Share

Bab 43

Penulis: Rindu_Mentari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
La Rossa berjalan memimpin di depan, ia merasakan tak ada pergerakan dari Gilbert atau pun Jonathan dan keempat rekannya. Lalu langkahnya ia hentikan dan berbalik badan.

"Ada apa?"

"Kenapa diam? Bukankah kita akan ke Kasino Maybacth?"

"Tidak hari ini Ros," ucap Gilbert.

"Baik. Aku akan pergi sendiri!"

La Rossa langsung pergi meninggalkan Gilbert dan Jonathan beserta keempat rekannya. Gilbert menatap punggung La Rossa, ia menghela nafas berat, "sungguh keras kepala."

Gilbert menyusul La Rossa yang sudah semakin jauh di depan, "tunggu Ros!" Gilbert berhasil menyusul La Rossa dan menyeimbangkan langkahnya.

"Kita tidak bisa ke sana?"

"Kenapa?" sorot mata La Rossa tajam.

"Di sana sedang berkumpul banyak orang yang memiliki kekuatan dan kemampuan, aku tak ingin melihatmu terluka,"

"Kamu takut?" Ejek La Rossa.

"Takut? Tentu saja tidak!"

"Lalu?"

"Biarkan aku yang menyelesaikan semua kekacauan ini, dan kamu pulanglah bersama Jonathan untuk berisitrahat,"

La Rossa tersenyum kecut,
Rindu_Mentari

Silahkan tinggalkan jejak dengan Like, Komen dan vote. Terima kasih sudah mampir dan semoga cerita ini dapat menghibur semua reader. Ini adalah novel perdanaku di dunia literasi. Mohon maaf jika ada banyak typo, salah kata dan sebagainya.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 44

    Gilbert turun dari ranjang, sebelumnya ia melepaskan mantel dari tubuhnya dan menyerahkannya pada La Rossa. Lalu ia berjalan ke arah pintu dan membukanya, terlihat di hadapannya Jonathan sedang berdiri di sana. "Ada apa!" ucap Gilbert dingin. Jonathan merasa hawa dalam tubuhnya mendadak dingin dan beku ketika di tatap oleh Gilbert dengan sorot mata mengintimidasi. "Maaf Tuan, mengganggu! Ada yang perlu di sampaikan," ucap Jonathan. "Katakan!" "Pabrik kimia di Jakarta telah hangus terbakar!" Gilbert mengernyitkan dahinya, ia merasa ada yang salah. "Bagaimana bisa?" "Sepertinya ini ada campur tangan dari kelompok 'MAWAR HITAM'. " "Apa ada korban jiwa?" "Tidak ada. Hanya luka ringan dan berat saja," lapor Jonathan pada Gilbert. "Syukurlah, nyawa lebih berharga daripada harta, tak apa kita kehilangan banyak harta asal jangan kehilangan nyawa. Jika masih mungkin selamatkan semua korban," ucap Gilbert. Lalu di antara keduanya terdiam, dan Gilbert terlihat sedang berpikir, yang i

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 45

    "Sekarang apa yang sedang Paman Alfredo lakukan?" tanya Gilbert. "Alfredo masih terus mencari jasad Tuan," jawab Jonathan. "Kalau begitu cari mayat yang memiliki tubuh sama persis denganku, lalu buat tubuhnya membusuk. atur untuk tes DNA nya, untuk masalah ini hubungi Lucas," "Satu lagi! Carikan gaun yang cocok untuk Nyonyamu ini!" perintah Gilbert dengan mengerlingkan sebelah matanya ke arah La Rossa. La Rossa membuang muka karena malu di goda oleh Gilbert. Jonathan menganggukan kepalanya tanda mengerti. "Apa Jimmy sudah kembali?" tanya Gilbert. "Belum, Tuan," "Sekarang kamu boleh pergi!" usir Gilbert. Jonathan memundurkan badannya, ia pun pergi dari hadapan mereka berdua. Ia tersenyum tipis melihat Tuannya bahagia. Tak lama kemudian pintu kamar kembali ada yang mengetuk, Gilbert membuka pintu kamar. "Ada apa?" tanya Gilbert datar. "Kita sudah menepi di bibir pantai Tuan," "Baik. Jonathan mana?" "Tadi dia langsung pergi," Gilbert langsung membalikkan badannya, ia memberit

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 46

    La Rossa kali ini berpindah tempat, ia bermain Slot dan Jackpot. Setelah bosan bermain selikuran. Gilbert mengeluarkan koin untuk La Rossa bertaruh di permainan Slot dan Jackpot.Jonathan membisikan sesuatu ke Gilbert dan ia tak merespon, hanya tatapan matanya saja yang bicara. Gilbert meminta La Rossa menghentikan permainannya.Mereka berdua pun pergi ke bar dan memesan wisky pada bartender. Bartender itu menyerahkan gelas wisky ke Gilbert dan dengan gerakan yang sangat cepat ia mengambil kertas yang Gilbert selipkan di bawah gelas itu.La Rossa dan Gilbert pergi menyelinap ke belakang bar yang ternyata di sana ada sebuah ruangan, ia menemui orang yang berkulit gelap. "Uangnya?.""Transfer!""Lakukan sekarang!""Ok!"Transaksi di antara keduanya pun berjalan lancar, setelah ia menerima sejumlah uang yang telah Gilbert transferkan ke rekeningnya."Senjata-senjata ini bukanlah sembarangan, kamu bisa memilih mana saja yang kamu mau," ujarnya sambil menekan sebuah tombol yang ada di bal

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 47

    "Ternyata dia adalah murid dari manusia tanpa bayangan!" "Gawat! Sebaiknya kita menghindar darinya, wajah cantik nan imutnya adalah palsu, ia sebenarnya jelmaan iblis!" "Cepat menyingkir darinya!" La Rossa terus melempar senjata rahasia ninjanya, memanfaatkan keterkejutan mereka. La Rossa juga menguarkan aura pembunuh yang menyelimuti tubuhnya semakin pekat, membuat seluruh anak buah Vangsed dan Black Wolf yang bersatu semakin bergidik ngeri. Korban dari pihak Vangsed dan Black Wolf semakin banyak, melihat anak buahnya banyak yang tumbang Riddin memerintahkan anak buahnya untuk mengepung La Rossa. Namun, mereka bukanlah tandingan bagi La Rossa yang memiliki beberapa teknik bertarung. La Rossa menggunakan sisa tenaganya untuk melawan mereka semua. Selagi yang mengepung hanya sepuluh orang La Rossa masih bisa mengatasinya, asalkan jangan seluruh anak buah mereka mengepungnya. "Mundur! Dia bukan lawan kita!" Beberapa dari mereka memilih mundur dan menjauh dari La Rossa, namun, na

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 48

    "Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" tanya Gilbert."Tentu saja pulang ke Indonesia!" tegas La Rossa."Lalu bagaimana dengan Vangsed dan Black Wolf?""Aku tak menginginkan!"Gilbert tak melanjutkan pertanyaannya, ia menatap La Rossa penuh cinta."Kenapa?""Aku melakukan semua ini hanya agar aku bisa terbebas dan tak terikat aturan!""Bagaimana kalau aku yang mengikatmu?""Aku ...,"La Rossa tak melanjutkan ucapannya, mulutnya sudah di sumpal oleh mulut Gilbert.La Rossa memukul dada bidang Gilbert agar ia melepaskan ciumannya, La Rossa merasa risi jika harus melakukan ciuman di luar seperti ini.La Rossa belum terbiasa mengumbar kemesraan di depan orang banyak, lain halnya dengan Gilbert yang sedang di landa bucin.Gilbert tak merasa malu apalagi risi saat mencium La Rossa, jika mungkin ia akan selalu membawa La Rossa kemanapun ia pergi."Lepaskan! Tak enak di lihat orang,""Biarkan saja! Kenapa merasa tak enak? Kalau mereka mau, lakukan saja bersama pasangannya sendiri!"Gilbert

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 49

    Mereka saling pandang dan bergidik ngeri saat mmbayangkan burungnya harus di potong oleh Nyonya besar yang kejam."Kenapa! Itu juga berlaku untuk kalian dan kamu sayang," ucap La Rossa sambil mengerlingkan matanya ke arah Gilbert.Sontak saja Gilbert langsung menutupi kemaluannya. Sementara La Rossa melihat ketakutan mereka tersenyum jahat."Ayo kita pulang! Aku ingin berendam air hangat, rasanya tubuhku lengket semua," ajak La Rossa, ia menarik lengan Susan.Susan menatap Gilbert dengan tatapan bersalah, sementara Gilbert harus menelan kekecewaannya. Ia menarik nafas dalam, lalu mengikuti La Rossa di belakangnya.Sesampainya di rumah, La Rossa langsung mengisi bath tub dan meneteskan aroma terapi pada bath tub itu. Ia juga menuang wine ke dalam ke gelasnya ia ingin menikmati kemenangan ini.Pintu kamar mandi di gedor dari luar, suaara Gilbert terdengar memanggil."Sayang, kamu di dalam? Butuh bantuan tidak?" ucap Gilbert."Tid

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 50

    La Rossa memejamkan kelopak matanya, ia kini sedang berada di pesawat menuju ke Jakarta. Ia menaiki pesawat komersil. Meskipun Gilbert memaksanya untuk naik pesawat pribadi miliknya tetap saja La Rossa menolak keras."Tidak Gilbert, biarkan aku naik pesawat komersil!" La Rossa menolak tawaran Gilbert.Gilbert menghela nafas, ia tak bisa memaksa La Rossa karena ia tahu kalau La Rossa itu keras kepala.La Rossa teringat percakapannya dengan Gilbert saat Gilbert membantunya mengeluarkan peluru dari dalam tubuhnya."Kenapa kamu begitu kuat Ros?" tanya Gilbert merasa heran dengan apa yang terjadi pada kekasihnya."Aku juga tidak tahu!" ucap La Rossa. Saat itu ia tak kepikiran mengenai serum yang di berikan oleh Profesor Huang padanya.La Rossa meraba luka di bahunya, ia meringis menahan sakit. "Aku akan menanyakan pada Profesor tua Huang nanti," batin La Rossa.Pesawat yang di tumpangi La Rossa mendarat sempurna di Bandara Internasional Soekarno Hatta, ia berjalan menuruni tangga pesawat

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 51

    La Rossa pergi ke kantor tempat perusahaan Gilbert berada. Ia mendatangi sebuah gedung bertingkat yang menjulang tinggi hampir menembus cakrawala.La Rossa yang datang dengan menggunakan taxi online pun turun dari mobil. Ia masuk ke dalam gedung itu dan dataang ke rreseptionis untuk menanyakan letak kntor Gilbert."Permisi Mbak, kantor Pak Gilbert ada di lantai berapa ya?" tanya La Rossa sopan. Meski itu bukan gayanya, tapi, karena ini di kantor La Rossa harus bersikap sopan.Reseptionis yang di panggil Mbak itu tak menjawab pertanyaan La Rossa, ia justru sibuk memoles wajahnya. Sekali lagi La Rossa bertanya dengan sopan."Permisi Mbak, kantor milik Pak Gilbert ada di lantai berapa ya?" pertanyaan yang sama La Rossa lontarkan pada reseptionis itu.Kali ini ia merespon, tapi, dengan tatapan sinis ia berkata, "Pak Gilbert tidak ada di kantornya!""Aku tahu, aku hanya perlu tahu, dimana ruangannya?" ucap La Rossa tak lagi sopan.Kembali reseptionis itu memandang sinis La Rossa, ia meneli

Bab terbaru

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 84

    Gilbert semalaman menggempur La Rossa sampai ia kesulitan bangun. "Sstthh! Tubuhku seperti mau remuk," desis La Rossa. "Kenapa dia begitu kuat? Apa yang membuatnya seperti itu?" gumam La Rossa. La Rossa beringsut berusaha untuk turun dari ranjang tempatnya semalam di gempur habis-habisan oleh Gilbert. "Duh, kenapa kakiku berasa lunglai begini ya?" ujar La Rossa mengeluh dalam hati. La Rossa berjalan dengan tertatih menuju ke kamar mandi, sejak membuka matanya La Rossa tak menemukan Gilbert di mana pun. "Ke mana perginya Gilbert?" "Apa mungkin ia sedang berjalan di tepi pantai?" "Ish!" desis La Rossa kesal saat membayangkan suaminya malah tengah asyik menikmati suasana pagi dengan berjalan-jalan di tepi pantai sambil memandang matahari terbit. La Rossa keluar dari kamarnya, perutnya terasa lapar. Ia pun pergi menuju dapur dan ternyata Gilbert tengah asyik memasak. "Kamu di sini?" tanya La Rossa heran. "Berarti tuduhanku tadi salah," gumam La Rossa dalam hati. Gilbert menol

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 82

    "Stop di sana!" perintah Gilbert."Perbesar!" Lanjut Gilbert.Gilbert tersenyum penuh kemenangan."Jo, bawa wanita sialan itu! Kita berangkat sekarang!" perintah Gilbert pada Jonathan.Jonathan tak mengerti dengan perintah yang Gilbert berikan."Wanita mana? Pergi ke mana?" tanya Jonathan.Gilbert yang sudah bersiap meninggalkan ruangan itu langsung menghentikan langkahnya "Jo, sejak kapan kamu berubah menjadi bodoh?" tanya Gilbert dengan nada kesal."Wanita yang telah berani menggodaku dan kita akan pergi menemui La Rossaku!" tegas Gilbert.Lalu, ia kembali berjalan menuju ke pintu dan ke luar dari ruangan itu. Yang kemudian di susul oleh Jonathan.Malam itu juga, Gilbert langsung pergi menyusul La Rossa dengan menggunaksn pesawat pribadi.Gilbert duduk dengan tenang, kali ini tak ada kecemasan dalam raut wajahnya.'Aku menemukanmu, Ros. Kamu tak akan bisa pergi jauh dariku,' batin Gilbert senang.Sementara itu, di belakangnya ada seorang wanita yang tengah memperhatikannya dengan s

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 81

    Gilbert frustasi, ia benar-benar tak tahu lagi harus mencari La Rossa ke mana?Sudah sejak siang hingga malam hari Gilbert mencari La Rossa. Ia sudah mendatangi banyak tempat. Namun, tak ada satu pun tempat yang ia kunjungi menandakan adanya La Rossa di sana."Aaarrrrggghhh!" Gilbert berteriak kencang.Wajahnya sudah lecek dengan penampilan yang kusut. Otaknya tiba-tiba terasa buntu. Ia tidak lagi bisa berpikir dengan jernih.Gilbert menyugar rambutnya kasar. Ia memaki dirinya sendiri."Sial!" makinya.Gilbert melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya."Sudah larut malam," ucapnya pada diri sendiri.Gilbert memutuskan untuk pulang. Sesampainya di dalam kamarnya. Gilbert menatap ranjang besar tempatnya semalam menghabiskan waktu bersama La Rossa.Ia mengusap ranjang itu dengan telapak tangannya."Ros," panggilnya lirih.Akibat kelelahan lama kelamaan mata Gilbert menutup. Ia terlelap tidur.Pagi pun menjelang, pintu depan rumah Gilbert di gefor sangat keras.Took! Toook!P

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 80

    La Rossa menenteng rantang yang berisi masakan hasil buatannya sendiri dengan arahan koki di rumahnya.La Rossa memeluk rantang di tangannya sembari tersenyum bahagia."Gilbert pasti suka," ucap La Rossa bergumam lirih. Ia terus mengulas senyum di bibirnya.La Rossa pergi ke kantornya Gilbert dengan diantar supir.Mobil memasuki area parkir dan kemudian La Rossa turun dari mobil. Ia masuk ke dalam gedung perusahaan milik Gilbert dan gegas pergi menuju lift.La Rossa berjalan dengan langkah lebar dan hati yang riang gembira, ia begitu tak sabar ingin menunjukan hasil masakannya pada Gilbert."Pasti dia sangat senang," gumam La Rossa.Para karyawan yang berpapasan dengan La Rossa menyapanya ramah. Dulu sekali, ia pernah menjadi pengganti Gilbert di kantor itu, sehingga banyak karyawan yang mengenalnya.La Rossa hanya mengangguk lirih menanggapi sapaan mereka.La Rossa berjalan di koridor, ia menenteng rantangnya.Begitu sampai di depan kantor Gilbert, La Rossa langsung masuk ke dalam ta

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 79

    La Rossa dan Gilbert terlelap tidur setelah mereka bermandi peluh. Rasa lelah setelah bergumul membuat mereka tertidur.Malam pun berlalu dengan syahdunya.Keesokan harinya mereka langsung cek out dari hotel. Gilbert membawa La Rossa ke sebuah rumah yang sangat megah dan mewah.Mereka turun dari mobil yang membawa mereka ke sana.Setelah menapaki teras rumah La Rossa dan Gilbert langsung di sambut oleh para pelayan yang berbaris rapi dengan seragam khas maid."Selamat datang, Tuan, Nyonya," sapa mereka serempak.La Rossa berusaha bersikap ramah dengan mengulum senyum.Sementara Gilbert hanya mengangguk pelan.Gilbert membawa La Rossa ke atas melewati tangga satu demi satu.Gilbert membuka kamar itu dan mempersilahkan La Rossa untuk masuk terlebih dahulu."Kamarnya sangat luas," ucap La Rossa."Kenapa kita harus tinggal di rumah sebesar ini? Padahal kita hanya tinggal berdua saja," ujar La Rossa."Apa kamu tak menyukainya?" tanya Gilbert."Suka. Hanya saja aku lebih nyaman tinggal di r

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 78

    Gilbert dan La Rossa meresmikan hubungan mereka di depan penghulu dengan wali hakim karena La Rossa tak memiliki saudara.Pernikahan mereka di gelar di KUA dan di saksikan oleh Jonny, Profesor Huang, Anisa, Lucas, Jonathan dan Susan.Mereka menjadi saksi keabadian cinta mereka.La Rossa menggelayut manja di lengan Gilbert yang kokoh."Terima kasih. Aku bahagia sekali," ucap La Rossa mengungkapkan rasa bahagianya."Tidak, sayang. Aku lah yang seharusnya berterima kasih padamu karena telah menerimaku apa adanya meski wajahku ini awalnya buruk rupa bagai monster, tapi kamu tetap menerimaku," ungkap Gilbert.La Rossa mencium punggung tangan Gilbert setelah ijab qobul diikrarkan dan Gilbert mencium kening La Rossa.Jonny menghampiri mereka berdua."Selamat ya, Ros," ucap Jonny, "Kini dia aku serahkan padamu. Jaga dia dengan baik," Lanjut Jonny sambil menepuk pundak Gilbert.Gilbert menepuk dadanya bangga, "Serahkan saja padaku. Aku akan menjaganya melebihi diriku sendiri," ucapnya."Hm," J

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 77

    "Sudah jangan menangis, semoga kita bertemu lagi," ucap Profesir Huang ambigu."Apa maksud ucapanmu itu?" tanya La Rossa."Tidak ada," jawab Profesor Huang."Apa kamu lapar?" tanya Profesor Huang."Iya, aku lapar. Apa kamu punya makanan?" jawab La Rossa sekaligus bertanya."Sebentar, aku lihat dulu di dapur," jawab Profesor Huang.La Rossa mengangguk, "baik."Profesor Huang keluar ia pergi menuju dapur, di sana ia melihat Anisa dan dibantu oleh Lucas sedang memasak. Aroma wangi masakan tercium oleh hidung Profesor Huang, ia terus memgendus aroma itu, "hmmm ... wanginya. Bikin perutku semakin lapar saja.""Apa semuanya sudah siap di sajikan dan di santap?" tanya Profesor Huang sambil melangkah mendekati mereka berdua."Sudah, sisa ini saja yang belum matang. Tunggu sebentar lagi ya?" ucap Anisa sambil tersenyum.Lucas justru mendengkus, "huh, enak saja datang-datang langsung minta makan."Anisa memperingati Lucas, "hust! Jangan begitu, biar bagaimanapun dapur ini miliknya begitu pun de

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 76

    Lucas menatap Gilbert kesal, ia selalu kalah cepat dengan Gilbert sahabatnya sekaligus rekan bisnisnya itu."Kenapa wajahmu di tekuk begitu? Jangan kesal begitu, dari pada kesal melihatku akan segera menikah, sebaiknya kamu mencari pacar dan segera lamar dia lalu nikahi. Umurmu sudah tak muda lagi, jangan sampai seperti mereka yang kadaluwarsa," ucap Gilbert sambil melirik ke arah Jhonny dan Profesor Huang.Profesor Huang acuh, sedangkan Jhonny merasa tersindir oleh ucapan Gilbert, ia pun melemparkan botol kaca yang ada di dekatnya.Dengan gesit Gilbert menangkap botol itu sambil tersenyum mengejek pada Jhonny karena ia telah berhasil menangkap botol itu.Jhonny mendengkus kesal, "jangan menghinaku. Kalau masih tetap kamu lakukan aku akan menarik kembali restuku padamu," ancam Jhonny."Memangnya bisa?" tanya Gilbert."Tentu saja bisa!" ucap Jhonny dengan nada kesal sekaligus geram."Kalian mau sampai kapan berdebat terus! Kalau masih panjang sebaiknya kalian lakukan di luar, aku mau i

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 75

    Jhonny begitu terharu melihat La Rossa di lamar oleh laki-laki yang dicintainya.Jhonny menyeka air matanya yang hampir jatuh, ia memalingkan wajahnya demi untuk menyembunyikan keharuannya.Apa kata dunia ketika melihat seorang Jhonny menangis? Ia buru-buru menghapus genangan air yang menggantung di pelupuk matanya.Profesor Huang dan Lucas keluar dari ruang Laboratorium kecil milik Profesor Huang itu.Profesor Huang melihat saat Jhonny menyeka air matanya, ia pun bertanya, "ada apa ini?""Apa aku melewatkan sesuatu yang menarik? Sampai-sampai seorang Jhonny harus meneteskan air matanya," Profesor Huang bertanya dengan sedikit mengejek sahabatnya itu."Siapa yang menangis?" tanya La Rossa."Jhonny, lihat hidungnya sampai memerah," ledek Profesor Huang."Diamlah Huang! Jaga bicaramu," sentak Jhonny dengan nada sedikit marah."Kata-kata mana yang harus aku jaga?" Profesor Huang kembali mengejek Jhonny."Dasar tua bangka, tudak bisakah kamu menjaga mulutmu, ha?!" Jhonny semakin geram den

DMCA.com Protection Status