Home / Romansa / Terjebak Obsesi Cinta Mafia Kejam / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Terjebak Obsesi Cinta Mafia Kejam: Chapter 61 - Chapter 70

221 Chapters

Menahan Diri

Ia juga bergerak melepaskan pakaiannya sendiri. Dari jas dan kemeja. Ia melepaskan kemeja putih yang melekat di tubuhnya. Hingga sekarang ia hanya bertelanjang dada. Garvin menyentuh titik sensitif Alesha. Sudah ia duga meski masih terbalut dengan kain, ukurannya sangat pas di tangannya. Ia mengangkat tubuh Alesha ke atas ranjang. Menindih tubuh kecil Alesha dengan tubuh besarnya. Kemudian menghirup aroma Alesha. “Aku menginginkanmu.” Garvin memberikan kecupan kecil di bahu Alesha. Ia berhenti menatap Alesha yang juga menatapnya. Tangannya bergerak mengusap wajah Alesha. Cantik dan damai. Garvin benci—perasaan ini hadir lagi. Perasaan ingin menjaga Alesha lebih dari apapun. Bukannya ingin memakan Alesha lebih dalam lagi. Garvin bangkit. Ia mengangkat tubuh Alesha. Membawanya ke dalam kamar mandi. Mendudukkannya di Bathup. Mengatur suhu di air itu paling dingin. Kemudian menyiramnya ke tubuh Alesha. “Kau hancur jika aku menolongmu dengan kenikmatan.” Baru kali ini Garvin mau meng
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

Menjenguk atau Mampir?

Alesha sudah terbangun dari beberapa menit yang lalu. Ia berusaha mengingat kembali mengingat kejadian tadi malam. Ia menyibak selimutnya—tubuhnya terbalut dengan piyama motif panda. Mengenai tadi malam Alesha mengingatnya. Tidak ada hal sekecil apapun yang terlupa. Pokoknya Alesha mengingat dengan jelas bagaimana kejadia tadi malam. Malunya melebihi luasnya taman di belakang. Alesha ingin menangis—ia tidak bisa bertemu dengan Garvin. Mau ditaruh dimana di wajahnya. Derap langkah yang terdengar samar-samar. Alesha segera menutup matanya kembali. Tak lama benar saja pintu kamar terbuka. Masuklah seorang pria. Parfum mahal yang menguar sudah dihapal oleh Alesha. “Dia belum bangun padahal sudah siang,” lirih Garvin menatap Alesha yang masih menutup mata. “Biarkan nona Alesha istirahat, Sir.” Itu suara Christ, Alesha yakin sekali. Tangannya meremas seprai saat benda kenyal mendarat di dahinya. Garvin mencium dahinya beberapa detik. Pria itu juga mengusap puncak kepalanya dengan pelan
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

Akhirnya Ketemu

Garvin melotot. “Jadi dia berlatih di rumah? Tidak di luar?” Mengusap rambutnya frustasi. “Seharusnya aku mendobrak pintu satu persatu kamar di rumah kakek.” “Berani merusak pintu?” Abraham menunjuk tongkatnya. Garvin menghela nafas. Baru kali ini ia berusaha sabar untuk mendapatkan keinginannya. Ia segera berjalan ke arah ruangan yang dimaksud kakek. Ia sampai—namun pintu terkunci dengan rapat. Pada akhirnya Garvin kembali menemui kakeknya yang sekarang berada di bawah. “Di mana kunci cadangannya?” tanyanya. “Alesha tidak mengijinkan siapapun masuk.” Abraham menatap Garvin yang frustasi. “Kamu hanya bertanya bukan meminta.” Garvin mengepalkan tangannya. “Sesulit inikah aku bertemu dengannya?” “Kadang-kadang memang perlu perjuangan,” balas Abraham enteng. ~~ Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Alesha menatap cermin di depannya. Tubuhnya berkeringat sangat banyak. Beruntung sekali kakek mau membuatkannya sebuah ruangan untuk digunakan berlatih ballet. Alesha mengambil handuk
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more

Hati Yang Panas

Alesha berdandan cantik. Ia menggunakan dress putih. Rambutnya digerai, ia juga menambah bando di rambutnya. Helaian rambutnya bertebaran akibat terpaan angin. Padang hijau, rumput hijau yang menjadi lantai di tempat ini. Di batu nisan tertulis ‘Aldrich.’ Alesha berjongkok ia menaruh bunga yang sudah dibawanya di bawah nisan. “Hai Aldrich,” sapa Alesha. Hatinya begitu terasa sesak. Air matanya mulai berjatuhan. “Alesha datang pakai dress putih. Kamu suka banget kalau aku pakai dress putih terus pakai bando.” Alesha menunduk. “Maaf Alesha gak bisa buat apa-apa buat Aldrich.” Alesha melirik sebentar Garvin yang hanya diam di sampingnya. Mungkin karena Alesha berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang sama sekali tidak dimengerti oleh Garvin. “Kamu bilang kamu akan jadi duniaku, tapi kamu pergi lebih dulu.” Alesha tersenyum. “Tapi tenang aja, aku ketemu sama orang-orang baik. Ada kakek Abraham yang jaga aku. Aku seneng banget. Pertama kalinya aku punya orang yang menjagaku kecuali k
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more

Bertemu Anak Garvin

“Uangku banyak,” cuek Garvin. Alesha hampir tersedak dengan kepercayaan diri Garvin. “Sombong amat,” cibirnya menggunakan bahasa Indonesia. “Jangan berbicara menggunakan bahasa yang tidak aku mengerti.” Garvin hampir membuat Alesha jatuh dengan gerakannya yang tiba-tiba menarik kursi perempuan itu agar lebih mendekat. “Kau benar-benar!” Alesha reflek memukul bahu Garvin. Tenaganya tidak seberapa—yang pasti tidak akan terasa bagi Garvin. Membuat Garvin yang hanya diam saja membuatnya meringis. “Sorry.” Tapi selanjutnya Garvin segera balas dendam dengan mencubit pipi Alesha sedikit keras. Sungguh karena gemas—tidak bermaksud ingin menyakiti Alesha. Bahkan keinginannya sekarang bertambah. Ingin menggigit pipi Alesha! Bagaimana rasanya. Bagaimana jika dikunyah. “Aku ingin makan pipimu.” “Aku akan mengadukanmu pada kakek!” Alesha bangkit. Ia mengusap pipinya yang memerah akibat cubitan Garvin. “Alesha tunggu. Jangan mengadu pada kakek.” Garvin membuntuti Alesha dari belakang. Dengan
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

Menginap

“Gerry come here!” teriak Garvin. Anjing itu tidak mengindahkan sang pemilik. Sekarang Alesha berlarian ke sana-kemari. Tidak bisa keluar karena terlanjur dikejar. “Gerry!” teriak Garvin tidak berguna. Anjingnya masih terus mengejar Alesha. Alesha sampai di sebuah tangga. Ia menaikinya. Sampai di atas. Ia masih dikejar—anjing itu menggonggong di bawahnya. “GARVIN PLEASE JAUHKAN DIA DARIKU!” teriak Alesha. Garvin sendiri tidak bisa mengatasi anjingnya. Pada akhirnya ia juga menyuruh beberapa anak buahnya untuk membawa Gerry menjauh dari Alesha. “Aku tidak akan memafkanmu.” Alesha menatap kesal Garvin yang sudah di bawahnya. Perlahan turun dari tangga. Menatap kesal pada Garvin. Ia menyingkirkan tangan Garvin dari pinggangnya karena ingin mengangkatnya. Ia berjalan kesal—meninggalkan Garvin di belakang. GUK GUK Anjing itu berlari lagi ke arah Alesha. Segera berbalik berlari dan melompat ke tubuh Garvin. Kedua kakinya melingkar di pinggang pria itu seperti Koala. “Takut,” liri
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

Bulan Purnama Palsu

CHAPTER Bulan Purnama PalsuIa berusaha bangkit. Namun pinggangnya ditahan. Garvin menarik tengkunya dan menciumnya. Gerakannya yang begitu lembut membuat Alesha terbuai. Begitu intens—Garvin membalikkan posisinya menjadi di atas Alesha.Ia berhenti. Menatap Alesha. “Aku hanya ingin menciummu. Aku tidak akan berbuat lebih.” Kemudian bangun. Menggendong tubuh Alesha ala bridal style.Alesha melingkarkan tangannya di leher Garvin yang masih menciumnya. Pangutan bibir mereka belum terlepas. Sungguh Alesha terbuai, tapi Garvin berhenti sampai di dalam kamar. Garvin menurunkan tubuh Alesha di atas kasur dengan hati-hati. Ia mengusap puncak kepala Alesha pelan.“Good night.”~~Sinar matahari mengenai wajah seorang perempuan yang tertidur pulas. Tidak lama mulai terbangun. Alesha membuka mata—sudah menjadi kebiasaan saat baru bangun tidak langsung sadar. Ia mengerjap pelan—membiarkan dirinya larut dalam pikiran kosong untuk beberapa menit. Alesha melirik jam yang sudah menunjukkan waktu sia
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

Pencuri

Sudah lebih dari seminggu. Pencurinya belum ketemu juga. Garvin tidak ingin ada kesalahan serupa. Untuk itu ia ingin menunjukkan pada semuanya, yang mengusik Blackton dan membuat kerugian walaupun sangat kecil harus dihukum. Bukan hanya disibukkan oleh Blackton. Sebagai wakil Direktur di Viction. Garvin juga menangani banyak hal. Ia diharuskan siap menjadi pimpinan, menggantikan Sean selaku Direktur utama. Banyak hal yang membuat Garvin akhir-akhir ini benar-benar sibuk. Ia harus bertemu dengan beberapa klien di negara yang berbeda. Berpindah-pindah Negara. Seperti saat ini. Ia baru saja bertemu klien di Australia. Untuk bekerja sama dengan sebuah aplikasi e-commerce. “Apa jadwalku selanjutnya?” “Ke Markas, Sir. Pencuri itu sudah ditemukan.” Garvin menganguk. Begitu sampai di Markas. Ia langsung masuk tidak sabar. Ingin segera menghajar orang yang berani-beraninya mencuri di Markas Blackton. “Di mana dia?” Seorang pria yang masih terlihat mudah diikat di sebuah kursi. Anehnya l
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

PMS

Sudah diambang batas kesabarannya. Alesha sampai muak mendengar kata semangat dari para bodyguardnya. Mereka sudah mengatakan lebih dari 20 puluh kali. Bukannya semangat, justru semakin jengkel. Alesha menoleh. “Kemari, jangan hanya duduk dan menontonku.” Melambaikan tangannya pada Marson yang tidak jauh darinya. Marson menutup mulutnya. “Tidak, Nona. Saya salah bicara.” “Dia memang bayak bicara. Hajar saja dia, Nona,” kompor Orland. “Aku akan menembaknya untukmu,” imbuh Zack. Posisi Marson semakin terpojok. Ia tidak menyangka dua orang temannya menumbalkannya sebagai sasaran amukan Alesha. “Kau sudah membuat moodku memburuk. Sini kau Marson!” Alesha berjalan mendekati Marson. Alesha sudah berlatih dengan sungguh-sungguh. Tapi ia benar-benar payah dalam menembak. Setiap bidikannya tidak ada yang tepat sasaran. Lebih buruknya lagi—dua bodyguardnya itu menontonya. Mereka duduk tidak jauh dan berkomentar. Marson berjalan mundur. “Aku hanya menyemangatimu, Nona.” “Kau terdengar
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more

Tumbal Kemarahan Alesha

Akhirnya Garvin tetap melanjutkan perjalananya ke kamar Alesha. Tanpa permisi tanpa ketukan di pintu, ia langsung masuk. Di dalam kamarnya Alesha sedang bersandar di kepala ranjang. Tangan kanannya memegang ponsel, sedangkan tangan kirinya memegang handuk yang ditempel di perutnya. “Ada apa denganmu?” Garvin mendekat. Mengambil duduk di pinggiran ranjang. “Aku baik-baik saja,” jawab Alesha tanpa menoleh ke arah Garvin. Ia masih menatap ponselnya. “Kenapa kau memamerkan perutmu? Bagaimana jika ada orang lain yang melihat?” Garvin menarik selimut untuk menutupi perut Alesha yang terbuka. Alesha terdiam melihat apa yang dilakukan Garvin. “Perutmu sakit?” Garvin memegang tangan Alesha. “Ayo ke rumah sakit.” Ia mengambil ponsel Alesha. Melemparnya sembarangan ke atas kasur. Alesha masih diam. Masih memperhatikan Garvin. “Kenapa? Kenapa kau melototiku seperti itu?” Garvin bingung sendiri. Ia melihat ada tiga buah cokelat di atas nakas. Tanpa ijin dari si pemilik ia mengambilnya. Me
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more
PREV
1
...
56789
...
23
DMCA.com Protection Status