Juna mengangguk. Ia memang tidak memiliki bakat melawak, apalagi sepuluh tahun terakhir. Jangankan mengatakan sebuah lelucon, tertawa pun ia hampir tidak pernah, kecuali saat bersama Roma. Astaga, ia sudah melupakan bocah itu! Sudah terlalu lama mereka tidak bertemu, lebih dari dua minggu. Tak pernah mereka tidak bertemu selama ini sebelumnya, biasanya seminggu sekali adalah waktu paling lama. Mungkin nanti ia akan menemui Roma, menjemputnya di sekolah. Namun, tidak besok karena ia masih harus menghukum wanitanya. "Aku, 'kan, bukan badut, Be, wajar nggak lucu." Juna membela diri. "Nggak bilang kalo Juna badut!" Diva makin mengerucutkan bibirnya. Tangannya meraih wajah Juna, kepalanya menggeleng. Entah mendapatkan keberanian dari mana dia sudah duduk di pangkuan prianya, saling berhadapan. "Kamu bukan badut, tapi Arjuna," bisiknya di depan bibir Juna sebelum menjatuhkan bibirnya di atas bibir sexy prianya. Dia terlalu merindukannya, terlalu mencemaskannya, sampai-sampai dadanya te
Baca selengkapnya