Home / Lain / SEPEDA TUA WARISAN KAKEK / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of SEPEDA TUA WARISAN KAKEK : Chapter 131 - Chapter 140

165 Chapters

BAB 131 BERKUNJUNG

Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap, tinggal menunggu Mas Yanuar keluar saja. Saat diri ini duduk di dalam mobil, tukang sayur langganan mangkal di depan rumah. Terlihat dia menyapaku yang mau masuk mobil, mengangguk aku pun membalasnya."Nggak belanja, Bu?" tanya Mang Udin."Mau ke rumah orang tua, besok, ya," jawabku sopan."Kenapa tiba-tiba main kesana?" Suara seseorang membuatku tercengang.Wanita dengan rambut yang dikuncir kuda dan pakaian gamis rapi itu mendekat gerbang rumah yang tertutup. Matanya menyipit, sesekali di elus dadanya yang bergelombang itu. Seperti model papan atas, tapi sayang ini bukan tentang model."Pengen tahu banget apa tahu saja?" tanyaku balik."Eh …." Alhamdulillah, suara wanita itu terhenti karena Mas Yanuar keluar dari rumah. Namun, pandangan matanya malah fokus pada suamiku, seperti orang kesambet. Mbak Leni tanpa kedip mengikuti gerak suamiku yang berjalan. Aneh bukan."Permisi!" Suara ini ku buat sekeras mungkin untuk membuat dia sadar."Pelan dikit
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

BAB 132 KEJUTAN BESAR

Hingga suara langkah kaki terdengar dan akupun berdiri mendekati pintu utama dan melihat Ayah dan ibu yang seperti sedang ada masalah. Bergegas aku dan Mas Yanuar mencium punggung tangan mereka bergantian."Kapan datang? Kok nggak nelpon dulu biar ibu masakan makanan kesukaan kalian," tanya Ibu yang membuat kami hanya bisa mengangguk dan tersenyum saja."Kalian dari mana?" tanyaku balik.Ayah menoleh ke arah ibu lalu tersenyum dan menggenggam tangan ini yang terasa dingin. Iya, aku takut terjadi sesuatu yang tidak aku duga sebelumnya. Jantung ini pun selalu saja membuat perasaan aneh yang menjalar ke seluruh tubuh dan menghangat."Mbah Lanang sakit." Jawaban yang singkat, tapi mampu membuatku bertanya-tanya dalam hati.Kalau sakit kenapa mereka datang kesana? Apakah sudah baikan sama Julia dan Angga? Apalagi di rumah itu masih ada Santoso yang garang walaupun sakit."Kami baik-baik saja, kamu nggak usah berpikir macam-macam tentang mereka." Lagi Ayah seolah tahu isi hatiku dengan meng
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

BAB 133 MASIH BENCI

"Ayah!" Suara ini pelan hingga seperti dicekik bagian leher."Benar, Ayah akan merawatnya. Bagaimanapun juga beliau adalah orang tua Ayah." Tak habis pikir dengan jalan pikiran Ayahku, padahal dulunya selalu tidak diakui.Namun, kini pada akhirnya apa? Ayahlah yang bertanggung jawab akan kehidupan masa tua Mbah Lanang? Senyum ejekan Angga seperti pecundang yang menang karena kelicikannya.Kedua tangan itupun bersedekap lalu kepalanya bergoyang seolah selebrasi. Pandangannya pun menikam, bak monster yang hendak bersorak kegirangan."Aku nggak salah dengar? Mereka jauh lebih berhak atas Ayah, ada Lek Kandar juga yang sebagai anak kandungnya lalu Ayah? Ayah itu bukan siapa-siapa dia!" Aku geram dengan sikap Ayah yang melunak.Dulu saja jika kami bersitegang dengan putri kesayangannya, Mbah Lanang selalu membela Bi Salimah. Masalah warisan pun tidak adil dan kini saat renta juga tak berdaya harus beralih menjadi tanggung jawab Ayah?Jujur aku nggak ikhlas jika melihat semua ini. Gagahnya
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

BAB 134 MARAH

Mas Yanuar mengajakku pulang daripada harus berdebat disini dengan orang tua sendiri. Padahal niatnya mau berkunjung malah berujung perselisihan dan mengungkit masa silam. Sakit banget."Kita pulang sekarang, kemasi barang-barang dan bangunkan Raka. Aku tunggu di mobil!" ucap Mas Yanuar setelah mencium punggung tangan Ayah dan Ibu juga Mbah Lanang."Kalian belum makan, ayo kita makan dulu!" ajak Ibu, beliau berdiri dari duduknya lalu beringsut mendekati Mas Yanuar dan menggandeng tangannya."Nggak, Bu. Aku sudah nggak selera," jawabku ketus.Bukannya ingin menyakiti hati orang tua, tapi rasanya dongkol saja dalam dada karena kedatangan Mbah Lanang. Bayang-bayang masa lalu semakin nampak jelas di pelupuk mata. Apalagi yang terakhir kemarin saat kematian putri tercintanya, mengingat itu aku begitu muak dan semakin membenci lelaki yang hanya mampu mengeluarkan suara pelan itu.Ku bangunkan Raka yang pulas di kasur, niatnya ingin berlama-lama disini. Namun, rasanya seperti terusir di ruma
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

BAB 135 PULANG

Berangsur-angsur aku pun melemah, Ibu yang masih terisak di lantai perlahan mendekat diriku dan memeluk erat-erat. Kamu sama-sama menangis, kami sama-sama merasakan sakit yang telah terpendam.Beliau adalah temanku bercerita, pun demikian dengan Ibu. Selalu bercerita tentang apa yang dirasakan kepadaku. Sehingga jelas saja aku pun tahu apa yang terjadi dengannya."Sudah, jangan di buka! Ibu tahu kamu sakit hati selama ini, tapi pada kenyataannya Mbahmu sekarang tidak bisa apa-apa dan cucu-cucu yang selalu di banggakan malah enggan untuk mendekati. Tidak mau bertanggung jawab, ikhlaskan, ada pahala besar untuk kita dan kini saatnya Ayah, Ibu dan kamu menuai pahala itu. Berbesar hatilah, Nak!" ujar Ibu lembut."Kaya sesungguhnya itu bukan semata dinilai dengan harta, uang dan tahta. Akan tetapi, hati yang baik, bersyukur tidak dendam maka hati kita akan bersih dan diangkat derajatnya oleh Tuhan, Gusti Allah, percaya sama Ibu.""Bukankah Ibu pernah bilang padamu, jika kita didzolimi oran
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

BAB 136 IBU

Semenjak pulang dari rumah Ayah aku sering melamun sendiri. Apalagi ketika Raka tidur siang, yang biasanya rajin membersihkan rumah kini hanya duduk di kursi makan sambil membayangkan sesuatu yang sudah terjadi dan berandai-andai jika semua itu tidak pernah aku alami di masa lalu.Pasti kini kami semua akan menikmati indahnya masa tua yang selalu diimpikan banyak orang. Bersantai bersama anggota keluarga sambil bercerita jika ternyata keluarga itu adalah rumah yang paling bahagia.Tukang sayur sudah memanggil para pembeli, sontak lamunan ini pun buyar. Aku berjalan keluar ingin membeli keperluan dapur, tapi belum juga kaki ini melangkah dering ponsel bergetar.Ada nama Ayah tertera di sana, jantung yang tadi berirama biasa kini berubah seketika menjadi lebih cepat dari apa yang aku pikirkan. Telapak tangan dingin dan juga rasa gugup tiba-tiba menjalari seluruh tubuhku. Pikiran buruk mendominasi kepala sehingga aku hanya bisa mematung sambil melihat ke arah benda pipih yang terletak di
last updateLast Updated : 2023-08-29
Read more

BAB 137 CERITA ITU

"Ibu," bisikku di telinganya."Sehat, 'kan?" tanya beliau lembut. Aku mengangguk lalu mengajaknya masuk ke dalam.Tangan yang seharusnya kosong saja saat kesini malah terasa berat mengangkat plastik hitam besar yang berisi berbagai sayuran juga buah-buahan. Ada juga mainan buat Raka, ibu memang selalu seperti itu jika ke rumah ini."Kenapa repot-repot seperti ini? Seharusnya ibu nggak perlu bersusah payah untuk membeli semuanya, Suci bisa membeli sendiri!""Tahu, tapi Ibu ingin bertemu dengan kalian, nggak mengganggu, 'kan?" Ku peluk Ibu hangat. Rasanya aku ingin kembali menjadi anak-anak yang selalu saja bersamanya dan memeluk tubuhnya ketika sedang senang maupun sedih.Ibu adalah tempat paling nyaman dalam hidupku ini. Tidak pernah sekalipun beliau mengeluarkan kata kasar ataupun marah jika aku berbuat salah. Justru beliau akan menasehati jika kesalahan itu nggak boleh di ulang lagi. Saking nyamannya aku nggak pernah ada niat untuk meninggalkannya, tapi kini semua berubah dan itu pa
last updateLast Updated : 2023-08-29
Read more

BAB 138 HATI YANG DALAM

"Ibu bahagia ada Mbah Lanang di rumah?" Akhirnya apa yang menjadi beban pikiran ini bisa keluar.Raut wajah itu biasa-biasa saja, tak menampakan ada keterkejutan, kemarahan atau kesedihan. Ibu terlihat datar-datar saja menanggapi pertanyaan yang aku lontarkan.Tarikan napas panjang Ibu terlihat berat, tapi aku tidak bisa menilai sekilas begitu saja. Sebab, hati itu letaknya di dalam sehingga terlalu angkuhnya diri ini jika percaya pada diriku sendiri kalau ibu sebenarnya tidak suka dengan kedatangan mertuanya yang tidak pernah menganggap ada tersebut.Lagi, aku mencoba mengalihkan pembicaraan supaya Ibu tersenyum saat berkunjung ke rumah ini. Ku peluk Raka yang mulai mengantuk, menciumnya dan mengajaknya bermimpi dalam buaian yang selalu aku lakukan."Sudah tidur?" Suara ibu sangat pelan, takut kalau Raka terbangun.Mengangguk aku menjawab pertanyaan Ibu dan duduk di sebelahnya. Mengelus punggung tangan yang mulai terlihat keriput itu lalu menciumnya penuh kasih."Sebenarnya Ibu sedik
last updateLast Updated : 2023-08-29
Read more

BAB 139 MENGALAHKAN HATI

Aku mengantarkan Ibu pulang sampai di ujung jalan sambil menunggu ojek. Beliau menolak menunggu di rumah karena ingin berjalan melihat-lihat lingkungan sekitar tempat tinggal baruku.Suasana masih sepi, sebab rumah disini belum juga penuh. Sesekali aku dan ibu saling bercanda saat kami berbincang kecil."Ada tetangga yang aneh disini, Bu," ucapku pelan."Biasa itu, dimanapun berada pasti ada yang aneh dan unik. Anggap sebagai hiburan saja, oh, iya, nanti Sabtu sore kalian ke rumah, ya. Ibu lupa untuk memberitahu," ujar Ibu sambil mencium pipi gembul milik Raka."Ada acara apa?" tanyaku penasaran."Mbah Darma, jangan lupa kasih tahu suamimu." Aku mengangguk, dalam hati sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal.Aku harus bertemu lagi dengan Mbah Lanang, lelaki tua yang ingin aku hindari. Namun, ini acaranya orang tuaku dan mau tidak mau kami memang harus kesana.Tukang ojek sudah datang, setelah saling berbasa-basi Ibu pun pulang ke rumah dengan lambaian tangan yang kubalas serta Raka di
last updateLast Updated : 2023-08-29
Read more

BAB 140 DOA

"Lain kali nggak usah di ladeni kalau ada orang asing yang nggak penting!" ujar Mas Yanuar, air putih beralih pada gelas yang telah diambilnya."Ibu sakit?" tanyaku tanpa menggubris perkataan dia."Sehat." Singkat, itulah jawaban suamiku saat aku bertanya perihal ibunya."Tadi …." "Orang lain tidak perlu kamu percaya. Eh, ada ibu?" tanyanya balik, aku hanya mengangguk saja menjawab pertanyaan dari suamiku itu.Aku tahu dia baru saja pulang dari kerja dan itu terkadang membuat moodnya tidak stabil sehingga cukup tahu diri saja jika aku ingin bertanya lebih lanjut.Segera aku membuatkan Mas Yanuar teh hangat supaya badannya lebih baik lagi karena bekerja seharian. Sembari menunggu air rebus mendidih, tangan ini jeli mengusap ponsel. Tidak ada pesan masuk dari siapapun, mungkin saja aku butuh teman untuk berbagi.Atau sekedar melepas penat pikiran yang berkecamuk dan menggerogoti jiwa. Terkadang aku memang menyalahkan diri sendiri karena kurang bergaul, terlalu berdiam diri di rumah dan
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status