Home / Romansa / Remember Me, BE! / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Remember Me, BE!: Chapter 71 - Chapter 80

135 Chapters

Bab 71. Perempuan Tidak Penting

Seharusnya Diva lega melihat gelengan kepala pria itu, tetapi dadanya justru terasa semakin sesak. Tanpa dapat ditahan, bulir-bulir bening yang tadi sudah tak lagi merembes kini kembali turun dengan cepat. "Aku nggak apa-apa, Be, cuman ...."Jeda dan gelengan kepala Juna menarik perhatian Diva. Dia mengusap air matanya tanpa mengalihkan tatapan. Matanya tetap fokus pada Juna yang terus saja menangis tanpa suara. "Aku terharu." Senyum di bibir merah muda alami Juna yang pucat memaksa Diva untuk tersenyum ikut tersenyum juga. Meskipun hatinya tidak menginginkannya, tetapi bibirnya bergerak sendiri untuk turut tersenyum bersama pria yang dicintainya. "Aku nggak pernah mimpi dia, Be. Aku nggak tau dia cewek atau cowok." "Aku juga baru pertama ini mimpi dia, Juna." Senyum Diva melebar. Dia kembali mengusap air matanya, menyeka cairan bening yang meleleh keluar dari hidung mancungnya. Membuang tisu kotor bekas ingus itu ke arah depannya, tak peduli jika di bagian ujung tempat tidurnya
Read more

Bab 72. Bahaya

Kafe yang terletak di salah satu pusat perbelanjaan terbesar itu memang menyajikan menu yang tak cuma enak, tapi juga tempat yang sangat nyaman. Tak heran kafe ini selalu saja penuh, apalagi di jam-jam istirahat kantor seperti sekarang. Ketiga wanita itu merasa sangat beruntung karena bisa mendapatkan meja, meskipun terletak di sudut. Tak masalah bagi Diva yang tidak terlalu suka menjadi pusat perhatian. Entahlah, sejak dia bangun dari tidur panjangnya sepuluh tahun yang lalu dengan tanpa ingatan, dia jadi tidak terlalu suka diperhatikan. Rasanya sangat tidak nyaman saat mata-mata mereka menatapnya.Sementara Echa terus saja tersenyum. Dia sangat bangga karena telah berhasil memesan meja di kafe yang menjadi incaran banyak orang. Tidak mudah memesan meja di kafe ini, harus beberapa hari sebelumnya jika kau benar-benar ingin makan di sini saat jam-jam makan. "Nggak ada yang mau bilang makasih gitu sama gue?" Echa bertanya dengan gaya kocaknya. Dia mengedip-ngedipkan mata pada kedua s
Read more

Bab 73. Hanya Juna

Wanita itu tak pantas mendampingi Juna, hanya dirinya yang pantas mendapatkan kehormatan itu. Wanita itu tidak terkuat seperti yang terlihat. Baru mendapat ancaman dan teror sedikit saja, sudah membuatnya porak-poranda. Dia kuat karena banyak yang melindunginya. Tidak seperti dirinya yang memang memiliki kekuatan dengan usahanya sendiri. Menjadi tak dianggap dan tak terlihat membuatnya menjadi seorang wanita yang kuat tanpa mendapatkan perlindungan dari siapa pun. Lihat saja, dia pasti akan dapat kembali menyingkirkan wanita itu seperti sepuluh tahun yang lalu. ***"Juna marah, ya, Va?" tanya Nora seraya menjatuhkan tubuhnya di atas sofa panjang di kamar Diva. Seperti permintaan Diva, mereka langsung pulang setelah makan siang selesai. Ajakan Echa yang merengek meminta untuk menonton film terlebih dahulu tak mereka hiraukan. Seperti Diva yang tak ingin mendapatkan kemarahan dari Juna, Nora juga tidak ingin Kevin marah padanya karena sudah membawa Diva keluar rumah tanpa sepengetahua
Read more

Bab 74. Juna Pulang

Pria dengan tinggi lebih dari enam kaki itu melangkahkan kaki tergesa. Sesekali ia memperbaiki letak kacamata hitamnya yang sedikit bergeser. Situasi bandara yang ramai membuatnya tak bisa melangkah lebar seperti biasanya. Di sampingnya, pria tampan lainnya berjalan mencoba menjajari langkahnya yang terkesan buru-buru. Ponsel menempel di telinganya, ia terus berbicara sambil berusaha memberikan jalan pada pria jangkung di sebelahnya. Sebuah mobil sport berwarna hitam sudah menunggu di depan pintu masuk bandara. Keduanya langsung masuk tanpa mengucapkan apa-apa. "Anterin Kevin ke apartemennya dulu, Pak Joni!" pinta Juna pada sopir yang menjemputnya sebelum fokus pada ponselnya. Sengaja Juna meminta sopir keluarga untuk menjemputnya, ia masih lelah setelah lebih dari delapan belas jam di perjalanan. Kevin yang duduk di sampingnya hanya melirik sekilas, ia masih sibuk berbicara melalui telepon dengan Nora, memberi tahu jika dirinya sudah kembali ke tanah air. Kepulangan mereka memang
Read more

Bab 75. Arjuna Sialan

Perjalanan dari gedung apartemen Nora ke gedung apartemennya memakan waktu lebih dari setengah jam, lebih tepatnya empat puluh menit. Itu pun karena jalanan tidak terlalu macet. Lalu lintas memang ramai, banyak kendaraan berlalu lalang, tetapi tidak menumpuk sehingga tidak menimbulkan kemacetan. Juna langsung melempar tubuhnya ke atas tempat tidur setelah melempar tas selempangnya lebih dulu ke sembarang arah. Tak ada barang-barang penting di dalam tas itu, dompet dan ponselnya aman di kantong celana. Ia tak melepaskan sepatu, juga kacamata hitam yang sejak tadi menghalangi pandangannya. Ia sangat lelah, padahal hanya duduk dan berbaring saja di dalam pesawat tanpa mengerjakan apa pun. Juna melepas kacamata hitamnya, dan memberikan nasib yang sama dengannya seperti halnya tas selempang. Suara benda jatuh berdenting langsung tertangkap indra pendengarannya. Sepertinya kacamatanya jatuh di atas meja sehingga berbunyi seperti itu. Jika jatuh di lantai kamar, tidak akan menimbulkan bun
Read more

Bab 76. Menunggu Juna

Diamond Cafe merupakan salah satu kafe ternama dan mewah yang terletak di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di ibu kota. Pengunjung akan dimanjakan dengan berbagai menu yang enak dan suasana kafe yang sangat nyaman, tak heran kafe ini selalu penuh. Wanita berparas imut duduk di salah satu dari empat kursi yang mengelilingi meja berbentuk segi empat, letaknya di sudut. Dia merasa sangat beruntung bisa berada di kafe ini sekarang. Sejak dulu dia ingin makan di kafe ini, sayangnya tidak bisa. Dia selalu terlambat datang sehingga tak ada lagi meja kosong yang bisa digunakan, semua sudah terisi. Namun, hari ini, meskipun datang sedikit terlambat dia tetap bisa masuk dan mendapatkan meja. Pria tampan yang mengajaknya bertemu sudah memesan terlebih dahulu. Mata Tasya menatap sekeliling sekali lagi, dan sekali lagi dia mengagumi interior kafe yang bergaya Eropa modern. Sangat cantik dan mewah, seperti dirinya. Kafe seperti ini yang pantas untuknya, bukan kafe murahan yang selama ini d
Read more

Bab 77. Serangga Kecil

"Tasya nggak laper, kok, Juna, tenang aja." Tasya tersenyum madu. "Juna ngomong aja langsung."Kebohongan yang tidak sempurna karena Juna dapat mengetahuinya. Dari gerakannya ia tahu Tasya tengah berdusta. Ia yakin, wanita ini pasti menahan laparnya, setidaknya haus. Ia tak ingin membuat Tasya pingsan nanti setelah mendengar apa yang ingin dikatakannya. "Mending lu pesen dulu, deh, Sya. Minimal minum, gitu. Gue nggak mau lu kelaperan karena nungguin gue." Juna juga tahu, pasti Tasya sudah lama menunggunya. Sepertinya wanita ini mengira mereka akan berbicara masalah hubungan mereka, padahal ia hanya ingin memperingatkannya agar tidak mengganggu wanitanya. Ia tak ingin kejadian seperti sebelas tahun yang lalu terulang. Ia ingin Diva merasa aman di sampingnya, bukan sebaliknya. Kali ini ia akan ekstra hati-hati, mungkin akan menyewa bodyguard untuk mengawal Diva ke mana pun wanitanya pergi, jika ia tidak dapat menemani. Tasya mengangguk. Meskipun semua lapar, haus, dan perasaan lainny
Read more

Bab 78. Kejutan?

Kantor Arkan Grup adalah tujuan Juna selanjutnya. Ia sudah tahu jika Diva pergi ke sana hari ini untuk bekerja. Benar-benar pembangkang dan bar-bar, Diva tak berubah sama sekali. Padahal ia sudah meminta untuk tidak ke mana-mana apalagi bekerja, dia masih belum aman. Namun, Diva tetap keluar dan melanggar perkataannya. Sepertinya Diva memang ingin dihukum. Baiklah, sepertinya mengurungnya selama seminggu di apartemen dan membuatnya tidak bisa berjalan besok adalah ide yang bagus. Diva perlu diberi pelajaran agar tidak seperti ini lagi. Untuk kedua orang tuanya yang akan pulang beberapa hari lagi, ia bisa mengulur waktu mereka dengan memperlambat negosiasi. Ronny Wijaya sedang berbisnis dengan anak perusahaan dari Dirgantara Enterprise. Jarak antara Diamond Cafe dan Arkan Grup tidak terlalu jauh. Hanya satu jam kurang perjalanan jika ditempuh dengan mobil, dalam keadaan lalu lintas lancar alias tidak macet. Sengaja Juna meluncur sebelum jam istirahat, agar ia tidak terjebak macet. I
Read more

Bab 79. Salah Paham?

Diva memasuki ruangannya yang kemarin sudah dibersihkan oleh petugas cleaning service perusahaan. Dia juga sudah meminta petugas dekorasi dan interior untuk menata ruangannya, dia ingin ruangannya terlihat secantik mungkin agar dia betah dan nyaman selama mengerjakan tugasnya. Aroma segar hutan Pinus bercampur dengan aroma apel langsung memenuhi indra penciumannya. Dia tersenyum, pemilihan aroma penyegar ruangan yang sangat tepat, dia menyukainya. Aroma hutan pinus mengingatkannya dengan wangi parfum Juna, salah satu wangi kesukaannya. Decakan kembali keluar dari mulut Diva, dalam hati memaki kesal. Kenapa dia sendiri yang mengingatnya? Pasti karena aroma ruangan ini. Dia kesal, tetapi juga merasa nyaman pada saat bersamaan. Diva duduk di kursinya, meletakkan tas tangannya di atas meja di bagian kanan. Mejanya tidak terlalu besar, bentuknya segiempat sedikit memanjang. Besok dia akan mulai membawa barang-barang untuk mengisi mejanya agar tidak terlihat kosong seperti lapangan sepak
Read more

Bab 80. Cemburu yang Elegan

Jika pria lain akan mengamuk atau meninggalkan ruangan wanita yang sudah menyelingkuhinya dan menutup pintu dengan membantingnya maka Juna sebaliknya. Ia memasuki ruangan Diva dengan tenang, berjalan perlahan, dan senyum yang menghiasi wajah tampannya. "Ju ... Juna, ini nggak kayak yang kamu liat!" Diva mencoba menjelaskan. Dia tak merasa perlu membela diri karena memang tidak bersalah. Meskipun tatapan tajam Juna mengulitinya, dan senyum miring yang membuat wajahnya makin tampan itu terlihat menakutkan, dia tetap berusaha bertahan di atas kedua lutut yang terasa lemas. "Dia Aldi, re ... rekan kerja aku."Juna tak menjawab, sebisa mungkin ia tidak membuka mulut. Ini kantor Arkan, tak akan ia mempermalukan dirinya dengan membuat keributan. Satu lagi, ia sudah berjanji pada Diva dulu, tidak akan menjadi monster lagi. Itulah sebabnya ia tidak melakukan apa-apa, berusaha terlihat baik-baik saja agar tidak menghancurkan lantai tiga gedung ini. Juna menarik napas dalam dan panjang, mengel
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status