Semua Bab Terjebak Obsesi Cinta Mafia Kejam: Bab 81 - Bab 90

221 Bab

Haruskah Menanam Benih

“Garvin memang serakah. Kamu harus sabar menghadapi kakakmu itu,” komentar Abraham sontak membuat Garvin hampir tersedak. “Kita tidak ada ikatan darah. Alesha bukan adikku—kenapa memanggil kakak?” heran Garvin. Ia sungguh kesal dengan kakeknya yang seolah mempertegas hubungannya dengan Alesha yang hanya sebatas saudara. “Tetap saja, kamu cucu laki-laki dan Alesha cucu perempuan. Kalian bersaudara,” balas Abraham tidak mau kalah. “Hentikan, Kek.” Garvin benar-benar kesal dengan kakeknya. “Jangan lupa cek kesehatan. Apakah di dalam dirimu ada penyakit menular. Kakek tidak mau sampai kamu membahayakan cucu kakek. Sebelum bertindak—pikirkan apa konsekuensinya.” Itu pesan kakek sebelum meninggalkan kedua cucunya di ruang keluarga. Garvin tahu apa maksud kakeknya. Sama dengan menyuruh Garvin melakukan cek kesehatan. Karena hidupnya yang terlalu bebas. Berganti sarang sana-sini. Jika kedua cucunya itu benar-benar bersama, Abraham takut Garvin menderita penyakit kelamin yang nantinya bis
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-28
Baca selengkapnya

Memastikan Status

Terbangun dari tidur dan langsung pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Alesha menatap pantulan dirinya sendiri di depan wastafel. Bagaimana bisa tanda di leher dan dada atasnya semakin banyak. Ia menyingkap handuknya. Sehingga bisa melihat tanda yang juga ada di perutnya. “Bagaimana bisa semakin banyak?” lirihnya bertanya-tanya. Alesha mengingat kejadian semalam. Memang dirinya merasa memeluk seseorang. Harumnya pun tidak asing—seperti Garvin. Tapi apa mungkin pria itu bisa masuk? Padahal dia sudah mengunci pintu. Keluar dari kamar mandi. Ia melihat jendela kamarnya yang sudah terbuka. Engselnya rusak. Siapa lagi kalau bukan kerjaan Garvin? Ponselnya berbunyi. Alesha melihat pesan yang muncul di layar notifikasi. Big Boss: Nanti malam ikut denganku. Pakai dress yang aku kirim. ~~ Alesha sudah siap menggunakan dress pemberian Garvin. Ia keluar dari kamarnya. Di bawah sudah ada Garvin yang menunggunya. Seperti gerakan yang melambat, Garvin tidak berkedip menatap Alesha. Dres
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-28
Baca selengkapnya

Tidak Akan Berlari Menjauh Lagi

Alesha menggelen polos. “Tidak.” Ia menoleh. “Dari film yang aku tonton. Ada pria yang pandai menyembunyikan status aslinya. Aku hanya memastikan. Bagaimana kalau kau ternyata sudah menikah dan punya anak, tapi kau menyembunyikan mereka dari siapapun. Lalu aku akan menangis karena terlanjur menyukaimu.” CIIIIT Lagi-lagi mobil berhenti paksa. Garvin menoleh pada Alesha. “Apa kau bilang?” “Aku?” Alesha terdiam sejenak. “Aku bilang kalau kau punya istri dan a—” “Yang terakhir. Kau menyukaiku?” Alesha mengangguk. Ia memang tidak pintar menyembunyikan perasaannya sendiri. Alesha memang cenderung terbuka dalam menyatakan perasaannya. “Siapa yang tidak suka. Kau tampan, mempesona dan kaya meskipun sedikit menyeramkan,” bibir Alesha tidak bisa berbohong. Garvin menarik Alesha ke dalam pelukannya. “Jadi kau mau menjadi milikku?” “Big no—aku bukan barang.” Garvin melepas pelukannya. Ia memandang Alesha. Tanpa aba-aba mencium bibir Aleha. Bergerak dengan lembut. Membuai wanita itu hingga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-28
Baca selengkapnya

Tidak Sempurna

“Ak-aku.” Dengan gemetar Erlando berusaha menjauh. “Aku—” Tangan Garvin hampir menancapkan bolpoin dengan ujung tajam itu ke leher Erlando. Beruntung karena ia hanya menempelkannya di permukaan kulit. “Dia wanitaku. Jika kau mengusiknya, kau sama saja mengusikku.” Garvin menunduk. Mendekatkan bibirnya pada telinga Erlando. “Aku tidak akan ragu membunuhmu.” Setelah itu berdiri. Memasang senyum sebentar. Kedua tangan Garvin menepuk bahu Erlando sedikit keras. “Jaga baik-baik mulutmu jika tidak ingin aku merobeknya.” Erlando mengangguk dengan ketakutan. Ia segera menjauh dari Garvin. Saat memutar tubuhnya, Garvin tidak mendapati Alesha. Ia melihat ponsel wanita itu tertinggal. Ia mengambil dan membaca pesan yang tertulis. “Aku ke toilet sebentar.” Jadi selama Garvin mengurus si mata keranjang itu—Alesha menahan pipis. Ia segera melesat setelah memastikan Garvin tidak mungkin kalah dengan Erlando. Menuntaskan panggilan alam sebentar, kemudian menatap pantulan dirinya di depan cermin.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-29
Baca selengkapnya

Alesha Mabuk

Tidak ada wanita yang mempunyai aura begitu kuat di mata Garvin. Hanya Alesha—ya, hanya wanita itu yang membuat Garvin tidak bisa melihat wanita lain. Alesha menoleh. Tersenyum hangat. “Aku tidak pernah menyesal bertemu denganmu.” Garvin menarik tengkuk Alesha dan menciumnya. Alesha mengalunkan kedua tangannya di leher Garvin. ya—mereka jatuh dalam perasaan masing-masing. Alseha tidak akan menolak perasaan asing yang tiba-tiba datang. “Mau menginap?” Garvin menyatukan dahi mereka. Alesha menatap sebuah tenda yang sudah terpasang. Sejak kapan? Pertama kali datang ia tidak melihat. Garvin bertepuk tangan satu kali. Dan semuanya terang—semua lampu di sana menyala. “Bagaimana bisa?” Alesha menatap ke atas. Ternyata banyak lampu yang sudah terpasang di sana. Tinggal menyalakannya saja. Garvin mengedikkan bahu. Ia berjalan ke arah tenda. Di depan tenda ada dua kursi dan satu meja. Di meja sudah penuh dengan makanan. “Sejak kapan? Kau sudah menyiapkan semua ini dari kapan?” tanya Ales
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-29
Baca selengkapnya

Tidak Ada Kabar

Berada di dalam mobil. Alesha ingin bertanya tentang kejadian semalam. Apakah mereka melakukan hal ‘itu’? Namun sedari tadi Garvin terlihat sangat sibuk. Pandangannya tidak lepas dari tablet yang digenggamnya. Alesha sangat bingung. Terbangun di dalam tenda dengan pakaian yang sudah berganti. Dress semalam telah berganti dengan hoddie kebesaran yang menutupi setengah pahanya. Setelah keluar dari tenda—ia mendapati Garvin yang sudah lengkap dengan setelan kerja. Alesha bersandar pada jendela mobil. Pusing—kepalanya masih terasa berat. Tanpa kata, Garvin menyodorkan sebuah minuman dari botol kecil. Alesha menerimanya. Membaca keguanaan minuman itu. Ternyata untuk meredakan pengar akibat mabuk. “Ternyata tadi malam aku mabuk,” lirih Alesha pelan. Ia minum obat pengar itu, rasanya tidak terlalu buruk. Menguap beberapa kali. Alesha melirik Garvin yang masih sibuk dengan tabletnya. Pria itu memang super sibuk. Alesha mengantuk—jadi ia kembali tidur. Beberapa puluh menit kemudian, mobi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-29
Baca selengkapnya

Tiba-tiba Datang

“Bagaimana kabarmu Dad?” tanya Sean. “Baik. Seperti yang kamu lihat. Dad senang sekali dibuatkan tempat golf oleh Garvin.” Abraham mengambil duduk di kursi paling ujung. Sean duduk di samping kanan Abraham. “Garvin? Anak itu tidak akan memberikan sesuatu tanpa imbal balik. Apa yang dia inginkan dari Dad?” Alesha duduk di samping kiri Abraham bersebrangan dengan Sean dan Valencia. Sembari makan bersama mereka juga bercengkrama. “Ada, hanya sepele. Dia akan malu jika aku memberitahukan pada orang-orang,” jawab Abraham dengan tawa ringan. “Dia ke mana? Sudah beberapa hari ini tidak ke sini?” Sean dan Valencia lagi-lagi dibuat terkejut. “Garvin sering ke sini, Dad?” tanya Valencia tidak percaya. “Dulu dia paling enggan mengunjungi keluarganya.” “Lebih sering dari dugaan kalian.” Abraham menunjuk pintu dengan dagunya. “Lihat anak kalian.” Benar di pintu utama, Garvin datang. Ia berjalan santai memasuki rumah. Terlihat dari pakaiannya sedikit berantakan. “Kalian di sini?” tanyanya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-30
Baca selengkapnya

Status yang tidak Jelas

Mendapatkan izin membawa Alesha keluar adalah hal yang paling sulit. Lebih sulit dari baku hantam dengan musuh. Pasalnya Garvin harus melewati serangan tongkat yang siap meluncur untuk membunuhnya. Bayangkan Garvin harus siap menghindar dari pukulan tongkat saat bilang ingin mengajak Alesha keluar di tengah malam. Setelah orang tuanya pergi. Garvin baru meminta izin. Ia hanya tidak ingin hubungan mereka diketahui oleh orang tuanya dulu. Untungnya urusan izin sudah selesai. Garvin berhasil membawa Alesha ke suatu tempat yang sudah di siapkannya. Sebenarnya untuk besok—tapi tidak ada waktu lagi. Tidak ada tunda-tunda. Lebih cepat lebih baik. Beberapa jam terlewati. Mobil masih berjalan, belum ada tanda akan berhenti. Alesha tertidur di pelukan Garvin. Seorang Alesha tidak akan tahan tidak tidur di dalam mobil . Apalagi sesekali tangan Garvin mengusap rambutnya. Di tambah cuaca yang dingin. Sunguuh perpaduan yang sangat epik. “Sha,” panggil Garvin. Ia menepuk pelan pipi Alesha. Mobi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-30
Baca selengkapnya

Melamar

“Aku tidak suka Garvin. Aku sungguh tidak suka jika dianggap barang.” Alesha menghentakkan kakinya. “Aku memang dibesarkan di Panti Asuhan, namun aku manusia. Aku bukan barang.” Garvin tidak menyangka jika Alesha akan berpikir sejauh itu. “Aku tidak bermaksud.” Ia mendekati Alesha. Memeluk perempuan itu. Mengusap rambut Alesha perlahan. “Minta maaf, cepat,” suruh Alesha. “Ak—aku..” Garvin terbata-bata. Hanya mengucapkan tiga kata susahnya minta ampun. “Aku….aku mi—minta.” Menghela nafas terlebih dahulu. “Aku minta maaf.” Akhirnya dalam satu tarikan nafas Garvin bisa meminta maaf. “Aku terima maafnya.” Alesha mengulurkan tangannya. Garvin tersenyum dan menggenggam tangan Alesha. Kemudian berjalan ke arah Yach yang terparkir di tepi pantai. Alesha naik dengan bantuan Garvin. Saat mereka sudah berada di dalam, Yacht mulai melaju membelah lautan. “Apa ini milikmu?” tanya Alesha. Garvin mengangguk. Tidak lama Yacht berjalan, kini berhenti. “Sebenarnya ada hal yang ingin kusampaika
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-30
Baca selengkapnya

Daripada Takut

Menjauh untuk mengendalikan emosi. Garvin tidak mungkin membuat Alesha semakin takut padanya. “Tunggu.” Alesha berlari. Memeluk Garvin dari belakang. Kedua tangannya melingar erat di pinggang Garvin. “Jangan tinggalkan aku.” Garvin menatap tangan Alesha yang melingar diperutnya. “Lepaskan aku. Kau akan ketakutan melihatku seperti ini.” Melepas tangan Alesha, kemudian membalikkan badan. “Aku akan pergi sebentar.” Alesha menggeleng. “Jangan pergi.” Ia berjinjit. “Aku tidak takut.” Kedua tangannya menarik tengkuk Garvin dan menciumnya. Alesha berusaha menyalurkan perasaannya pada Garvin. Bukannya takut—perasaan kawatirnya lebih dominan. Alesha kawatir. Ia takut jika Garvin menyakiti dirinya sendiri. Garvin memeluk pinggang Alesha. Mereka saling mencecap satu sama lain. Perlahan emosi Garvin mereda. Ia menjadi lebih tenang. Garvin membawa Alesha ke sebuah kamar. Menutup pintu dengan kakinya. Jemarinya bergerak menurunkan resleting dress yang digunakan Alesha. Mengangkat tubuh Alesha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-31
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
23
DMCA.com Protection Status