Home / Romansa / Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa: Chapter 11 - Chapter 20

83 Chapters

Bab 11 Kematian Gilbert

Alfredo tampak panik, wajahnya pucat. Darimana para direksi itu mendapatkan berita kematian Gilbert sang pewaris tunggal kerajaan bisnis milik ayahnya yang kini dipegang oleh Alfredo sebagai wali sahnya. Alfredo berdiri dan langsung pergi meninggalkan meja makan tanpa menyentuh sedikit pun makanan yang sudah terhidang. Sisca mengikuti langkah suaminya dari belakang, ia mensejajarkan dirinya dengan Abraham. Sisca membisikkan sesuatu ke telinga Abraham yang kemudian dijawab dengan anggukan kepala oleh Abraham. "Kita ke kantor sekarang!" perintah Alfredo tidak senang. Baru saja semalam ia tertawa bahagia karena penghalang terbesarnya selama ini sudah meninggal, tapi dipagi buta begini ia menerima berita yang membuat perutnya mual dan ingin muntah akibat kesal. Baginya jam 08.00 pagi masih pagi buta, ia bergegas masuk ke dalam mobil mewahnya. Semua fasilitas mewah yang ia miliki adalah milik Gilbert, keponakannya. "Katakan pada Siren untuk menyiapkan semuanya!" perintah Alfredo pada
Read more

Bab 12 Kematikan Gilbert

Alfredo dan Abraham keluar dari ruangan tempat Alfredo bekerja, mereka menyusuri lorong dan melewati beberapa ruangan. Siren berjalan dibelakangnya mereka, ia berjalan tanpa ekspresi. Sorot mata yang tajam dan kejam terpancar, ia tidak terlihat seperti seorang sekertaris melainkan lebih terlihat seperti pembunuh yang kejam. Alfredo memasuki sebuah ruangan di sana sudah menunggu para dewan direksi dan pemegang saham, mereka menunggu dengan raut wajah cemas. Berita kematian Gilbert menyebabkan harga saham perusahaan turun secara drastis, itu sungguh membuat takut para pemegang saham. "Selamat pagi semuanya," sapa Alfredo pada semua orang yang hadir di sana. "Pagi," jawab mereka hambir serentak. Alfredo langsung duduk di kursi kebanggannya, sudah 20 tahun ia menikmati kedudukan sebagai CEO sekaligus wali dari pemegang saham terbesar milik Gilbert. "Rapat pemegang saham dan direksi kita mulai," ucap Alfredo serius. Siren maju kedepan dan ia membagikan sebuah kertas yang berisi lapo
Read more

Bab 13 Kematian Gilbert

Abraham terpanah melihat sorot tajam mata Siren yang tidak seperti biasanya, Abraham tidak percaya pada penglihatannya. Ia memalingkan wajahnya karena merasa ngeri saat menatap sorot mata tajam Siren bak sebuah tatapan yang siap menerkam musuhnya dan menghujaninya dengan ribuan anak panah yang siap menancap di sekujur tubuhnya. Membayangkan itu semua Abraham sampai bergidik, ia tidak pernah menyangka jika Siren mampu menampilkan sorot mata yang semengerikan itu. Namun begitu Abraham kembali menatap mata Siren, sorot mata tajam itu telah sirna. Kini mata Siren menampakan sebuah tatapan yang menenangkan dan begitu teduh seperti biasanya. Abraham sampai terheran-heran dengan perubahan yang begitu cepat itu. "Apa aku salah lihat?" batin Abraham. "Tapi mana mungkin. aku melihatnya dengan begitu jelas. Bahkan sangat jelas, tapi perubahan itu terjadi hanya dalam hitungan detik saja. Kemampuan macam apa yang ia miliki?" kembali Abraham membatin. "Sudahlah! Mungkin aku yang benar-benar sa
Read more

Bab 14 Bangkitnya Gilbert

Siren menyimpan disck itu di dalam tasnya, kemudian ia pun kembali bekerja lagi. Siren menyelesaikan tugas membuat laporan bulanan kinerja para direksi dan staffnya. Setiap bulan kinerja mereka akan diriview oleh perusahaan dan akan ada bonus untuk yang kinerjanya bagus. Saat Siren fokus mengetik, suara handphonenya berdering, ia pun merogoh tasnya. Siren melihat kontak Abraham yang terpampang di sana, ia pun menggulirnya ke atas. "Halo!" sapa Siren. "Apa yang terjadi ha! Kenapa harga saham perusahaan anjlok begitu drastis? Aku memintamu untuk mengawasi pergerakan saham dan melaporkannya padaku setiap menitnya bahkan jika mungkin setiap detiknya." sentak Abraham marah pada Siren. Siren tersenyum licik, tapi sejurus kemudian ia merubah mimik wajahnya menjadi sendu, ia mengubah nada bicaranya menjadi sangat menyedihkan. "Maafkan aku Pak, aku tidak bisa melakukan semua pekerjaan secara bersamaan, tanganku hanya ada dua, mata dan telingaku pun sama. Jika Bapak terus menuntutku un
Read more

Bab 15 Bangkitnya Gilbert

Siren menyusuri gang sempit sejurus kemudian menghilang, ia pergi menyelinap dengan kemampuannya. Ia kini sudah berada dalam sebuah mobil van. Siren merogoh tasnya, kemudian ia menyerahkan disk pada orang yang ada di sampingnya."Ini data perusahaan itu," ucap Siren sambil menyodorkan disk itu."Bagus! Kinerjamu sungguh luar biasa, pantas Tuanku begitu mempercayaimu dan begitu mengandalkanmu," ucap orang itu.Siren tak menanggapi ucapan laki-laki yang ada disampingnya itu, ia kini sibuk membuka semua atribut yang ada pada dirinya.Siren membuka wignya, lalu kontak lensa di matanya. Kini mata coklat madu itu nampak jelas, lalu ia merobek kulit wajahnya dan terpampanglah wajah La Rossa. ia membuka gigi palsunya dan menghapus lipstik di bibirnya.La Rossa membersihkan wajahnya dengan tissue, ia kemudian menoleh ke samping. Ada Jonathan sang asisten Gilbert."Berikan sisa pembayarannya," pinta La Rossa tegas."Katakan apa yan
Read more

Bab 16 Manusia Bayangan

La Rossa memejamkan matanya, ia bergumam dalam hatinya,"Gilbert, apakah itu kamu,' Hati La Rossa tiba-tiba terasa sakit ketika mengenangnya, ia merindukannya sama rindunya terhadap ke dua orang tuanya. Ia kehilangannya sama persis seperti ia kehilangan orang tuanya. Di waktu yang bersama La Rossa harus kehilangan semua orang yang ia cintai. La Rossa masih memejamkan matanya, tapi kesadarannya tetap terjaga. Selama hidupnya ia tidak pernah merasa tenang meski dalam mimpinya sekalipun. Sejak kejadian 20 tahun yang lalu ia tidak pernah menikmati yang namanya tidur nyenyak, untuk mengobatinya ia akan berlatih sepanjang hari hingga ia merasa lelah, dan memudahkannya untuk tidur cepat. Selama itulah ia mengasah kemampuannya dalam bertarung dan menggunakan senjata, hampir semua senjata ia kuasai. Kecepatan gerakannya tidak ada yang menandingi dalam kelompoknya, ia adalah anggota terbaik dalam kelompok Vangsed. Tidak hanya itu, La Rossa juga jago dalam bidang IT, ia menjadi hacker an
Read more

Bab 17 Bertemu Kembali

La Rossa menyelinap dari mobil satu ke mobil yang lainnya, kecepatannya di luar nalar manusia. Julukan Manusia Tanpa Bayangan ia dapatkan dari kecepatannya berpindah tempat yang nyaris tak terlihat.Ia mengetuk sebuah mobil sedan butut di antara barisan mobil lainnya yang tengah menunggu lampu hijau. Pintu mobil terbuka, La Rossa langsung menyelinap masuk.“Apa kabar Ros?” sapa seseorang yang ada dibalik kemudi.“Kamu sendiri bagaimana?” La Rossa balik bertanya.“Seperti yang kamu lihat. Aku terus mencarimu, dan syukurlah akhirnya bertemu,” ungkap orang tersebut.“Sudah aku katakan berulang kali Jhon, cari pasangan hidup agar tidak kesepian. Aku tidak akan selamanya berada disisimu,” ujar La Rossa.Ternyata orang itu adalah Jhonny Andrea. Orang yang selama ini bersama La Rossa.“Aku tidak akan mencari pasangan sebelum kamu menemukan pasanganmu,” balas Jhon.La Rossa terdiam, ia tidak mengatakan apa pun lagi. Suasana sunyi.“Vangsed masih mencarimu, ia tahu kamu masih hidup,” Jhon meli
Read more

Bab 18 Bertemu Kembali

La Rossa pergi meninggalkan kediaman Aisyah, ia tidak ingin melibatkan orang-orang yang di cintainya.Sementara itu, Jonathan sedang menelepon atasannya yaitu Gilbert. “Apa yang terjadi?” cecar Gilbert begitu sambungan telepon itu tersambung.“La Rossa menghilang,” tegas Jonathan.“Apa maksudmu dengan menghilang!” teriak Gilbert tidak sabar untik mendengar kelanjutan berita yang Jonathan sampaikan.“La Rossa menghilang saat aku akan mengantarkannya ke tempat yang sudah kami sediakan untuknya. Ia minta turun di lampu merah, saat aku akan mengikutinya ia sudah menghilang,” jelas Jonathan.“Bodoh! Lalu bagaimana dengan tawaran itu?” tanya Gilbert“La Rossa menolak, ia minta 10%,” jawab Jonathan.“Berikan saja!” perintah Gilbert.“Aku tidak bisa memutuskan tanpa adanya persetujuan darimu,” jawab Jonathan.“Lalu?”“ Kami belum mendapatkan kesepakatan,”“Jika ia meminta semuanya pun akan aku berikan. Jangankan harta bahkan aku rela menyerahkan nyawaku untukknya,” ucap Gilbert, ada kesedihan
Read more

Bab 19 Bertemu Kembali

Deg! jantung Jonathan berpacu dengan cepat ada rasa kecewa yang menjalar di hatinya, ia merasa bahwa penantian yang Gilbert lakukan sia-sia. Semua pengorbanannya dan harapannya. "Halo, kamu masih di sana kan?" tanya La Rossa ketika ia tak kunjung mendapat jawaban jua. "Iya Ros, tentu bisa. Siapa orang yang begitu beruntung mendapatkan kasih sayangmu itu?" tanya Jonathan. Ia merasa penasaran siapa orang yang La Rossa sayangi itu sampai-sampai ia membutuhkan pengawalan. "Bukan urusanmu!" ketus La Rossa. Ia paling benci jika ada orang yang selalu mau tahu urusan orang lain, padahal tidak ada kapasitasnya di sana. "Sudah berulang kali aku katakan, jangan pernah ingin tahu akan urusan orang lain! Atau kamu akan terjebak di dalamnya dan mencari mati sendiri!" pesan La Rossa dingin dan angkuh. "Siapkan dua orang pengawal terbaik yang kamu miliki! Aku minta mereka untuk mengawal sahabatku Aisyah, kamu pasti sudah tahu 'kan keberadaan mereka?" ucap La Rossa. Jonathan tercengang kaget saat
Read more

Bab 20 Bertemu Kembali

La Rossa menatap kembali Komrad dengan tatapan penuh kebencian. Ia tahu persis karakter Komrad yang licik dan penuh tipu muslihat. Sudut mata La Rossa menangkap pergerakan mencurigakan dari Komrad. Ia membalas serangan anak buah Komrad dengan gerakan yang cepat dan gencar. Beberapa anak buah Komrad tersungkur di lantai.Melihat ada celah La Rossa berlari mengejar Komrad yang telah menyelinap keluar dari ruangannya, La Rossa menyusul Komrad dan langsung menghadangnya di depan."Kamu!" sorot mata Komrad merah menatap tajam La Rossa."Kamu mau kabur Komrad?! Sungguh bukan jiwa seorang petarung sejati! Ternyata selama ini nama Komrad hanya bualan semata, Komrad tidak lebih dari seorang pecundang yang berlindung di balik nama besar Vangsed, huh sungguh memalukan!" La Rossa mencibir tindakan yang Komrad lakukan. Tak segan bahkan ia menghinanya juga."Jangan bicara sembarangan! Aku bukan pecundang seperti apa yang kamu katakan," Komrad meradang marah, matanya yang merah semakin merah. Tatapa
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status