Semua Bab Pernikahan Tak Sempurna : Bab 71 - Bab 80

117 Bab

71. Sudah lebih baik

***Siang itu, Helmi membawa pulang Sherra ke rumah yang dibeli sendiri. Rumah yang disembunyikan dari Naima keberadaannya. Rumah yang ditempati untuk menyimpan rahasianya setelah bertemu dengan Sherra. Rumah yang dulu dia pikir adalah tempat yang bisa membuatnya bahagia selain dengan Naima. Namun, hari ini dia kembali tanpa sedikit pun kebahagiaan terpancar dari wajahnya.Sherra turun dari mobil. Dia mengabaikan Helmi yang hanya diam sepanjang jalan. Bahkan saat dia bercerita, Helmi tak menggubrisnya sama sekali. Entah suaminya itu lelah atau ada hal lain yang dia pikirkan. Sherra seperti anak kecil yang marah karena tidak dituruti permintaannya.Helmi membiarkan istrinya itu. Dia sangat lelah, mendengarkan ocehan Sherra yang kadang tidak terlalu penting untuk didengarkan. Saat Helmi kerepotan membawa barang bawaan yang begitu banyak. Tiba-tiba Sherra berteriak dari dalam rumah."Mas! Mas Helmi ...!"Barang-barang keperluan bayi yang dihadiahkan keluarga Sherra dibiarkan berserakan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-29
Baca selengkapnya

72. Mimpi buruk

***Hari ini rasanya sangatlah panjang. Baru tadi pagi, Andita memulai hari yang dengan melelahkan setelah perdebatan. Sore harinya Helmi kembali, dan membuat harinya semakin tak karuan. Di hadapannya sekarang, sang putra dan wanita yang tak ingin dilihat batang hidungnya, berdiri di hadapan Andita."Apa apaan kamu, Helmi!"Andita menyeret Helmi ke ruang tengah. Setelah sebelumnya ia melihat sinis Sherra yang berperut buncit itu di pintu masuk."Ma, izinkan kami tinggal di sini. Rumah di sana gak ada air dan listrik.""Hal konyol apa lagi ini. Mati listrik dan air? Helmi benar-benar sudah kacau," batin Andita setelah melihat perubahan besar pada diri putranya."Mama sudah ingatkan sebelumnya, jangan cari mama kalau jika kamu dalam kesulitan hidup dengan wanita itu!" Andita melirik sekilas ke ruang tamu. Dia melihat Sherra telah duduk di kursi tanpa dipersilahkan. Hal itu membuatnya kesal, "Dasar wanita tidak tau sopan santun," batinnya lagi.Helmi meletakkan tangan di lengan sang mam
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-29
Baca selengkapnya

73. Ketertarikan Helmi

***"Kamu mau ke mana, Mas?"Sherra yang hendak ke dapur, melihat Helmi akan keluar dari rumah. Selama dua hari ini mereka tinggal di rumah besar Antarakasa, tidak diizinkan untuk tidur sekamar. Sherra sangat kesal karena hanya bisa berkomunikasi melalui ponsel setiap malamnya.Helmi menoleh ketika melihat istrinya dari tangga. "Sayang, Mas keluar sebentar," ucap Helmi mendekat dan menyentuh bahu Sherra.Di rumah ini mereka selalu diawasi. Tak bisa selalu leluasa untuk mengobrol dan saling menyentuh."Masa kamu ninggalin aku sendiri sih, Mas?" tanya Sherra dengan wajah cemberut.Mulailah, Helmi selalu sering merasa kesal setiap kali Sherra merengek. Dia tak diizinkan pergi jika tidak membawanya sekalian. Bahkan untuk mencari pekerjaan saja, Sherra selalu dibawa.Hari ini Helmi hendak menemui Naima. Dia diberitahu bahwa istrinya tuanya sudah pulang ke rumah. Helmi juga sudah sangat rindu dengan putri kecilnya, hampir satu bulan dia tak melihat Kiran."Kamu gak sendiri, kan? Ada mama da
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-29
Baca selengkapnya

74. Kedatangan suami

***Sebuah mobil hitam memasuki pekarangan kediaman Sanjaya. Helmi memarkirkan mobilnya di depan garasi. Seakan tak pernah terjadi apa-apa, dia keluar dari mobil dengan barang-barang bawaannya.Rasanya Helmi sudah tidak sabar untuk melihat putri yang sangat dia rindukan. Tanpa memberi kabar dulu kepada pemilik rumah, dia langsung berdiri di depan pintu dan mengetuknya.Pintu itu terbuka. Seorang wanita paruh baya berdiri di hadapannya. "Selamat siang, Bi." Sapa Helmi pada wanita itu, ART yang telah lebih lima belas tahun bekerja di kediaman keluarga Sanjaya."Den, Helmi?" Bibi itu sedikit terkejut dengan kedatangan Helmi yang tiba-tiba. Sebagai orang yang lumayan dekat dengan keluarga itu, dia tau tentang semua masalah yang terjadi di rumah tempatnya tinggal dan bekerja.Dengan wajah datarnya, Helmi pun menjawab. "Iya, Naima ada di rumah, Bik?" tanyanya kemudian."A–ada, Den. Tapi …." Bibi itu ragu untuk menjawab. Sedikit panik, dia mulai memikirkan apa yang harus dia lakukan saat in
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-30
Baca selengkapnya

75. Kotak

***Gadis kecil yang baru saja mendapat mainan dari sang Ayah, melompat kegirangan. Baru ini Kiran dibelikan mainan lagi oleh Helmi setelah cukup lama tidak. Biasanya, Kiran dimanjakan setidaknya satu jenis mainan dalam seminggu. Kadang Gadis kecil itu mendapat mainan yang sangat banyak, hingga tak tau mana yang mau dimainkan."Kiran, Suka?" tanya Helmi pada putri kesayangannya"Suka sekali, Ayah," jawab Kiran dengan tingkah lucu. Melompat kegirangan, sambil memeluk"Kalau gitu, Kiran jagain mainannya. Kalau udah selesai main, di simpan lagi di tempat mainan." Nasehat Helmi kemudian."Oke, Ayah." Kiran membentuk tangannya seperti huruf O.Rinjani melihat pemandangan itu dari ambang pintu. Tak bisa tergambarkan bagaimana raut wajah wanita itu. Antara senang melihat keceriaan sang cucu, atau marah akan kehadiran Helmi di rumahnya.Jani pun menghampiri mereka. "Mbak, bawa Kiran masuk, mandikan dengan benar!" Perintah Rinjani pada pengaduk Kiran yang berdiri tak jauh dari mereka."Baik, N
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-30
Baca selengkapnya

76. Cerai

***Bagai disambar petir disiang hari. Helmi membelalak tak percaya dengan apa yang ia dengar. Sedangkan Rinjani berulang kali menghela napas. Naima pun masih dengan sikap dinginnya menatap tajam ke arah sang suami. Ada kekecewaan, kesakitan yang bercampur dengan amarah. Di sudut hatinya yang paling dalam, Naima masih mencintai Helmi. Ia pun tak ingin perceraian ini terjadi. Tetapi, penghianatan yang Helmi lakukan sungguh tidak bisa dimaafkan. Apalagi setelah ancaman dari wanita gila itu, yang dengan sengaja menculik Naima dan membuatnya trauma.Helmi menggelengkan kepalanya. "Apa? gak, gak … Abang gak mau cerai."Harapannya sebelum datang ke rumah mertuanya. Ingin memperbaiki apa yang telah rusak. Sekarang ia dikejutkan dengan permintaan Ima, perceraian yang tak diinginkan.Helmi melangkahkan kakinya maju dan lagi-lagi Naima mundur menghindarinya. "Naima, Sayang Abang mohon jangan bercerai. Abang belum siap kehilangan kamu. Pisah dari kamu dan Kiran." Raut wajah Helmi yang terlihat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-30
Baca selengkapnya

77. Terapi

***Kejadian tadi siang, diceritakan kepada semua anggota keluarga. Termasuk keluarga Helmi. Dengan berat hati Jani harus menyampaikan berita tak menyenangkan itu. Meskipun semua orang bersedih, tetapi mereka tau, ini adalah yang terbaik bagi Naima. Keputusan ini juga Naima sendiri yang mengambilnya, dan mereka harus menerima dengan lapang dada."Maafkan kami, Dit. Hanya bisa menyampaikan kabar ini dari telepon.""Tidak apa-apa, Kak. Aku dan Bang Bara bisa mengerti keadaan di sana. Apakah masih bisa kami bertemu Naima?""Tentu saja, Dita. Kita adalah keluarga. Selamanya akan berhubungan baik.""Terima kasih. Aku tutup dulu."Dengan segala kekecewaan, serta ketidakmampuan mereka untuk berkata-kata lagi. Andita menangis di dekapan sang suami. Ponsel yang tadi menempel di terlingga ia biarkan jatuh ke kasur. Bara yang ikut mendengarkan percakapan dua wanita itu, juga memperlihatkan wajah sedihnya."Sudah, Ma. Kita doakan saja yang terbaik buat Naima. Mungkin ini adalah keputusan yang tep
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-01
Baca selengkapnya

78. Perceraian

***"Dokter Alfian?" Sakti yang telah siap untuk mendengarkan. Melihat Alfian hanya diam memandangi dirinya dan Naima."Ah iya …." Alfian dengan cepat mengalihkan pandangannya pada kertas laporan di tangan. Dia tak ingin terlihat gugup, lalu memulai pembicaraan. "Pak, Sakti. Saya telah melakukan pemeriksaan terhadap Nona Naima.""Lalu bagaimana, Dokter?" tanya Sakti kemudian, Alfian mengangkat kepalanya dan tersenyum."Untuk diagnosa saya pada Nona Naima. Tidak perlu terlalu khawatir. Beruntung gejala itu ditangani. Sehingga kita bisa melakukan pengobatan dengan cepat. Saya bisa memprediksi, kurang dari sebulan, Nona Naima bisa sembuh. Namun, orang-orang yang ada disekitarnya harus membantunya," jelas Alfian secara singkat hasil diagnosa."Baiklah, Dokter. Apa yang harus kami lakukan?" tanya Sakti kemudian.Alfian pun melanjutkan penjelasannya. "Pertama, saya akan memberikan resep yang akan membantu pemulihan. Keadaan sekitar yang tenang sangat membantu juga. Hindarkan hal yang akan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-01
Baca selengkapnya

79. Kunjungan

***Kedua lengan wanita itu berada dalam genggaman tangan kekarnya. Membuat Sherra meringis kesakitan, karena kekuatan Helmi yang berlebihan."Aduhhh, Mas … sakit!" Rintihnya."Katakan lagi, tadi kamu bilang apa?" tanyanya lagi tak sabar. Dia hanya memastikan, bahwa apa yang didengarnya, tak salah."Iya … tapi lepas dulu! Sakit, Mas!" Sherra menggeliat meminta dilepaskan.Helmi pun menurunkan genggaman tangannya. "Katakan!""Pagi tadi, aku dengar dari ART, mama kamu pergi ke kantor pengacara. Katanya mau urus perceraian kamu sama Naima." Sherra menjelaskan. Lalu meringis meraba bekas genggaman tangan Helmi.Mendengar hal itu, Helmi terduduk kembali di sofa. Ancaman yang pernah mamanya katakan waktu itu, benar-benar akan terjadi. Dia tak menyangka, ternyata mamanya serius akan membuatnya menceraikan Naima. Lalu apa yang bisa dia lakukan sekarang?"Pada akhirnya kamu tetap akan bercerai dengan Naima. Sekarang kamu masih mau mengabaikan aku, Mas? Pikirkan anak kita," lirih Sherra dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-01
Baca selengkapnya

80. Setuju atau tidak

***Niat Helmi yang semula ingin meminta Ima membatalkan gugatan perceraian mereka. Justru berubah menjadi pertengkaran yang lain di antara mereka. Helmi kehilangan kendali begitu melihat Alfian. Rasa cemburunya tiba-tiba bangkit tanpa kompromi."Katakan! Siapa laki-laki itu!" Darah di kepala Helmi terasa sudah memanas. Nayshima tak habis pikir, apa saja yang ada dalam kepala Helmi. Setiap dia dengan laki-laki terlihat salah di mata pria itu. Padahal dulu Helmi tak pernah mempermasalahkan Naima mau dekat dengan siapapun.“Gue udah bilang, jangan bikin ribut di sini!” Sakti memperingatkan sekali lagi.“Gue cuma nanya, dia siapa? Apa kalian udah ada calon lain buat Naima, jadi kalian mau cepat-cepat urus surat cerai?” Ucapan Helmi sudah mulai melantur.BuukkSatu pukulan kuat dari Sakti mendarat di rahang Helmi. Membuat ayah dari Kiran itu, tersungkur ke lantai. Bicara dengan mulut saja tidak cukup untuk Helmi yang telah buta hatinya. Naima langsung berbalik saat melihat itu. Ada sedik
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status