Home / Romansa / Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa: Chapter 41 - Chapter 50

83 Chapters

Bab 41

La Rossa dan Gilbert bersiap untuk pergi, mereka akan memberikan seebuah kejutan pada anak buah Vangsed dan Black Wolf yang saat ini sedang berpesta pora.Gilbert dan La Rossa mengendarai mobil Bentley. Dengan kecepatan penuh Gilbert menembus jalanan menuju ke Zunk Club. Sementara Jonathan ia pergi bersama yang lainnya dengan mengendarai mobil van.Gilbert memarkirkan mobilnya di depan Club yang besar dan ramai dengan lampu warna warni menghiasai di nama besar Zunk Club.Saat Gilbert akan memasuki Club ia di tahan oleh dua orang penjaga yang memiliki tubuh kekar, dan berotot, "member."Gilbert menunjukan sebuah kartu berwarna gold dengan bertuliskan nama Zunk Club dengan tulisan timbul pada mereka. tanpa banyak bicara mereka langsung mengecek keaslian kartu member milik Gilbert.Lalu mereka menyerahkan kembali kartu itu pada Gilbert, dan mempersilahkannya masuk dengan begitu sopan. Kali ini Gilbert tidak mengenakan topengnya, melainkan ia merias wajahnya menjadi seorang pria tampan. H
Read more

Bab 42

Gilbert dan La Rossa menghabiskan sisa cocktail di tangannya hingga tetes terakhir. Lalu mereka berdua pun saling pandang, melalui tatapan mereka sepakat untuk memulai aksinya. La Rossa menganggukkan kepalanya tanda ia sudah siap, yang kemudian di balas anggukan juga oleh Gilbert. Mereka berdua keluar dari room private. La Rossa berjalan di depan Gilbert mencari ruangan yang di gunakan oleh anak buah Vangsed dan Black Wolf untuk berpesta. Sementara Jonathan dan kelima orang bawahannya menunggu di van, mereka menunggu aba-aba dari Gilbert. La Rossa menemukan mereka di sebuah ruangan besar, di sana ada sekitar tiga puluh orang yang sedang berpesta dengan minum-minuman beralkohol. Tidak hanya itu, mereka juga memanggil beberapa wanita penghibur pemuas nafsu. Suara gelak tawa terdengar menggema di telinga La Rossa yang memiliki pendengaran tajam. Ruangan itu kedap suara, tapi, karena pintunya terbuka sedikit sehingga suara itu pun keluar. La Rossa tanpa mengetuk langsung masuk ke dal
Read more

Bab 43

La Rossa berjalan memimpin di depan, ia merasakan tak ada pergerakan dari Gilbert atau pun Jonathan dan keempat rekannya. Lalu langkahnya ia hentikan dan berbalik badan. "Ada apa?" "Kenapa diam? Bukankah kita akan ke Kasino Maybacth?" "Tidak hari ini Ros," ucap Gilbert. "Baik. Aku akan pergi sendiri!" La Rossa langsung pergi meninggalkan Gilbert dan Jonathan beserta keempat rekannya. Gilbert menatap punggung La Rossa, ia menghela nafas berat, "sungguh keras kepala." Gilbert menyusul La Rossa yang sudah semakin jauh di depan, "tunggu Ros!" Gilbert berhasil menyusul La Rossa dan menyeimbangkan langkahnya. "Kita tidak bisa ke sana?" "Kenapa?" sorot mata La Rossa tajam. "Di sana sedang berkumpul banyak orang yang memiliki kekuatan dan kemampuan, aku tak ingin melihatmu terluka," "Kamu takut?" Ejek La Rossa. "Takut? Tentu saja tidak!" "Lalu?" "Biarkan aku yang menyelesaikan semua kekacauan ini, dan kamu pulanglah bersama Jonathan untuk berisitrahat," La Rossa tersenyum kecut,
Read more

Bab 44

Gilbert turun dari ranjang, sebelumnya ia melepaskan mantel dari tubuhnya dan menyerahkannya pada La Rossa. Lalu ia berjalan ke arah pintu dan membukanya, terlihat di hadapannya Jonathan sedang berdiri di sana. "Ada apa!" ucap Gilbert dingin. Jonathan merasa hawa dalam tubuhnya mendadak dingin dan beku ketika di tatap oleh Gilbert dengan sorot mata mengintimidasi. "Maaf Tuan, mengganggu! Ada yang perlu di sampaikan," ucap Jonathan. "Katakan!" "Pabrik kimia di Jakarta telah hangus terbakar!" Gilbert mengernyitkan dahinya, ia merasa ada yang salah. "Bagaimana bisa?" "Sepertinya ini ada campur tangan dari kelompok 'MAWAR HITAM'. " "Apa ada korban jiwa?" "Tidak ada. Hanya luka ringan dan berat saja," lapor Jonathan pada Gilbert. "Syukurlah, nyawa lebih berharga daripada harta, tak apa kita kehilangan banyak harta asal jangan kehilangan nyawa. Jika masih mungkin selamatkan semua korban," ucap Gilbert. Lalu di antara keduanya terdiam, dan Gilbert terlihat sedang berpikir, yang i
Read more

Bab 45

"Sekarang apa yang sedang Paman Alfredo lakukan?" tanya Gilbert. "Alfredo masih terus mencari jasad Tuan," jawab Jonathan. "Kalau begitu cari mayat yang memiliki tubuh sama persis denganku, lalu buat tubuhnya membusuk. atur untuk tes DNA nya, untuk masalah ini hubungi Lucas," "Satu lagi! Carikan gaun yang cocok untuk Nyonyamu ini!" perintah Gilbert dengan mengerlingkan sebelah matanya ke arah La Rossa. La Rossa membuang muka karena malu di goda oleh Gilbert. Jonathan menganggukan kepalanya tanda mengerti. "Apa Jimmy sudah kembali?" tanya Gilbert. "Belum, Tuan," "Sekarang kamu boleh pergi!" usir Gilbert. Jonathan memundurkan badannya, ia pun pergi dari hadapan mereka berdua. Ia tersenyum tipis melihat Tuannya bahagia. Tak lama kemudian pintu kamar kembali ada yang mengetuk, Gilbert membuka pintu kamar. "Ada apa?" tanya Gilbert datar. "Kita sudah menepi di bibir pantai Tuan," "Baik. Jonathan mana?" "Tadi dia langsung pergi," Gilbert langsung membalikkan badannya, ia memberit
Read more

Bab 46

La Rossa kali ini berpindah tempat, ia bermain Slot dan Jackpot. Setelah bosan bermain selikuran. Gilbert mengeluarkan koin untuk La Rossa bertaruh di permainan Slot dan Jackpot.Jonathan membisikan sesuatu ke Gilbert dan ia tak merespon, hanya tatapan matanya saja yang bicara. Gilbert meminta La Rossa menghentikan permainannya.Mereka berdua pun pergi ke bar dan memesan wisky pada bartender. Bartender itu menyerahkan gelas wisky ke Gilbert dan dengan gerakan yang sangat cepat ia mengambil kertas yang Gilbert selipkan di bawah gelas itu.La Rossa dan Gilbert pergi menyelinap ke belakang bar yang ternyata di sana ada sebuah ruangan, ia menemui orang yang berkulit gelap. "Uangnya?.""Transfer!""Lakukan sekarang!""Ok!"Transaksi di antara keduanya pun berjalan lancar, setelah ia menerima sejumlah uang yang telah Gilbert transferkan ke rekeningnya."Senjata-senjata ini bukanlah sembarangan, kamu bisa memilih mana saja yang kamu mau," ujarnya sambil menekan sebuah tombol yang ada di bal
Read more

Bab 47

"Ternyata dia adalah murid dari manusia tanpa bayangan!" "Gawat! Sebaiknya kita menghindar darinya, wajah cantik nan imutnya adalah palsu, ia sebenarnya jelmaan iblis!" "Cepat menyingkir darinya!" La Rossa terus melempar senjata rahasia ninjanya, memanfaatkan keterkejutan mereka. La Rossa juga menguarkan aura pembunuh yang menyelimuti tubuhnya semakin pekat, membuat seluruh anak buah Vangsed dan Black Wolf yang bersatu semakin bergidik ngeri. Korban dari pihak Vangsed dan Black Wolf semakin banyak, melihat anak buahnya banyak yang tumbang Riddin memerintahkan anak buahnya untuk mengepung La Rossa. Namun, mereka bukanlah tandingan bagi La Rossa yang memiliki beberapa teknik bertarung. La Rossa menggunakan sisa tenaganya untuk melawan mereka semua. Selagi yang mengepung hanya sepuluh orang La Rossa masih bisa mengatasinya, asalkan jangan seluruh anak buah mereka mengepungnya. "Mundur! Dia bukan lawan kita!" Beberapa dari mereka memilih mundur dan menjauh dari La Rossa, namun, na
Read more

Bab 48

"Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" tanya Gilbert."Tentu saja pulang ke Indonesia!" tegas La Rossa."Lalu bagaimana dengan Vangsed dan Black Wolf?""Aku tak menginginkan!"Gilbert tak melanjutkan pertanyaannya, ia menatap La Rossa penuh cinta."Kenapa?""Aku melakukan semua ini hanya agar aku bisa terbebas dan tak terikat aturan!""Bagaimana kalau aku yang mengikatmu?""Aku ...,"La Rossa tak melanjutkan ucapannya, mulutnya sudah di sumpal oleh mulut Gilbert.La Rossa memukul dada bidang Gilbert agar ia melepaskan ciumannya, La Rossa merasa risi jika harus melakukan ciuman di luar seperti ini.La Rossa belum terbiasa mengumbar kemesraan di depan orang banyak, lain halnya dengan Gilbert yang sedang di landa bucin.Gilbert tak merasa malu apalagi risi saat mencium La Rossa, jika mungkin ia akan selalu membawa La Rossa kemanapun ia pergi."Lepaskan! Tak enak di lihat orang,""Biarkan saja! Kenapa merasa tak enak? Kalau mereka mau, lakukan saja bersama pasangannya sendiri!"Gilbert
Read more

Bab 49

Mereka saling pandang dan bergidik ngeri saat mmbayangkan burungnya harus di potong oleh Nyonya besar yang kejam."Kenapa! Itu juga berlaku untuk kalian dan kamu sayang," ucap La Rossa sambil mengerlingkan matanya ke arah Gilbert.Sontak saja Gilbert langsung menutupi kemaluannya. Sementara La Rossa melihat ketakutan mereka tersenyum jahat."Ayo kita pulang! Aku ingin berendam air hangat, rasanya tubuhku lengket semua," ajak La Rossa, ia menarik lengan Susan.Susan menatap Gilbert dengan tatapan bersalah, sementara Gilbert harus menelan kekecewaannya. Ia menarik nafas dalam, lalu mengikuti La Rossa di belakangnya.Sesampainya di rumah, La Rossa langsung mengisi bath tub dan meneteskan aroma terapi pada bath tub itu. Ia juga menuang wine ke dalam ke gelasnya ia ingin menikmati kemenangan ini.Pintu kamar mandi di gedor dari luar, suaara Gilbert terdengar memanggil."Sayang, kamu di dalam? Butuh bantuan tidak?" ucap Gilbert."Tid
Read more

Bab 50

La Rossa memejamkan kelopak matanya, ia kini sedang berada di pesawat menuju ke Jakarta. Ia menaiki pesawat komersil. Meskipun Gilbert memaksanya untuk naik pesawat pribadi miliknya tetap saja La Rossa menolak keras."Tidak Gilbert, biarkan aku naik pesawat komersil!" La Rossa menolak tawaran Gilbert.Gilbert menghela nafas, ia tak bisa memaksa La Rossa karena ia tahu kalau La Rossa itu keras kepala.La Rossa teringat percakapannya dengan Gilbert saat Gilbert membantunya mengeluarkan peluru dari dalam tubuhnya."Kenapa kamu begitu kuat Ros?" tanya Gilbert merasa heran dengan apa yang terjadi pada kekasihnya."Aku juga tidak tahu!" ucap La Rossa. Saat itu ia tak kepikiran mengenai serum yang di berikan oleh Profesor Huang padanya.La Rossa meraba luka di bahunya, ia meringis menahan sakit. "Aku akan menanyakan pada Profesor tua Huang nanti," batin La Rossa.Pesawat yang di tumpangi La Rossa mendarat sempurna di Bandara Internasional Soekarno Hatta, ia berjalan menuruni tangga pesawat
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status