Share

Bab 18 Bertemu Kembali

Penulis: Rindu_Mentari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
La Rossa pergi meninggalkan kediaman Aisyah, ia tidak ingin melibatkan orang-orang yang di cintainya.

Sementara itu, Jonathan sedang menelepon atasannya yaitu Gilbert.

“Apa yang terjadi?” cecar Gilbert begitu sambungan telepon itu tersambung.

“La Rossa menghilang,” tegas Jonathan.

“Apa maksudmu dengan menghilang!” teriak Gilbert tidak sabar untik mendengar kelanjutan berita yang Jonathan sampaikan.

“La Rossa menghilang saat aku akan mengantarkannya ke tempat yang sudah kami sediakan untuknya. Ia minta turun di lampu merah, saat aku akan mengikutinya ia sudah menghilang,” jelas Jonathan.

“Bodoh! Lalu bagaimana dengan tawaran itu?” tanya Gilbert

“La Rossa menolak, ia minta 10%,” jawab Jonathan.

“Berikan saja!” perintah Gilbert.

“Aku tidak bisa memutuskan tanpa adanya persetujuan darimu,” jawab Jonathan.

“Lalu?”

“ Kami belum mendapatkan kesepakatan,”

“Jika ia meminta semuanya pun akan aku berikan. Jangankan harta bahkan aku rela menyerahkan nyawaku untukknya,” ucap Gilbert, ada kesedihan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 19 Bertemu Kembali

    Deg! jantung Jonathan berpacu dengan cepat ada rasa kecewa yang menjalar di hatinya, ia merasa bahwa penantian yang Gilbert lakukan sia-sia. Semua pengorbanannya dan harapannya. "Halo, kamu masih di sana kan?" tanya La Rossa ketika ia tak kunjung mendapat jawaban jua. "Iya Ros, tentu bisa. Siapa orang yang begitu beruntung mendapatkan kasih sayangmu itu?" tanya Jonathan. Ia merasa penasaran siapa orang yang La Rossa sayangi itu sampai-sampai ia membutuhkan pengawalan. "Bukan urusanmu!" ketus La Rossa. Ia paling benci jika ada orang yang selalu mau tahu urusan orang lain, padahal tidak ada kapasitasnya di sana. "Sudah berulang kali aku katakan, jangan pernah ingin tahu akan urusan orang lain! Atau kamu akan terjebak di dalamnya dan mencari mati sendiri!" pesan La Rossa dingin dan angkuh. "Siapkan dua orang pengawal terbaik yang kamu miliki! Aku minta mereka untuk mengawal sahabatku Aisyah, kamu pasti sudah tahu 'kan keberadaan mereka?" ucap La Rossa. Jonathan tercengang kaget saat

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 20 Bertemu Kembali

    La Rossa menatap kembali Komrad dengan tatapan penuh kebencian. Ia tahu persis karakter Komrad yang licik dan penuh tipu muslihat. Sudut mata La Rossa menangkap pergerakan mencurigakan dari Komrad. Ia membalas serangan anak buah Komrad dengan gerakan yang cepat dan gencar. Beberapa anak buah Komrad tersungkur di lantai.Melihat ada celah La Rossa berlari mengejar Komrad yang telah menyelinap keluar dari ruangannya, La Rossa menyusul Komrad dan langsung menghadangnya di depan."Kamu!" sorot mata Komrad merah menatap tajam La Rossa."Kamu mau kabur Komrad?! Sungguh bukan jiwa seorang petarung sejati! Ternyata selama ini nama Komrad hanya bualan semata, Komrad tidak lebih dari seorang pecundang yang berlindung di balik nama besar Vangsed, huh sungguh memalukan!" La Rossa mencibir tindakan yang Komrad lakukan. Tak segan bahkan ia menghinanya juga."Jangan bicara sembarangan! Aku bukan pecundang seperti apa yang kamu katakan," Komrad meradang marah, matanya yang merah semakin merah. Tatapa

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 21 Bertemu Kembali

    La Rossa ambruk di lantai dengan bersimpuh, kakinya sudah tak mampu menopang lagi badannya. Ia menundukan kepalanya. Sejurus kemudian ia mendongakkan kepalanya, ia berbicara dengan dirinya sendiri, "aku tak boleh menyerah, masih tersisa nafas dalam ragaku." La Rossa menopang tubuhnya dengan ke dua tangannya, ia bangkit dan terus mencoba berdiri meski harus berulang kali terjatuh. "Wah ... wah, La Rossa dengan julukan Manusia Tanpa Bayangan harus mengakhiri hidupnya hari ini dengan sangat tragis," cibir Komrad setelah ia menyeruak lingkarang anak buahnya dan masuk ke dalam lingkaran. "Kamu tentu senang bukan, melihatku seperti ini? Tapi tenang saja aku akan pergi menghadap iblis kematian tak akan sendirian, tapi akan membawamu serta," ucap La Rossa dingin dengan tatapan siap membunuh. Komrad yang mendapat tatapan seperti itu bergidik ngeri, ia yang mengenal La Rossa belum lama ini baru mengetahui bagaimana La Rossa. Sebelumnya pimpinan Vangsed adalah Arata Yazuko, ia dibunuh secar

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 22 Bertemu Profesor Jomblo

    "Apakah itu kamu?" tanya La Rossa ketika ia melihat bahwa yang membantunya adalah pria bertopeng perak. La Rossa merasa bahwa yang datang adalah Gilbert, hatinya merasa tersentuh. Tapi kemudian banyak pria bertopeng perak yang lainnya. Mereka datang menyerbu markas Vangsed. Mereka semua memakai topeng yang sama dengan tinggi badan yang sama bahkan bentuk tubuhnya pun sama. La Rossa yang awalnya merasa bahagia karena Gilbert membantunya seketika hatinya menjadi kecewa. Bahkan yang tadinya merasa terharu pun menjadi lenyap seketika. "Ternyata bukan kamu. Lalu mereka itu siapa? Kenapa membantuku?" batin La Rossa. Mereka menerjang membabat habis seluruh anak buah Komrad, bahkan tak menyisakan satu pun, ruangan sudah tak berbentuk, hancur berantakan. Anak buah Komrad mengerang kesakitan dengan masing-masing memiliki luka yang berbeda. "Mereka tidak membunuhnya?" gumam La Rossa, bertanya pada dirinya sendiri merasa heran. Padahal mereka mampu membunuh semuanya hanya dalam satu serangan

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 23

    Mulutnya terus ngedumel tapi tangannya terus bekerja, membersihkan seluruh luka yang hampir memenuhi seluruh tubuhnya La Rossa. Profesor Huang mengerutkan keningnya ketika melihat semua luka La Rossa, ia berpikir. "Sungguhkah ia manusia?" Luka yang La Rossa dapatkan kali ini lebih banyak daripada biasanya, seharusnya ia sudah meninggal ketika mendapatkan begitu banyak luka dengan darah yang terus mengalir merembes dari tubuhnya. Namun, apa yang terjadi? Semuanya diluar nalar manusia. Profesor Huang mengerutkan dahinya hingga berkali-kali lipat hingga menghitam, dalam hatinya ia membatin, 'apa penelitiannya berhasil?' Tapi ia kemudian ragu, sejauh ini penelitiannya bahkan selalu gagal. Jauh dari ekspektasinya. Ia tak mau menduga-duga, "aku harus memastikannya terlebih dahulu," batin Profesor Huang. "Apa kabarnya bandot tua itu?" tanya Profesor Huang pada La Rossa. "Siapa yang kamu maksudkan? Apa Jhonny?" balik tanya La Rossa. La Rossa sedikit mendesis kala lukanya mendapatkan bebe

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 24

    Mereka saling tatap dan saling mengunci tatapannya, tak ada yang mau mengalah. Mereka semua adalah orang-orang hebat di bidangnya masing-masing, tapi sedetik kemudian mereka tertawa bersama. "Ha ... ha ... ha ...," mereka tertawa bersama, terlihat begitu bahagia. Bagaikan tak ada beban, lepas. Bebas. La Rossa menarik nafasnya berat, ia menghembuskannya dengan kasar. "hmmffpp," "Aku akan mentransfer uangnya. Lakukan apa pun yang ingin kamu lakukan, buat hidupmu bahagia dengan melakukan apa yang kamu senangi. Jangan lupa kabari Bandot Tua Jhonny setelah kamu sampai di Kalimantan dan temui dia," "Aku akan memberikan alamatnya, ingat! Jangan lupa temui sahabatmu itu," ancam La Rossa. "Iya ... iya! Cerewet," ketus Profesor Huang. "Terima kasih," ucap La Rossa sambil memeluk tubuh tua Profesor Huang. "Jangan terlalu di paksakan jika sudah tak mampu lagi, aku tak mau kehilangan lagi orang-orang yang aku sayangi," bisik La Ros

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 25

    Gerakan pria bertopeng itu begitu cepat dan tiba-tiba, hal itu membuat La Rossa langsung terduduk di pangkuannya. Mata La Rossa membola penuh. Ia membeku dalam pangkuan pria bertopeng. Cukup lama ia untuk mengumpulkan kesadarannya. Jantung La Rossa berpacu cepat, ini kali pertamanya untuk La Rossa berinteraksi dengan seorang pria di luar dari tugasnya. La Rossa memalingkan wajahnya ketika ia menyadari bahwa dirinya tengah duduk di pangkuan pria bertopeng. Wajahnya sudah merah padam menahan rasa malu, ia mendorong dada pria bertopeng itu, namun sia-sia saja. "Dari mana kamu?!" tanya Pria Bertopeng penuh penekanan. "Bukan urusanmu!" ketus La Rossa tak kalah dingin. "Akan menjadi urusanku jika itu berkaitan denganmu!" tegas Pria Bertopeng. La Rossa terdiam, ia mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Pria Bertopeng itu. "Apa maksudmu?" rasa penasaran membuat Lla Rossa memilih untuk bertanya. Pria Bertopeng itu membuka topengnya, terlihat jelas sebelah wajahnya yang rusak. Matanya

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 26

    La Rossa membeliakkan matanya tak percaya, ia benar-benar tak menyangka kalau Gilbert berani menciumnya. Lama Gilbert memagut bibir La Rossa, sementara itu jantung La Rossa berdegup kencang. Ini adalah ciuman pertamanya yang di renggut paksa oleh Gilbert tanpa seizinnya.La Rossa mendorong dada Gilbert, nafasnya tersengal-sengal. Gilbert melepaskan pagutannya. Ia menangkup wajah La Rossa dengan kedua tangannya, ia menatap mata La Rossa."Apa yang terjadi?" tanya Gilbert."Maksudmu?" La Rossa balik bertanya."Dua puluh tahun yang lalu?" sambung Gilbert, ia penasaran dengan tragedi yang menimpa La Rossa."Entahlah, aku pun tak tahu! Yang aku ingat hanyalah tato yang ada di punggung lengan orang itu," angan La Rossa melayang mengingat kejadian dua puluh tahun yang lalu.Tiba-tiba kepala La Rossa sakit. Ia menahan rasa sakit dikepalanya dengan meremas kuat rambutnya dengan kedua tangannya. La Rossa menjenggut rambutnya, wajahnya meringis m

Bab terbaru

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 84

    Gilbert semalaman menggempur La Rossa sampai ia kesulitan bangun. "Sstthh! Tubuhku seperti mau remuk," desis La Rossa. "Kenapa dia begitu kuat? Apa yang membuatnya seperti itu?" gumam La Rossa. La Rossa beringsut berusaha untuk turun dari ranjang tempatnya semalam di gempur habis-habisan oleh Gilbert. "Duh, kenapa kakiku berasa lunglai begini ya?" ujar La Rossa mengeluh dalam hati. La Rossa berjalan dengan tertatih menuju ke kamar mandi, sejak membuka matanya La Rossa tak menemukan Gilbert di mana pun. "Ke mana perginya Gilbert?" "Apa mungkin ia sedang berjalan di tepi pantai?" "Ish!" desis La Rossa kesal saat membayangkan suaminya malah tengah asyik menikmati suasana pagi dengan berjalan-jalan di tepi pantai sambil memandang matahari terbit. La Rossa keluar dari kamarnya, perutnya terasa lapar. Ia pun pergi menuju dapur dan ternyata Gilbert tengah asyik memasak. "Kamu di sini?" tanya La Rossa heran. "Berarti tuduhanku tadi salah," gumam La Rossa dalam hati. Gilbert menol

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 82

    "Stop di sana!" perintah Gilbert."Perbesar!" Lanjut Gilbert.Gilbert tersenyum penuh kemenangan."Jo, bawa wanita sialan itu! Kita berangkat sekarang!" perintah Gilbert pada Jonathan.Jonathan tak mengerti dengan perintah yang Gilbert berikan."Wanita mana? Pergi ke mana?" tanya Jonathan.Gilbert yang sudah bersiap meninggalkan ruangan itu langsung menghentikan langkahnya "Jo, sejak kapan kamu berubah menjadi bodoh?" tanya Gilbert dengan nada kesal."Wanita yang telah berani menggodaku dan kita akan pergi menemui La Rossaku!" tegas Gilbert.Lalu, ia kembali berjalan menuju ke pintu dan ke luar dari ruangan itu. Yang kemudian di susul oleh Jonathan.Malam itu juga, Gilbert langsung pergi menyusul La Rossa dengan menggunaksn pesawat pribadi.Gilbert duduk dengan tenang, kali ini tak ada kecemasan dalam raut wajahnya.'Aku menemukanmu, Ros. Kamu tak akan bisa pergi jauh dariku,' batin Gilbert senang.Sementara itu, di belakangnya ada seorang wanita yang tengah memperhatikannya dengan s

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 81

    Gilbert frustasi, ia benar-benar tak tahu lagi harus mencari La Rossa ke mana?Sudah sejak siang hingga malam hari Gilbert mencari La Rossa. Ia sudah mendatangi banyak tempat. Namun, tak ada satu pun tempat yang ia kunjungi menandakan adanya La Rossa di sana."Aaarrrrggghhh!" Gilbert berteriak kencang.Wajahnya sudah lecek dengan penampilan yang kusut. Otaknya tiba-tiba terasa buntu. Ia tidak lagi bisa berpikir dengan jernih.Gilbert menyugar rambutnya kasar. Ia memaki dirinya sendiri."Sial!" makinya.Gilbert melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya."Sudah larut malam," ucapnya pada diri sendiri.Gilbert memutuskan untuk pulang. Sesampainya di dalam kamarnya. Gilbert menatap ranjang besar tempatnya semalam menghabiskan waktu bersama La Rossa.Ia mengusap ranjang itu dengan telapak tangannya."Ros," panggilnya lirih.Akibat kelelahan lama kelamaan mata Gilbert menutup. Ia terlelap tidur.Pagi pun menjelang, pintu depan rumah Gilbert di gefor sangat keras.Took! Toook!P

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 80

    La Rossa menenteng rantang yang berisi masakan hasil buatannya sendiri dengan arahan koki di rumahnya.La Rossa memeluk rantang di tangannya sembari tersenyum bahagia."Gilbert pasti suka," ucap La Rossa bergumam lirih. Ia terus mengulas senyum di bibirnya.La Rossa pergi ke kantornya Gilbert dengan diantar supir.Mobil memasuki area parkir dan kemudian La Rossa turun dari mobil. Ia masuk ke dalam gedung perusahaan milik Gilbert dan gegas pergi menuju lift.La Rossa berjalan dengan langkah lebar dan hati yang riang gembira, ia begitu tak sabar ingin menunjukan hasil masakannya pada Gilbert."Pasti dia sangat senang," gumam La Rossa.Para karyawan yang berpapasan dengan La Rossa menyapanya ramah. Dulu sekali, ia pernah menjadi pengganti Gilbert di kantor itu, sehingga banyak karyawan yang mengenalnya.La Rossa hanya mengangguk lirih menanggapi sapaan mereka.La Rossa berjalan di koridor, ia menenteng rantangnya.Begitu sampai di depan kantor Gilbert, La Rossa langsung masuk ke dalam ta

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 79

    La Rossa dan Gilbert terlelap tidur setelah mereka bermandi peluh. Rasa lelah setelah bergumul membuat mereka tertidur.Malam pun berlalu dengan syahdunya.Keesokan harinya mereka langsung cek out dari hotel. Gilbert membawa La Rossa ke sebuah rumah yang sangat megah dan mewah.Mereka turun dari mobil yang membawa mereka ke sana.Setelah menapaki teras rumah La Rossa dan Gilbert langsung di sambut oleh para pelayan yang berbaris rapi dengan seragam khas maid."Selamat datang, Tuan, Nyonya," sapa mereka serempak.La Rossa berusaha bersikap ramah dengan mengulum senyum.Sementara Gilbert hanya mengangguk pelan.Gilbert membawa La Rossa ke atas melewati tangga satu demi satu.Gilbert membuka kamar itu dan mempersilahkan La Rossa untuk masuk terlebih dahulu."Kamarnya sangat luas," ucap La Rossa."Kenapa kita harus tinggal di rumah sebesar ini? Padahal kita hanya tinggal berdua saja," ujar La Rossa."Apa kamu tak menyukainya?" tanya Gilbert."Suka. Hanya saja aku lebih nyaman tinggal di r

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 78

    Gilbert dan La Rossa meresmikan hubungan mereka di depan penghulu dengan wali hakim karena La Rossa tak memiliki saudara.Pernikahan mereka di gelar di KUA dan di saksikan oleh Jonny, Profesor Huang, Anisa, Lucas, Jonathan dan Susan.Mereka menjadi saksi keabadian cinta mereka.La Rossa menggelayut manja di lengan Gilbert yang kokoh."Terima kasih. Aku bahagia sekali," ucap La Rossa mengungkapkan rasa bahagianya."Tidak, sayang. Aku lah yang seharusnya berterima kasih padamu karena telah menerimaku apa adanya meski wajahku ini awalnya buruk rupa bagai monster, tapi kamu tetap menerimaku," ungkap Gilbert.La Rossa mencium punggung tangan Gilbert setelah ijab qobul diikrarkan dan Gilbert mencium kening La Rossa.Jonny menghampiri mereka berdua."Selamat ya, Ros," ucap Jonny, "Kini dia aku serahkan padamu. Jaga dia dengan baik," Lanjut Jonny sambil menepuk pundak Gilbert.Gilbert menepuk dadanya bangga, "Serahkan saja padaku. Aku akan menjaganya melebihi diriku sendiri," ucapnya."Hm," J

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 77

    "Sudah jangan menangis, semoga kita bertemu lagi," ucap Profesir Huang ambigu."Apa maksud ucapanmu itu?" tanya La Rossa."Tidak ada," jawab Profesor Huang."Apa kamu lapar?" tanya Profesor Huang."Iya, aku lapar. Apa kamu punya makanan?" jawab La Rossa sekaligus bertanya."Sebentar, aku lihat dulu di dapur," jawab Profesor Huang.La Rossa mengangguk, "baik."Profesor Huang keluar ia pergi menuju dapur, di sana ia melihat Anisa dan dibantu oleh Lucas sedang memasak. Aroma wangi masakan tercium oleh hidung Profesor Huang, ia terus memgendus aroma itu, "hmmm ... wanginya. Bikin perutku semakin lapar saja.""Apa semuanya sudah siap di sajikan dan di santap?" tanya Profesor Huang sambil melangkah mendekati mereka berdua."Sudah, sisa ini saja yang belum matang. Tunggu sebentar lagi ya?" ucap Anisa sambil tersenyum.Lucas justru mendengkus, "huh, enak saja datang-datang langsung minta makan."Anisa memperingati Lucas, "hust! Jangan begitu, biar bagaimanapun dapur ini miliknya begitu pun de

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 76

    Lucas menatap Gilbert kesal, ia selalu kalah cepat dengan Gilbert sahabatnya sekaligus rekan bisnisnya itu."Kenapa wajahmu di tekuk begitu? Jangan kesal begitu, dari pada kesal melihatku akan segera menikah, sebaiknya kamu mencari pacar dan segera lamar dia lalu nikahi. Umurmu sudah tak muda lagi, jangan sampai seperti mereka yang kadaluwarsa," ucap Gilbert sambil melirik ke arah Jhonny dan Profesor Huang.Profesor Huang acuh, sedangkan Jhonny merasa tersindir oleh ucapan Gilbert, ia pun melemparkan botol kaca yang ada di dekatnya.Dengan gesit Gilbert menangkap botol itu sambil tersenyum mengejek pada Jhonny karena ia telah berhasil menangkap botol itu.Jhonny mendengkus kesal, "jangan menghinaku. Kalau masih tetap kamu lakukan aku akan menarik kembali restuku padamu," ancam Jhonny."Memangnya bisa?" tanya Gilbert."Tentu saja bisa!" ucap Jhonny dengan nada kesal sekaligus geram."Kalian mau sampai kapan berdebat terus! Kalau masih panjang sebaiknya kalian lakukan di luar, aku mau i

  • Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa   Bab 75

    Jhonny begitu terharu melihat La Rossa di lamar oleh laki-laki yang dicintainya.Jhonny menyeka air matanya yang hampir jatuh, ia memalingkan wajahnya demi untuk menyembunyikan keharuannya.Apa kata dunia ketika melihat seorang Jhonny menangis? Ia buru-buru menghapus genangan air yang menggantung di pelupuk matanya.Profesor Huang dan Lucas keluar dari ruang Laboratorium kecil milik Profesor Huang itu.Profesor Huang melihat saat Jhonny menyeka air matanya, ia pun bertanya, "ada apa ini?""Apa aku melewatkan sesuatu yang menarik? Sampai-sampai seorang Jhonny harus meneteskan air matanya," Profesor Huang bertanya dengan sedikit mengejek sahabatnya itu."Siapa yang menangis?" tanya La Rossa."Jhonny, lihat hidungnya sampai memerah," ledek Profesor Huang."Diamlah Huang! Jaga bicaramu," sentak Jhonny dengan nada sedikit marah."Kata-kata mana yang harus aku jaga?" Profesor Huang kembali mengejek Jhonny."Dasar tua bangka, tudak bisakah kamu menjaga mulutmu, ha?!" Jhonny semakin geram den

DMCA.com Protection Status