Home / Romansa / Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa: Chapter 1 - Chapter 10

83 Chapters

Bab 1 Gagal Misi

Brak!! Pintu ruangan itu terbuka dan muncullah seorang wanita cantik berambut pendek dan dibelakangnya ada dua orang yang mengiringinya. Wanita itu berjalan mendekat ke arah seorang pria yang tengah duduk di meja kebesarannya. “Selamat sore La Rossa, apa khabar?” sapa pria itu ramah. “Jangan basa basi berikan uangnya,” ucap La Rossa dingin. “Tidak bisakah kamu santai sejenak Ross?” tanya pria itu dengan senyum yang mengembang dibibirnya. “Cepat berikan uangnya sekarang!” ucap La Rossa dengan nada penuh penekanan. “Ambilkan uangnya Daniela!” perintah pria itu pada asistennya yang tengah berdiri disisi kirinya. Daniela lalu beranjak pergi dari sisi pria itu, dan kemudian membuka lemari brangkas yang ada di ruangan itu. Daniela membawa setumpuk demi setumpuk uang dari dalam brangkas lalu meletakkannya di atas meja pria itu. “Silakan hitung uangnya La Rossa!” perintah pria itu sambil menyodorkan setumpukan uang itu ke hadapan La Rossa. Lalu La Rossa memberi kode orang yang ada di
Read more

Bab 2 Koma

Pria bertopeng itu membopong La Rossa dipelukannya, ia terus berlari menyusuri lorong kamar hotel dan keluar menuju parkiran basement hotel. Ia masuk kedalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi. Lalu ia tiba disebuah Rumah Sakit, ia masuk melalui jalur khusus sambil membopong La Rossa dipelukannya, sorot matanya menunjukan kalau ia merasa cemas dengan keadaan La Rossa. "Cepat siapkan ruang operasi, mana dr. Lucas?" tanya pria itu masih dalam posisi membopong La Rossa dalam pelukannya. "Maaf tuan, dr. Lucas sedang cuti," jawab seorang perawat yang sedang berjaga. Pria itu meletakkan La Rossa dibrangkar dalam ruang operasi sebuah Rumah Sakit ternama di Ibu Kota. Ia terlihat sangat ditakuti oleh para pegawai Rumah Sakit. Pria itu meraih handphonenya dari balik jubah hitamnya. Ia terlihat sedang mencari sebuah kontak dan tidak lama kemudian ia menyambungkannya kepada orang yang namanya terpangpang dilayar telepon, Lucas nama yang ada dikontaknya. "Cepat datang ke Rumah Sak
Read more

Bab 3 Siuman

Pria bertopeng itu kaget ketika mendengar pintu kamar terbuka dan secara spontan menoleh ke belakang dan ternyata Lucas yang datang, ia telah mengejutkannya. "Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan," kata Lucas sambil melangkah maju menghampiri pria bertopeng. "Kenapa masuk tanpa mengetuk?" ujar pria bertopeng itu kesal. "Terserah aku dong!" jawab Lucas dengan santainya. "Minggir, aku mau memeriksanya," ucap Lucas ketus. Pria bertopeng itu memiringkan badannya, ia menyingkir dari hadapan La Rossa dan memberi ruang kepada Lucas untuk memeriksa La Rossa. "Sepertinya ia enggan untuk bangun, kemungkinan terbesar ada sebuah trauma yang membuatnya tidak ingin kembali ke dunia ini," ucap Lucas menjelaskan kondisi La Rossa pada pria bertopeng itu. "Trauma?" ulang pria bertopeng itu. "Huum," jawab Lucas singkat. Pria bertopeng itu mengerutkan dahinya, ke dua alisnya bertaut menjadi satu. Nampak ia tengah berpikir keras. "Apa yang membuatmu takut untuk kembali ke dunia ini? Apa t
Read more

Bab 4. Pergi Tanpa Pamit

La Rossa menatap lekat kedalam retina pria bertopeng itu, sorot matanya mengingatkan kepada seseorang yang La Rossa kenal tapi entah siapa?. Ia berusaha mengingat orang itu tapi La Rossa sama sekali tidak menemukan dalam memorinya. La Rossa ingat jika sorot mata itu juga sama persis dengan milik Gilbert sang target yang gagal ia bunuh. Taoi Gilbert hanya memiliki satu bola mata, sementara pria bertopeng yaang ada dihadapannya memiliki dua bola mata. ' Apa mereka satu orang yang sama atau mereka dua orang yang berbeda namun memiliki sorot mata yang sama? Tapi rasanya tidak mungkin dua orang yang berbeda memiliki sorot mata yang begitu sama persis.' batin La Rossa dalam hatinya. Tatapan mata La Rossa bertemu dengan pria bertopeng, ia menampakkan sorot mata yang teduh dan menenangkan. Tapi sedetik kemudian ia merubah tampilannya dengan menampakan sorot mata yang dingin dan kejam. La Rossa merasa bingung dengan keadaan ini, bagaimana bisa ia merubah tampilan hanya dalam hitungan detik s
Read more

Bab 5 Menemui sahabat lama

La Rossa meninggalkan Rumah Sakit, ia menyelinap dengan mengambil pakaian seorang Dokter yang tergantung disebuah ruangan kosong milik salah seorang Dokter praktek di sana. Ia pergi dengan menggunakan taxi yang kebetulan lewat di depan Rumah Sakit, ia meminta pada sang supir untuk mengantarkannya pada alamat yang ia sebutkan. Mobil pun melanju mengantarkan La Rossa ke sebuah lingkungan komplek perumahan yang sederhana. Ia turun ketika mobil berhenti tepat disebuah rumah bercat kuning pucat dengan halaman rumah yang penuh dengan bunga mawar beraneka warna. La Rossa meminta supir untuk menunggunya karena ia tidak memiliki uang sepeser pun. "Pak tunggu sebentar ya," pinta La Rossa pada supit taxi itu. "Ya neng," ucap supir itu setuju. Lalu ia berjalan membuka pintu gerbang dan melangkahkan kakinya hingga sampai di depan pintu dan mengetuknya. Pintu terbuka dan menampakkan sosok gadis cantik berhijab seusianya, ia menatap bingung La Rossa. "Cari siapa Ka?" tanya gadis itu. "Cari
Read more

Bab 6 Pria bertopeng dan Gilbert

Dirumah Sakit tempat La Rossa dirawat perawat itu datang dengan membawa nampan yang berisi makanan, ia mengetuk pintu kamar tapi tidak ada jawaban. Ia kembali mengetuk pintu itu hingga tiga kali tapi tetap tidak ada jawaban.Lalu ia mendorong pintu kamar itu, betapa terkejutnya ketika tidak mendapati La Rossa di sana. Ia meletakan nampan secara sembarang. Lalu Rita mendekat ke ranjang brangkar tempat La Rossa di rawat ia mendapati selang infus yang menggantung dengan meneteskan cairannya dan ada bercak darah di seperai putih itu.Perawat itu lalu mengambil HP-nya dan ia mulai menelepon Lucas. Orang yang telah mengutusnya untuk menjaga La Rossa. Akibat keteledorannya La Rossa kabur dari RS tempatnya dirawat."Halo, Pak. Orang yang dirawat di kamar 305 ruang VVIP hilang," ucap Rita sang perawat dengan suara bergetar ketakutan."Bagaimana bisa? Bukankah ia sedang sakit dan baru sadar dari komanya?" tanya Lucas penasaran."Aku tidak tahu, setelah aku kembali dari luar ia sudah tidak ada d
Read more

Bab 7 Pria Bertopeng dan Gilbert

Pria bertopeng itu meninggalkan kamar VVIP. Ia pergi ke suatu tempat yang letaknya berada diujung gedung bangunan inti. Bangunan itu terlihat kumuh dan tidak layak ditempati.Pria bertopeng itu membuka pintu bangunan tua, suara kriet! terdengar, menandakan bahwa pintu jarang dibuka. Pria bertopeng masuk ke dalam gedung tua itu.Siapa yang menyangka kalau ternyata di dalam ruangan itu terlihat begitu bersih dan tertata rapi, semua perabotan yang ada di dalamnya juga nampak baru dan mewah. Pria bertopeng itu membuka topeng yang selama ini menutupi wajahnya.Ia mengelus lembut pipinya yang memiliki bekas luka yang memanjang dan lebar hampir menutupi sebagian wajahnya, siapapun yang melihat akan ketakutan karena terlihat seperti monster.Dan kemudian ia juga membuka lapisan yang menutupi matanya, ternyata mata itu hanya bola mata palsu yang dirancang menyerupai sebelah matanya yang utuh."Sudah saatnya aku menampakkan diri ke dunia nyata yang selama ini membuatku menderita," gumamnya liri
Read more

Bab 8 Pria bertopeng dan Gilbert

Pria bertopeng masuk ke kamarnya dengan memanjat tembok balkon kamar, ia lalu masuk melalui jendela kamar. Pria bertopeng itu mengubah penampilannya menjadi orang yang lemah dan begitu menyedihkan. Ia duduk di kursi roda dan wajah monsternya memasang sebuah wajah yang penuh kesedihan. "Tuan anda sudah kembali?" tanya Jonathan, yang selama ini menjadi orang kepercayaannya. "Hmm ...," jawab singkat pria bertopeng yang ternyata ia adalah Gilbert. Gilbert pria lumpuh berwajah monster, ia kini sedang berpura-pura menjadi orang yang lemah demi mengelabuhi orang yang selalu menginginkan kematiannya. "Apa Paman Alfredo sudah datang?" tanya Gilbert. "Belum Tuan, mungkin sebentar lagi," jawab Jonathan sopan. "Bantu aku ke balkon," pinta Gilbert pada Jonathan. Jonathan mendorong kursi roda milik Gilbert ke balkon, ia kemudian mengunci kursi roda itu. Gilbert melihat ke luar dengan mengedarkan pandangannya, motor yang ia gunakan sudah tidak terparkir di halaman. Pintu depan gerbang terb
Read more

Bab 9 Kematian Gilbert

Gilbert berdiri melihat ke arah luar, tatapannya penuh. Ia melihat iring-iringan Alfredo meninggalkan rumahnya. Jonathan masuk ke dalam dan melihat Gilbert sedang melihat keluar lewat jendala kaca kamarnya. "Tuan," sapa Jonathan. "Sudah aku katakan berulangkali jangan panggil aku Tuan jika kita sedang berdua saja," tegur Gilbert pada Jonathan. "Tapi ...," ucap Jonathan. "Sudah jangan beralasan! Ada apa?" ucap Gilbert dengan pandanga tetap mengarah keluar, kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celananya. "Semuanya sudah siap Tuan, maaf maksudku Gilbert," ucap Jonathan gugup. Jonathan mengenal Gilbert, ia tahu bagaimana karakternya. Sudah sejak lama Jonathan bekerja dengan Gilbert. "Kemas semua barang-barang yang aku butuhkan, kita berangkat malam ini," pinta Gilbert pada Jonathan. "Semua sudah siap, kita hanya menunggu waktu saja," jawab Jonathan. "Bagus!" ucap Gilbert dengan sorot mata yang tajam, membuat siapa saja yang melihatnya bergidik ngeri. Malam pun tiba Gilbert b
Read more

Bab 10 Kematian Gilbert

Alfredo keluar dari ruang kerjanya, senyumannya terus terukir di bibirnya. Ia berjalan menaiki tangga satu demi satu, langkahnya begitu ringan. Beban yang selama ini akhirnya terlepas juga.Kematian Gilbert adalah kebahagian terbesarnya setelah ia menunggu sekian lama, Alfredo menyenandungkan lagu sebagai ungkapan kebahagiaannya."Selamat jalan keponakan tersayangku, akhirnya kamu menyusul kedua orang tuamu ke neraka," gumam Alfredo."Akhirnya aku bisa menikmati semua ini dengan tenang, kamu pasti merindukan kakak tiriku alias Ayahmu dan ingin segera berkumpul dengan mereka, tenang saja aku akan mengurus pemakan termegah yang pernah ada," ucap Alfredo sambil tersenyum.Ia memasuk kamar tidurnya, sudah lama ia tidak pernah menikmati tidur di ranjang empuk bersama istri sexynya. Ia mengganti bajunya dan mulai merangkak naik ke atas ranjang. Ia mendekap tubuh istrinya yang hanya mengenakan baju tidur yang tipis menerawang.Ia mulai meraba, menggerayangi tubuh istrinya yang sudah sejak la
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status