Home / Rumah Tangga / Pembalasan Dendam Istri TKI / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pembalasan Dendam Istri TKI: Chapter 21 - Chapter 30

106 Chapters

Bab 21 Kilas Balik 2

Breeeett…Suara kencang itu kembali terdengar. Mutia yang baru saja mencuci tangannya di wastafel kembali masuk ke dalam kamar Nyonya Honda. Majikannya itu justru tertawa cekikikan. Bau tak sedap segera memenuhi ruangan ini.“Cepat belsihkan lagi. Kamu cih gak mau nyunggu aku celecai BAB.” Ujar Nyonya Honda sinis dengan kalimat yang tidak jelas. Lima bulan pasca Mutia bekerja di sini, kondisi kesehatan Nyonya Honda semakin membaik. Majikan Mutia itu sudah bisa bicara dan menggerakan tubuh bagian atas. Terapi yang di jalani juga dengan biaya yang sangat mahal. Meskipun kadang ucapan Nyonya Honda tidak terdengar jelas.“Iya Nyonya.” Mutia kembali membuka lemari untuk mengambil baju ganti. Ponselnya yang bergetar membuat Mutia mengambil hp yang ia masukan ke dalam saku itu. Layar hp memperlihatkan peringatan jika lima belas menit lagi waktunya menunaikan sholat isya'.“Maaf Nyonya. Apakah saya boleh menunaikan sholat maghrib dulu. Sebentar lagi waktunya habis.” Nyonya Honda hanya mengang
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more

Bab 22 Pertanyaan

Pagi harinya, Nyonya Honda menanyakan kenapa wajah Mutia terlihat berantakan. Mutia menceritakan semuanya pada sang majikan tanpa ada yang di tutupi. Sedangkan tangannya sibuk menyeka tubuh Nyonya Honda dengan air hangat. “Saya sudah coba hubungi agensi tadi pagi. Tapi, mereka bilang saya tidak mungkin membatalkan kontrak. Walaupun Nyonya mengijinkan saya untuk pulang. Saya sendiri jadi serba salah karena di satu sisi saya tidak ingin anak saya terus di aniaya Bapaknya. Tapi, di sisi lain saya tidak mungkin bisa membayar denda dari agensi.”“Oh begitu.” Nyonya Honda yang baru saja mandi dan berganti baju sudah di dudukan Mutia di atas kursi rodanya.“Apa tidak ada orang yang bisa kalian percaya untuk membawa anakmu pergi?” Mutia menggelengkan kepala dengan lemah.“Tetangga tidak bisa banyak membantu. Mereka takut suami saya bisa berbuat lebih nekat lagi.”“Lalu apa yang akan kamu lakukan?” “Saya tidak akan mengirimkan uang lagi Nyonya. Untuk memberikan mereka pelajaran.” Wajah Nyony
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

Bab 23 Pendekatan

Jarum jam baru menunjukkan pukul tujuh malam saat motor yang di kendarai oleh Ana berhenti di depan rumah. Bu Jarmi turun dari motor lalu membuka pintu. Ibu dan anak itu masuk ke dalam rumah bersama. Bu Jarmi meletakan kantung plastik berisi sembako di dapur.“Apa uang Ibu udah cukup untuk bayar kuliahku?” Tanya Ana yang sudah duduk di depan sang Ibu. Bu Jarmi menggelengkan kepalanya.“Belum ada Na. Boro-boro bayar kuliah kamu, buat makan aja udah syukur. Kita masih bisa dapat bahan sembako juga karena Ibu kerja di toko sembako. Sisa uang dari kerja jadi buruh sawah juga udah habis buat bayar listrik dan makan.” Ana menghela nafasnya lelah.“Besok kita jadi menjenguk Mas Saka, Bu?” Tanya Ana mengalihkan percakapan.“Jadi. Sekalian kamu tanya apakah Mutia mengijinkan kamu kerja sama dia. Kan lumayan kalau kamu bisa dekat lagi sama Mutia, Na.” Wajah Ana seketika berubah menjadi cemberut. Karena Mutia beberapa waktu lalu ia sampai di hujat oleh netizen di sosial medianya.“Malas Bu. Mbak
last updateLast Updated : 2023-03-26
Read more

Bab 24 Permintaan Maaf

“Loh ada Rani juga. Mau jahit baju ya?” Tanya Bu Jarmi ramah. Mutia dan Rani saling bertatapan karena sikap Ibu mertua Mutia itu yang sangat tidak biasa.“Bukan Bude. Saya sekarang bekerja membantu Mbak Mutia menjahit. Kalau ada pesanan untuk jasa make up, nanti saya juga ikut bantu.” Wajah Bu Jarmi dan Ana berubah menjadi sebal mendengar penjelasan Rani. Sedetik kemudian, wajah Bu Jarmi sudah kembali tenang. Senyum manisnya tersungging untuk menantu pertamanya itu.“Oh gitu. Kerja yang rajin ya Ran.”“Iya Bude.” Mutia hanya menyimak dalam diam obrolan Rani dan Bu Jarmi. Wanita itu belum mempersilahkan Bu Jarmi untuk duduk karena masih trauma dengan kejadian beberapa waktu lalu.“Apa Ibu tidak di persilahkan duduk Tia?” Tanya Bu Jarmi melihat Mutia hanya diam saja sejak tadi. Mutia menganggukan kepala lalu berdiri. Di susul dengan Rani.“Silahkan duduk Ibu, Ana. Aku mau ke belakang untuk membuatkan minuman dulu.” Pandangan Mutia kini beralih pada Rani.“Kamu lanjut potong kain dulu ya
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more

Bab 25 Cerai

Mutia turun dari motornya dengan membawa kantung plastik berisi belanjaan. Ia menatap bangunan toko yang akan di gunakan untuk usaha jasa make up dan sewa gaun pengantin yang sudah jadi. Ada tiga tukang yang sedang mengecat tembok bangunan itu. Sedangkan tukang lain sedang merobohkan bagian teras rumah Bu Surti.Langkahnya menuju ke samping rumah untuk menyiapkan hidangan bagi para tukang. Ia juga membuat teh manis hangat lalu meletakan semua jajanan yang sudah di belinya di atas piring panjang. Mutia membawa nampan berisi teh manis dan makanan itu ke depan.Kegiatan Mutia selanjutnya adalah memasak bersama sang Ibu. “Alhamdulillah usaha kamu semakin lancar ya nduk. Ibu senang karena kamu juga tetap bisa nabung di celengan. Walaupun kita lagi renovasi rumah ini.”“Iya Bu. Alhamdulillah. Sebenarnya banyak orang yang mandang rendah pekerjaan aku saat ini. Tapi, aku justru bersyukur. Biar mereka nggak bisa pinjam uang seenaknya.”“Hush. Kamu ini.” Bu Surti tentu saja paham siapa yang sed
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more

Bab 26 Investasi

“Jadi, sekarang Mas Andi yang mengelola toko emas ini?” Tanya Mutia pada tetangganya itu. Andi menganggukan kepala dengan senyum yang terukir di bibirnya.“Iya Tia. Ibu udah ingin istirahat di rumah aja. Kontrak kerjaku di perusahaan juga sudah habis.” Tetangga Mutia yang bernama Andi itu, memang bekerja di perusahaan multinasional di Jakarta dengan sistem kontrak. Tingginya gaji sama dengan tingginya biaya hidup di Ibukota. Membuat Andi harus hidup hemat di Ibukota.“Ibu bilang kamu buka jasa make up dan sewa gaun pengantin ya?” Mutia menganggukan kepala.“Iya mas. Waktu bekerja di Jepang, aku juga membantu anak majikanku menjahit dan belajar cara make up langsung dari ahlinya. Hasilnya lumayan buat kebutuhan sehari-hari.” Andi dan Mutia dulu sekolah di SMA yang sama. Andi dua tahun lebih tua dari Mutia. Pria itu pernah menikah di Jakarta. Lalu bercerai karena istrinya ketahuan selingkuh.Untung saja dari pernikahan seumur jagung itu Andi dan mantan istrinya tidak di karuniai anak. S
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bab 27 Barang Jaminan

“Ana, tolong ambilkan Ibu minum.” Ana yang tengah bermain ponsel di ruang keluarga menghela nafas sebal. Gadis itu bangkit dari sofa lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Badan Bu Jarmi sedang tidak enak badan. Jadi, Ibu Saka itu hari ini tidak bekerja di toko.Tok… tok… tok…Suara ketukan di pintu membuat langkah Ana yang akan masuk ke dalam kamar sang Ibu menjadi terhenti. Ana meletakan gelas air di atas meja lalu melangkah ke depan. Saat ia membuka pintu, sudah ada dua pria berbadan tegap yang berdiri di teras rumahnya. “Maaf. Apakah ini benar rumah Bu Sekar?”“Benar. Tapi, itu dulu, Karena kakak ipar saya sudah pergi dari rumah ini.” Perasaan Ana jadi tidak enak. Apalagi yang sudah di perbuat oleh istri kedua kakaknya itu. Jika mereka adalah tukang kredit, maka ini sudah kedua kalinya Sekar membawa tukang kredit ke rumah ini.“Kami dari koperasi simpan pinjam ingin menyita motor yang telah di jadikan jaminan oleh Bu Sekar. Motornya atas nama suami Bu Sekar yaitu Pak Sa
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Bab 28 Menghapus Dendam

Keesokan harinya, dua pria dari kantor koperasi simpan pinjam yang sama datang ke rumah Bu Jarmi. Kali ini mereka berdua datang dengan pria lain yang memiliki perawakan tinggi dan kurus. Kemeja dan celana yang di pakai untuk pergi ke kantor tampak lebih bagus dari dua pria lainnya.“Mau apa lagi kalian kesini?” Tanya Bu Jarmi ketus. Ia kira urusan mereka sudah selesai kemarin. Bu Jarmi sama sekali tidak ingin berurusan dengan orang-orang dari koperasi lagi.“Kami hanya ingin membicarakan jaminan motor milik Pak Saka. Apakah kami boleh masuk dulu Bu? Malu jika percakapan kita di lihat oleh tetangga sekitar.” Dengan terpaksa Bu Jarmi mengijinkan ketiga pria itu untuk masuk. Pria yang tampaknya punya jabatan lebih tinggi itu lihai sekali mengendalikan situasi.“Perkenalkan nama saya Heri. Saya adalah Manajer Marketing di Koperasi Simpan Pinjam.” Ujar pria yang memakai pakaian lebih bagus itu. Heri lalu menyebutkan nama koperasi simpan pinjam tempatnya bekerja.“Saya ikut datang kesini un
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Bab 29 Bu Jarmi vs Bu Win

“Saya sama sekali tidak tahu menahu tentang hutang yang di ambil anak saya di koperasi anda.” Ujar Bu Win keras kepala pada Heri. Di samping Heri, duduk Bu Jarmi dan Ana yang menyimak perdebatan mereka.“Dalam kartu keluarga yang asli, anda adalah orang yang harus di mintai tanggung jawab perihal hutang Bu Sekar. Bukan suaminya. Karena Bu Sekar dan Pak Saka tidak mengesahkan pernikahan mereka secara negara.” Jawab Heri dengan tenang. Bu Jarmi menganggukan kepalanya setuju. Enak saja jika Sekar mau membuat motor peninggalan Saka sebagai jaminan hutangnya. Bu Jarmi saja tidak menikmati uang itu.“Tidak bisa begitu. Saya sama sekali tidak menandatangani surat kontrak sebagai penjamin Sekar. Jika anda tidak punya surat kontrak itu, maka anda semua tidak bisa memaksa saya.” Bu Win yang sedikit tahu tentang tata cara pinjam uang di koperasi tetap menolak memberikan barang jaminan untuk membayar hutang Sekar.Pasalnya sudah sejak dulu Bu Win memang sering meminjam uang. Baik di koperasi, ban
last updateLast Updated : 2023-03-31
Read more

Bab 30 Panti Asuhan

Sekar membaca pesan dari Ibunya dengan hati bimbang. Ia ingin pulang untuk bertemu dengan kedua buah hatinya. Tapi, sang Ibu hanya meminta Sekar untuk mengirimkan uang. Dengan alasan kalau tukang kredit dari koperasi simpan pinjam sudah mendatangi rumah Bu Win. Apalagi Sekar menggunakan motor pribadi Saka sebagai barang jaminan.‘Sudah cukup kamu membawa dua tukang kredit ke rumah ini. Jika tidak ingin tertangkap jangan pulang dulu ke rumah. Hasilkan uang yang banyak lalu bawa kedua anak kamu pergi dari rumah Ibu.’ Bunyi pesan Bu Win pada Sekar kemarin.Hati Sekar menjadi tidak tenang karena dia tidak bisa menghubungi Dini sejak tadi pagi. Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Seharusnya sekarang Dini sudah pulang sekolah. Tapi, panggilan telponnya tidak kunjung di angkat oleh sang putri.“Kamu nggak tidur Bunga?” Sekar menolehkan kepala pada teman satu kamarnya. Wanita itu saat ini sedang berada di dalam kamar hotel yang mewah. Nama samaran yang ia gunakan di tempat kerj
last updateLast Updated : 2023-04-01
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status