"Astaga! Tuh, cewek asli nyebelin banget!" Nora mengepalkan kedua tangannya gemas. "Lo tadi kenapa ngelarang gue buat jambak dia, sih, Va?" tanyanya pada Diva dengan bibir mengerucut kesal. "Lo ngapain nyalahin Diva?" Echa yang bertanya. "Bener apa kata Diva, ngapain kita ngeladenin si Tasya, yang ada kita jadi gila juga sama kayak dia.""Tapi, 'kan, gue kesel sama dia, Cha!" Nora membelalak. Echa menjadi pelampiasan kekesalannya, dia melemparinya dengan bantal sofa. "Masa dia ngancam Diva biar nggak dekat-dekat Juna. Lah, dia siapa? Teman Juna bukan, sahabat bukan, pacar bukan, istrinya apalagi. Hak dia apa ngelarang-ngelarang kayak gitu? Yang pacar Juna, 'kan, Diva bukan dia!" "Gue juga kesal kali, Ra, tapi nggak gini amat!" Echa membelalak. "Gue nggak ngejadiin lo sebagai pelampiasan!" Dia balas melemparkan bantal-bantal sofa yang diterimanya dari Nora, kembali pada wanita itu. "Kalian kenapa, sih?" tanya Diva bingung. "Jangan kayak anak kecil, deh, hang suka perang bantal." Dia
Baca selengkapnya