"Nggak, Juna, stop!" Diva menggeleng. Tangannya terangkat, menempelkannya di mulut Juna, memintanya untuk berhenti berbicara. "Kamu juga nggak salah, aku juga mau, kok." Sangat memalukan memang, tetapi Diva perlu mengatakannya. Seingatnya, dia belum pernah memberi tahu Juna jika dia juga menginginkan sentuhannya. "A ... aku juga mau," ulang Diva terbata sambil menahan panas di pipinya. Dia yakin, pipinya pasti memerah. "Aku bisa nolak, tapi nggak aku lakuin karena aku juga mau." Sekali lagi dia mengatakannya dengan menahan semua rasa malu. Senyum tipis menghiasi bibir sexy Juna. "Aku juga tau kalo kamu mau," sahutnya penuh percaya diri. "Tapi, tetap aja aku yang salah karena udah hamilin kamu. Harusnya aku pake pengaman, atau kamu yang pake."Diva mengerutkan alisnya. Bagaimana mungkin dia membeli pil kontrasepsi, saat itu dia masih tujuh belas tahun. Juna ada-ada saja! Diva membuang muka, menyembunyikan kekesalan. "Aku nggak mau pake gituan!" dengusnya, menyilangkan tangan di depa
Read more