kelak tidak ada lagi pertikaian yang hanya merugikan diri sendiri? Ah, memikirkan hal ini membuat otakku benar-benar mendidih."Suci! Minum dulu!" titah Ibu dengan menyodorkan segelas air putih.Tanpa aba-aba lagi langsung aku meminumnya hingga tandas. Kerongkongan ini kering seperti sehari tidak ada cairan yang masuk."Kalau tidak selesai, lal
last updateLast Updated : 2023-06-26
Read more

BAB 120 MENYERAH

Setelah makan siang Mas Yanuar pamitan untuk keluar sebentar, aku yang masih sibuk dengan aktivitas dapur hanya mengangguk menanggapi ucapannya. Ayah dan Ibu masih duduk menikmati sajian siang di meja makan dengan lahap.Hari ini aku memasak ayam kampung hasil ternak sendiri, Ayah yang membakar ayam itu menjadi beberapa bagian untuk dimakan bersama sangat antusias mengerjakannya dibantu oleh Mas Yanuar. Sedang ibu aku memintanya untuk menemani Raka, selama diri ini menyiapkan segala sayur dan lauknya."Turuti saja apa yang dikatakan oleh suamimu, Ayah percaya dia bakal membuat kalian bahagia. Memang benar apa yang dikatakan oleh Yanuar, jika Julia tidak akan pernah berhenti untuk membuat ulah." Ayah menepuk pundak ini saat selesai mencuci tangannya di wastafel.Tepukan kecil itu seolah membangunkanku dari kesadaran yang belum sepenuhnya hadir. Beliau tahu jika aku memang tengah melamun sambil bekerja, pikiran melayang dan terbang tak tentu arah juga tujuan ini membuat piring yang seh
last updateLast Updated : 2023-07-01
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status