Home / Romansa / Remember Me, BE! / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Remember Me, BE!: Chapter 91 - Chapter 100

135 Chapters

Bab 91. Curiga

Iya, pria terhormat tidak akan berbuat curang, dan dirinya bukanlah pria itu. Ia sudah mencurangi Arjuna, juga Arsen Dirgantara. Ia memanfaatkan Ayah dan anak itu dalam bisnisnya, atas nama Diva. Tak hanya kedua pria itu, ia juga sudah menjual nama putrinya yang mereka anggap sudah tiada. Mungkin hanya karena rasa bersalah Arsen mau bekerjasama dengannya. Mungkin pria itu merasa Arjuna juga ikut andil dalam tewasnya Diva. Diva tidak akan pergi ke klinik aborsi untuk menggugurkan kandungannya jika tidak mengandung jamin dari Arjuna. Merupakan sebuah pertanggungjawaban yang sangat profesional, Arsen Dirgantara membayarnya dengan menjamin kesejahteraan mereka. Lalu, kenapa sekarang pria aristokrat itu memutus kerjasama perusahaan mereka? Apakah Arsen sudah tahu semuanya? Apakah keberadaan Diva sudah diketahuinya? Jika benar seperti itu, berarti Arsen tahu jika ia telah membohonginya. Astaga! Ronny mengusap wajah kasar. Sepertinya ia dalam bahaya karena sudah berani bermain-main denga
Read more

Bab 92. Kevin Trauma

Juna, kenal nggak sama Arsen Dirgantara? Dia udah mutusin kerjasama sama perusahaan Papa Juna yang sedang meminum susu kotaknya melalui sedotan, tersedak membaca pesan itu. Diva bertanya apakah ia mengenal Arsen Dirgantara, pertanyaan yang sangat lucu baginya. Tentu saja ia mengenal pria berwajah datar yang tak pernah tersenyum kecuali pada seorang wanita berambut pirang, Barbara Smith. Omong-omong soal rambut pirang, sampai sekarang Juna masih penasaran sekaligus kesal kenapa rambutnya tidak sewarna rambut ibunya. Seluruh fisiknya, kecuali wajah yang blasteran, merupaakan turunan dari pria yang ditanyakan Diva, Arsen Dirgantara, ayahnya. Alis tebalnya mengernyit, dalam hati bertanya apakah Diva tidak tahu jika Arsen Dirgantara adalah ayahnya. Padahal nama belakang mereka sama. Tautan alisnya semakin tajam kala membaca pesan kedua. Rasa geli yang tadi menggelitik perutnya menghilang, berganti rasa mual tiba-tiba, seakan asam lambungnya meningkat, padahal ia tidak memiliki riwayat
Read more

Bab 93. Bangkrut?

"Apa yang Daddy bilang kemaren sama lu?" tanya Juna penasaran. Pertanyaannya melerai perdebatan absurd antara dua orang sahabatnya yang memiliki sifat sangat bertolak belakang. Jika Arsyi dingin seperti es dan nyaris tanpa senyum, maka Kevin kebalikannya. Kevin bisa dikatakan terlalu berisik malah, selalu berbicara nyaris tak pernah diam. Perbedaan yang justru sangat indah saat mereka disatukan. Seperti sekarang. Kedua pria itu menatap Juna bersamaan. Kevin berdeham satu kali karena sadar pertanyaan itu untuknya, sementara Arsyi hanya mendengarkan saja. Ia malah menyeruput minuman bersoda miliknya dengan tenang. "Pada intinya bokap lu marah sama apa yang udah dilakukan kelurga Wijaya. Katanya, dia merasa dimanfaatkan." Kevin menelan ludah sebelum meneruskan, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bokap lu nggak terima karena mereka nggak jujur sama keluarga lu. Lu tau sendiri, 'kan, gimana nggak sukanya bokap lu sama orang yang udah bohong sama dia?" Juna mengangguk. Daddy tak perna
Read more

Bab 94. Ayah Juna

Tidur tanpa makan malam, bukanlah kebiasaannya sama sekali. Namun, malam ini dia melakukannya. Sebab memikirkan jawaban dari masalah yang menimpa kedua orang tuanya membuatnya tertidur tanpa ingat untuk makan malam. Diva bahkan sudah melupakannya, perutnya tak merasa lapar karena terlalu memikirkan nasib perusahaan Papa. Dia juga lupa menanyakan kembali pada Papa tentang bagaimana jika Papa bekerjasama dengan perusahaan Juna, dia yakin Juna tidak akan keberatan membantu papanya? Hitung-hitung sebagai pendekatan pada calon mertua. Benar, 'kan?Omong-omong soal Juna, pria itu belum membalas pesannya tadi malam. Terakhir dilihatnya Juna sudah membaca isi pesan itu, terapi tak ada keterangan pria itu sedang mengetik untuk membalas pesannya. Dia juga tidak ingat apa-apa lagi setelah itu, dia ketiduran. Terlalu lelah –tak hanya tubuh, tetapi juga pikirannya– membuatnya tertidur lebih cepat dari biasanya. Apalagi beberapa malam terakhir dia kurang tidur pada malam hari, tidurnya lebih bany
Read more

Bab 95. Dugaan yang Tepat

"Kenapa Daddy ngelakuin itu?"Arsen menaikkan sebelah alisnya menatap putra tunggalnya. Tak ada kabar, tak ada salam, Juna langsung berdiri di depannya pagi ini yang sedang bersiap untuk berangkat ke kantor. Beberapa tahun terakhir Arsen memilih untuk menetap di New York, persinggahan terakhirnya setelah berkeliling dunia melakukan perjalanan bisnisnya. Kenapa tidak memilih Jakarta? Jawabannya karena Juna sudah menguasai ibu kota. Di New York, ia bisa bertarung dengan pebisnis lain yang merasa lebih jago dan lebih segala-galanya. Hobinya memang anti meanstream, dan ia sangat menyukainya. Juna duduk di kursi tamu di depan meja kerja ayahnya tanpa permisi. Ia sangat lelah, setelah menempuh perjalanan hampir dua puluh dua jam dari Jakarta ke kota ini. Setelah membalas pesan Diva kemarin, ia langsung terbang ke sini menggunakan jet pribadi perusahaan. Mungkin terdengar tidak profesional karena ia menggunakan properti milik perusahaan, tetapi urusannya sangat mendadak. Lagipula, ini tak
Read more

Bab 96. Apakah Salahnya?

Sudah dua hari tak ada kabar dari Juna. Entah bagaimana keadaan pria itu, dia tak tahu, dan tak berniat untuk mencari tahu. Bukannya tak peduli, tetapi dia lebih memilih untuk mengkhawatirkan keadaan kedua orang tuanya daripada pria itu. Dia tidak bisa membiarkan mereka terpuruk. Kedua orang tuanya langsung pergi lagi pagi itu, saat dia keluar kamar sudah tidak ada siapa-siapa lagi selain asisten rumah tangga yang sampai sekarang masih belum dapat diingatnya. Bik Sumi yang memberi tahunya jika Mama dan papanya ke luar kota. Alasannya tidak diberi tahu, hanya saja kata Bik Sumi mereka seperti tengah terburu-buru. Mungkin Papa sudah menemukan investor pengganti Arsen Dirgantara.Juna juga tidak memberi kabar apa-apa padanya. Dua hari terakhir ini, ponselnya tidak mendapatkan notifikasi darinya. Hanya panggilan masuk dari Mama yang memberi tahu jika Papa sedang ada urusan penting di luar kota, dan Mama mendampinginya. Selain itu juga ada panggilan masuk dari Arkan yang menanyakan keada
Read more

Bab 97. Rencana Juna

Seperti biasa jika di rumahnya di Manhattan, bukan suara alarm lagi yang membangunkan Juna, melainkan suara kicauan segerombolan burung gereja yang bertengger di pagar balkon jendela kamarnya. Letak tempat tidur yang berdekatan dengan jendela membuat suara kicauan itu terdengar jelas di telinganya, bahkan tetap terdengar walaupun ia menutup telinganya dengan bantal. Dengan malas Juna membuka mata, melirik ke arah jam digital di atas nakas. Pukul enam lewat empat puluh satu menit, tiga puluh menit terlewat sejak matahari terbit. Sejenak Juna mengerjap, tangannya terangkat menutup mulut yang menguap, lantas menyingkirkan selimut, dan bangun. Jangan sampai Mommy yang membangunkannya lagi. Ia tak ingin mendengar ocehannya pagi ini, cukup pagi kemarin saja. Juna hanya mencuci muka dan menggosok gigi, tak ingin mandi di pagi yang tidak terlalu dingin ini. Ia akan melakukannya jika ingin beraktivitas nanti, pada pukul delapan atau sembilan nanti. Bukan aktivitas yang berat karena ia hanya
Read more

Bab 98. Kegelisahan Diva

Angin sore ini berembus sedikit lebih kencang. Sepertinya akan turun hujan, gumpalan awan berwarna abu-abu pekat berkumpul di bagian tengah langit. Gorden tipis yang biasanya menutupi pintu menuju balkon, bergerak-gerak tertiup angin. Tak berapa lama, gerimis mulai turun teratur. Suhu udara mulai terasa semakin dingin karena angin masih bertiup kencang. Namun, tiga orang wanita itu masih tak beranjak dari duduknya. mereka masih betah duduk di satu sofa panjang yang sama. Lagipula, balkon kamar Diva sangat luas seperti teras rumah, mereka tidak akan kebasahan walaupun hujan lebat sekalipun. Nora dan Echa datang terlambat. Mereka berdua yang mengendarai mobil Echa, terjebak macet gara-gara insiden kecelakaan kecil. Sebuah mobil menabrak pembatas jalan, pengemudinya tengah mabuk karena mengonsumsi obat terlarang. Dari mana mereka tahu? Tentu saja dari kondisi korban yang tampak loyo. Meskipun tidak terlalu dekat, dan tempat kejadian sudah dikerumuni beberapa pengendara yang lewat, tet
Read more

Bab 99. Waktu Bersama Daddy

"Mungkin Juna mau ngasih lo waktu buat sendiri, Va. Positive thingking aja, ya, Bestie." Nora memeluk Diva beberapa detik. "Lo tau, 'kan, berapa jam perbedaan waktu kita sama Manhattan. Lebih sebelas jam!" serunya heboh. "Kali aja Juna lagi nyari waktu yang tepat buat ngubungin lo."Diva mengangguk, tak berniat untuk membantah. Dia mencoba untuk berpikiran positif seperti yang diminta Nora. Namun, tetap saja hatinya membantah sebagian perkataan sahabatnya itu. Seharusnya Juna tidak meninggalkannya sendirian, seharusnya Juna berada sisinya sekarang, bukan meninggalkannya dalam jarak puluhan ribu kilometer. Juna bahkan tidak menghubunginya, benar-benar meninggalkannya sendirian. Dua bulir bening jatuh tanpa sadar. Diva terlambat mengusapnya, kedua sahabatnya sudah melihatnya sebelum dia melakukan itu. Nora langsung memeluknya, sementara Echa mengusap air matanya mendahuluinya, kemudian ikut memeluknya. Diva tak lagi dapat bertahan, air mata yang sudah sejak dua hari yang lalu memaksa
Read more

Bab 100. Makan Siang Bersama Daddy

Menunggu adalah hal yang paling membosankan bagi siapa saja. Entah kenapa, setiap kita menunggu sesuatu rasanya waktu akan berjalan sangat lambat. Itulah yang dirasakan Juna saat ini. Jarum jam seolah membeku sehingga sampai sekarang makan siang mereka belum juga selesai. Beberapa kali ia melirik jam tangan di pergelangan kirinya. Ia melepaskan jaket dan menggantungnya di kursi yang kosong di sebelah kirinya, hanya tersisa kemeja lengan pendek yang menutupi kaus berwarna hitam yang dikenakannya. Juna mengerang dalam hati. Ini sudah kali ketiga ia mencurigai lihat ke arah jam tangannya, tapi tetap saja menunjukkan pukul yang sama. Waktu seolah tak bergerak, atau ini hanya perasaannya saja karena sudah tak sabar ingin mengetahui topik apa yang akan dibicarakan ayahnya. Ia berharap Daddy berubah pikiran untuk menghancurkan Ronny Wijaya. Ia tidak tega melihat keluarga wanita yang dicintainya terpuruk. Yang paling buruk, Diva akan meninggalkannya. Hei, tidak ada seorang pun yang mau bersa
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status