Hari ini aku kembali ketemuan dengan kedua saudaraku, Inggit sama Dirham, di cafe seperti biasa.Semenjak aku pindah ke kontrakan, Dirham lebih sering ingin bertemu denganku. Ia khawatir katanya. Apalagi aku cewek,lagi hamil lagi.Ah, terharu jadinya sama Dirham. Ia lebih dewasa dari Inder. Andai Inder seperti Dirham, sudah pasti aku sangat senang dan cintaku akan berlipat ganda. Andai ia bisa menghargaiku. Sekali saja.Di cafe, aku bolak-balik ke toilet, memuntahkan isi perutku, hingga badanku terasa begitu lemas oleh karenanya. Bahkan badanku sekarang makin kurusan."Kamu pucat, Mbak." Raut wajah Dirham tampak tak tega. Penuh kekhawatiran saat menatapku."Pulang aja yok, Mbak. Biar kita anter," usul Inggit. Tak kalah khawatirnya sambil memijatu punggungku. "Iya, Mbak, ayo biar aku Dirham anter pulang pak
Read more