Home / Romansa / Remember Me, BE! / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Remember Me, BE!: Chapter 111 - Chapter 120

135 Chapters

Bab 111. Kejujuran Diva

"Kamu tadi beneran lamar aku, ya, Juna?" tanya Diva setelah mereka berada di dalam mobilnya yang dikendarai Juna. Melaju bersama kendaraan lainnya membelah jalanan kota Jakarta yang selalu padat. Beruntung saat ini sudah lewat jam makan siang sehingga tidak ada kemacetan yang menghalangi laju kendaraan mereka. Juna mengangguk. "Iya!" jawabnya tanpa menatap Diva. Fokus matanya tertuju ke depan, pada jalanan yang meskipun tidak macet, tetapi tetap padat. "Kenapa? Kamu nggak setuju?" Ia melirik wanitanya melalui kaca spion sambil bertanya.Diva memutar bola mata jengah. "Lamaran, kok, gitu amat," katanya membuang muka, masih kesal dengan lamaran yang tak sesuai dengan yang diimpikannya. "Nggak ada romantis-romantisnya."Tawa Juna terlepas begitu saja dari mulutnya. Ia tahu wanitanya kesal atas apa yang tadi dilakukannya, tetapi itu adalah spontanitas saja. Ia juga tidak bermaksud melamar Diva sambil lalu seperti tadi. "Lah, kenapa emangnya?" tanyanya sambil berusaha menahan tawa yang ke
Read more

Bab 112. Maaf

Mobil berbelok arah menuju tempat parkir sebuah kafe. Ada sesuatu yang penting yang harus mereka bicarakan sehingga harus menunda perjalanan ke rumah Helen. Seharusnya ia membawa Diva ke tempat yang lebih sepi mengingat betapa penting dan pribadi topik pembicaraan mereka. Namun, Juna tidak menemukan tempat seperti yang dimaksudkannya selain apartemennya, dan jika mereka ke apartemennya maka mereka tidak akan keluar dalam waktu yang lama. Paling cepat satu Minggu. Oleh sebab itu, kafe menjadi pilihan utama. Meskipun ramai, tetapi mereka bisa meja yang berada di sudut karena tempat itu biasanya lebih sepi dari yang lainnya.Seperti biasanya, jika tidak ada susu kotak baik Juna maupun Diva akan memesan milkshake untuk minuman mereka. Kali ini tanpa camilan karena mereka tidak berniat untuk makan. Mereka hanya ingin berbicara berdua tanpa gangguan karena ini menyangkut masalah pribadi mereka. "Kamu mau ngasih tau aku apa, Be?" tanya Juna memulai pembicaraan. Sudah lebih dari lima belas
Read more

Bab 113. Bertemu Tasya (Lagi)

"Nggak, Juna, stop!" Diva menggeleng. Tangannya terangkat, menempelkannya di mulut Juna, memintanya untuk berhenti berbicara. "Kamu juga nggak salah, aku juga mau, kok." Sangat memalukan memang, tetapi Diva perlu mengatakannya. Seingatnya, dia belum pernah memberi tahu Juna jika dia juga menginginkan sentuhannya. "A ... aku juga mau," ulang Diva terbata sambil menahan panas di pipinya. Dia yakin, pipinya pasti memerah. "Aku bisa nolak, tapi nggak aku lakuin karena aku juga mau." Sekali lagi dia mengatakannya dengan menahan semua rasa malu. Senyum tipis menghiasi bibir sexy Juna. "Aku juga tau kalo kamu mau," sahutnya penuh percaya diri. "Tapi, tetap aja aku yang salah karena udah hamilin kamu. Harusnya aku pake pengaman, atau kamu yang pake."Diva mengerutkan alisnya. Bagaimana mungkin dia membeli pil kontrasepsi, saat itu dia masih tujuh belas tahun. Juna ada-ada saja! Diva membuang muka, menyembunyikan kekesalan. "Aku nggak mau pake gituan!" dengusnya, menyilangkan tangan di depa
Read more

Bab 114. Roma Sayang Om Juna

Jalanan kota Jakarta yang macet selalu dirindukan Diva. Gedung-gedung pencakar langit yang mereka lalui sepanjang perjalanan seakan membawa ingatannya untuk bernostalgia pada masa sebelas tahun silam. Laki-laki yang sama dalam wujud yang lebih dewasa mengendarai mobilnya. Hangat dan haru menyelinap, membuat dadanya merasa hangat. Diva tak menyangka, waktu yang mempermainkan, mempertemukan mereka kembali. Mempertemukannya dengan pria pemilik hatinya selama ini. Diva memalingkan muka, menyembunyikan dua bulir bening yang menuruni pipinya, dari pandangan Juna. Dia mengusapnya dengan cepat sebelum pria itu dapat melihatnya. Juna tak boleh melihatnya menangis, meskipun ini adalah air mata bahagia. Perjalanan ke rumah Helen memerlukan waktu yang sedikit lebih lama. Kemacetan di beberapa jalan yang mereka lewati menjadi alasan utama. Sudah beberapa kali Nora dan Echa menghubungi Diva, menanyakan tentang keberadaan mereka yang sampai sekarang masih belum tiba juga. Mereka menggunakan rumah
Read more

Bab 115. Ingatan Diva Kembali

Sementara Diva tidak lagi terlalu memperhatikan. Dia sibuk membalas pesan-pesan dari Nora dan Echa. Mereka kembali menanyakan keberadaannya, tanpa tahu dia sudah tiba. Sesekali Diva melirik Roma yang masih digendong Juna, dia juga melihat gadis kecil itu mencium prianya. Hanya di pipi sehingga dia membiarkan. Jika Roma sudah berani mencium Juna di bagian lain, jangan salahkan dia bertindak lebih. Diva juga mendengar apa yang dikatakan Roma, juga balasan perkataan Juna. Masih dalam tahap wajar baginya, meskipun dua kalimat pendek itu memiliki arti yang berbeda, dia hanya menanggapinya biasa saja. Dia percaya pada Juna, prianya mencintainya. "Selain ada Bunda sama Papa, di atas ada siapa aja?" tanya Juna pada Roma. Ia ingin memastikan mereka semua sudah berkumpul. Ia ingin membagi kebahagiaan bersama teman-teman dekatnya. "Ada Om Kevin, Tante Nora, sama Tante Echa juga," jawab Roma gembira. Dia selalu menyukai jika sahabat kedua orang tuanya berkunjung. Rumahnya akan ramai, tak lagi
Read more

Bab 116. Menginterogasi Diva

Empat orang wanita dewasa duduk di satu sofa panjang, sedangkan tiga orang pria duduk di masing-masing single sofa yang tersisa. Sementara itu, Roma sudah diminta Helen untuk kembali ke kamarnya, obrolan serius mereka tidak boleh didengar oleh anak seusianya. Meskipun masih ada tersisa satu single sofa yang masih kosong, tetapi mereka tak ingin topik berat obrolan mereka akan merusak otak polos Roma, membuatnya dewasa di usia belia. Awalnya gadis kecil itu menolak, dia masih ingin di sini bersama om kesayangannya. Namun, setelah Juna membujuknya dengan berjanji akan mengajaknya jalan-jalan minggu depan hanya berdua saja, Roma langsung menurut, dan bergegas ke kamarnya. Tujuh orang dewasa itu hanya diam, tak ada satu pun dari mereka yang bersuara untuk memulai percakapan, bahkan setelah beberapa menit berlalu. Hanya denting lonceng angin yang ditiup angin yang terdengar. Mereka juga tidak bergerak selama itu, tetap duduk di posisi mereka masing-masing. Tatapan mereka tertuju pada be
Read more

Bab 117. Masih Menyelidiki

Suasana yang tadi dipenuhi aroma kegembiraan seketika berubah. Perkataan Kevin sukses membawa atmosfer yang tidak menyenangkan. Wajah Juna mengeras, tak lagi santai seperti tadi. Diva juga tampak murung, dia masih trauma dengan semua kejadian itu. Sekarang dia tahu kenapa otaknya menolak untuk mengingat, pasti karena semua ini. Seandainya saja bisa, dia ingin tetap saja amnesia, lupa pada semua hal buruk yang menimpanya di masa lalu. "Gue juga mau ngomong kayak gitu tadi." Arsyi juga meringis. Sungguh, ia merasa tidak nyaman karena mengacaukan kebahagiaan mereka semua hari ini, tetapi bagaimanapun masalah itu adalah yang terpenting. Mereka harus menemukan pelaku itu agar dapat menyeretnya ke meja hijau. Tentu saja setelah Juna memberinya pelajaran yang ia yakin tidak akan bisa dilupakan orang itu seumur hidupnya. "Sorry to say, tapi kita emang harus ngebahas ini. Semakin cepat ditemukan, semakin cepat kita bisa nyeret dia ke penjara." Juna tak bereaksi, tetapi di dalam hati memben
Read more

Bab 118. Hilda dan Kacamata

Hilda Ambarwati adalah seorang pengacara yang bekerja di salah satu firma hukum ternama di Jakarta. Dia memiliki klien seorang pebisnis ternama di tanah air. Saat ini sang pebisnis sedang melakukan perjalanan bisnis bersama sekretarisnya, dan masih akan terus berada di luar negeri dalam waktu yang tak bisa ditentukan. Sang pebisnis yang juga merupakan salah satu rekan bisnis Juna ingin menjalin kerjasama. Berhubung dia tidak bisa bertemu dalam waktu yang dia sendiri tidak bisa menentukannya sementara kerjasama yang ditawarkannya termasuk kerjasama yang penting maka dia menyuruh pengacaranya yang tak lain adalah Hilda, untuk bertemu dengan Juna terlebih dahulu. Begitulah kata-kata Hilda yang ditirukan Kevin. Ia sudah mengatakan pada Hilda bahwa Juna masih belum bisa diganggu karena baru pulang dari luar negeri setelah mengurus bisnis, yang mana hanya alasannya saja. Ia tidak sepenuhnya mengarang, hanya pada bagian mengurus bisnis saja yang tidak benar. Mengenai urusan penting, itu a
Read more

Bab 119. Perasaan Hilda

[Juna setuju buat ketemu sama lu. Besok pas makan siang][Tempatnya lu aja yang nentuin. Juna bakalan datang]Hilda nyaris memekik saat membaca dua buah pesan yang masuk ke ponselnya sore itu. Cuaca yang sedikit tak bersahabat tak lagi dipedulikan. Kemacetan yang membuatnya masih belum tiba di rumahnya pun tak lagi membuatnya kesal. Semuanya terobati oleh dua buah pesan itu. Mendung yang menggelayuti langit ibu kota sejak beberapa menit yang lalu tak lagi membuatnya takut, juga kilatan-kilatan cahaya di langit bagian Utara. Dia terlalu bahagia untuk merasa takut. Perjalanan pulang yang lebih lama dari biasanya tak lagi dipedulikan. Senyum terus terukir di bibirnya yang dipoles lipstik berwarna cherry, bahkan setelah dia sampai di rumahnya. Bergegas Hilda keluar dari mobil, setengah berlari memasuki rumah mungil yang terletak di salah satu komplek perumahan elit di ibu kota. Sebagai salah seorang pengacara yang cukup memiliki nama, tentu saja dia bisa membeli segalanya. Atasannya di
Read more

Bab 120. Cemburu Pada Arsyi?

Reuni kejutan itu berakhir setelah makan malam yang diwarnai dengan sedikit insiden kecil, Roma merajuk tak ingin makan malam kecuali disuapi oleh Juna. Namun, Helen tak mengizinkannya. Dia tak ingin putrinya tumbuh menjadi gadis yang manja jika dituruti semua keinginannya. Arsyi pun mendukung Helen, pria itu meminta putrinya untuk makan sendiri. Juna yang awalnya ingin menuruti keinginan Roma, membatalkan niatnya melihat tatapan membunuh dari Diva. Selain itu, Helen juga melarangnya. Alhasil, Roma makan sendiri –tanpa disuapi– setelah menangis selama beberapa menit. Helen tersenyum melihatnya, dalam hati berharap semoga dia tidak salah dalam mendidik anak satu-satunya. "Aku mau ngomong sama Arsyi habis ini, Juna," kata Diva memberi tahu setelah selesai membantu Helen membereskan meja makan. Untuk bagian cuci piring dan semua peralatan masak, tugas Echa dan Nora. Sekarang kedua sahabatnya itu sedang sibuk mengerjakan tugasnya tersebut. Tak hanya Juna yang mengernyitkan alisnya, Ar
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status