Home / Pernikahan / Gairah Liar Atasanku / Chapter 301 - Chapter 310

All Chapters of Gairah Liar Atasanku : Chapter 301 - Chapter 310

360 Chapters

Lahiran

Empat bulan telah berlalu, tak terasa usia kandungan Arini telah menginjak sembilan bulan yang artinya sebentar lagi dia akan segera melahirkan. Berbeda dengan dulu baik dirinya maupun Aron belum menyiapkan apa-apa untuk kehadiran sang buah hati dikarenakan larangan dari Renata, menurut mitosnya memang tidak boleh menyiapkan apapun sebelum bayi lahir. "Lalu gimana ini Ma, kita belum beli persiapan apa-apa," kata Aron. "Nanti Mama dan pelayan akan beli semuanya, Mama juga akan meminta orang untuk menyiapkan kamar bayi untuk cucu Mama, sudah kamu tenang saja," sahut Renata. Untuk keperluan bayi yang harus dibawa ke rumah sakit malah baju-baju bekas Aron dulu saat masih bayi, Renata sengaja menyimpan itu semua untuk kenang-kenangan. "Kenapa malah bawa baju bekas Ma," protes Aron. "Di pake di awal Aron, lagian ada yang bilang kalau bayi baru lahir itu pakai baju bekas dulu agar umurnya panjang," sahut Renata. "Itu ajaran darimana sih Ma, kok percaya sama mitos kuno, ini tuh jaman mo
Read more

Agar ASI Cepat Keluar

Seusai membeli semua perlengkapan untuk cucunya, Renata dan Dion segera pergi ke rumah sakit, mereka sungguh tidak sabar ingin melihat cucu mereka. Ketika masuk ruang perawatan Arini mereka tidak menyangka jika keluarga Andika sudah berada di dalam. "Gercep sekali udah kesini saja," kata Dion sembari meletakkan benda yang dia beli. "Saking senangnya punya cucu Kak," sahut Andika. "Itu cucuku," timpal Dion. "Dia juga cucuku, Aron keponakan siapa," ucap Andika. "Dia anak siapa," sambung Dion. Renata dan Rea menggelengkan kepala melihat Andika dan Dion yang berebut cucu. "Cucu berdua," pungkas Renata. Tak sabar ingin menggendong cucunya Renata mengambil si bayi yang kini digendong Aron. "Sini sini biar mama yang gendong," katanya. Air mata Renata meleleh ketika melihat bayi mungil Aron, kenangan ketika dia baru saja melahirkan Aron menyeruak masuk kembali ke ingatannya. "Mirip sekali dengan kamu Aron," kata Renata sembari menciumi tangan cucunya. Kebahagiaan Renata, lengkap s
Read more

Kenapa Mama Egois

"Auwwww sakit banget Mas," pekik Arini."Sabar Sayang kalau tidak dilatih gimana bisa pulih," sahut Aron."Tapi sakit Mas," timpal Arini dengan menangis.Tergores sedikit saja sudah membuat kesakitan apalagi yang dibelah pasti rasanya beribu-ribu sakit.Melihat istrinya yang kesakitan membuat Aron tidak tega hingga dia meminta Arini berbaring kembali."Tunggu sebentar aku mau ke ruangan dokter, aku akan meminta obat anti nyeri terampuh," kata Aron.Sesaat setelah Aron keluar suster masuk dengan membawa Arsen."Anda sendirian?" tanya suster."Iya, suami saya keluar sebentar," jawab Renata.Karena tidak ada orang lain selain Arini maka suster ingin membawa Arsen kembali namun Arini melarangnya, dia meminta suster untuk menidurkan Arsen tepat di sampingnya."Kalau bayinya menangis gimana ibu?" tanya suster yang nampak khawatir."Bentar lagi papanya pasti kembali," jawab Arini.Mendengar jawaban Arini membuat suster lega lalu dia keluar ruang perawatan Arini.Awalnya Arsen tertidur pulas n
Read more

Seperti Pecundang

Aron yang baru saja membuka matanya nampak heran ketika melihat Arini berdiri di balkon.Sambil mengumpulkan nyawanya Aron berjalan pelan mendekati Arini."Pagi-pagi sudah melamun," kata Aron sembari memeluk istrinya dari belakang.Arini tersentak kaget mendapati pelukan Aron yang secara tiba-tiba, sebelum Aron tau keadaanya dia segera menghapus air mata yang meleleh di pipi."Eh sudah bangun Mas," sahut Arini."Iya Sayang, maaf ya semalam aku pulang telat lagi, pekerjaan di kantor benar-benar banyak, meeting sana-sini membuatku pusing," ungkap Aron.Arini tersenyum lalu mengeratkan pelukan suaminya, ingin sekali menceritakan semua yang dia rasakan kepada Aron tapi Arini takut jika malah timbul salah paham antara Renata dan juga Aron."Nanti pulang jam berapa?" tanya Arini dengan bibir yang maju ke depan."Entah Sayang, ingin sekali nggak masuk tapi kerjaan sangat menumpuk kasian Arion," jawab Aron.Merasa kecewa Arini melepas pelukan Aron, dia kembali menatap Renata yang menjemur Ars
Read more

Kekesalan Arini Terhadap Renata

Sebelum berangkat Arini mengingatkan Aron untuk berbicara dengan Mamanya, dia benar-benar ingin permasalahan ini cepat selesai. "Gimana kalau besok Sayang, hari ini aku harus segera berangkat," kata Aron. "Jangan ditunda-tunda Mas," sahut Arini. Arini membujuk Aron untuk pagi ini saja bicara dengan Renata karena kalau menunggu besok pasti akan lupa. Mau nggak mau Aron menuruti kemauan sang istri meski dia bingung harus bicara apa dengan mamanya. Sebelum berangkat Aron pergi ke kamar Arsen, dia melihat Renata yang asik mengayun Arsen. "Ma," panggil Aron. "Iya Aron," balas Renata. "Papa mau berangkat kerja, besok kalau Arsen besar jadilah orang sukses seperti Papa ya," celoteh Renata. Aron nampak bingung, nyalinya menciut ketika ingin berbicara dengan Renata tapi dia telah janji dengan Arini. "Ma bisa kita bicara sebentar," kata Aron. Renata mengangguk lalu meninggalkan Arsen di box bayi. "Mau bicara apa?" tanya Renata. Sebelum bicara Aron menghela nafas dalam-dalam sembari
Read more

Demam

Tidak seperti biasa hari ini Aron pulang lebih cepat, ketika akan masuk ke dalam kamar dia tidak bisa membuka pintu karena Arini menguncinya dari dalam. "Sayang kenapa pintunya dikunci?" teriak Aron. Beberapa saat kemudian terdengar suara Arini membuka pintu lalu dia menarik Aron masuk ke dalam dan mengunci pintu kembali. "Kamu kenapa sih sayang?" tanya Aron. "Keburu Mama datang dan mengambil Arsen Mas," jawab Arini. "Astaga sayang kenapa sih harus seperti ini kesannya seperti Mama aku itu penjahat," sahut Aron. Ucapan Arion malah membuat Arini marah, dia memarahi Aron balik karena terlalu condong terhadap Renata. "Kalau Mama nggak mendominasi Arsen aku mungkin juga nggak akan seperti ini mas! kalau nggak nyuri-nyuri seperti ini kapan aku bisa bersama Arsen," maki Arini. "Mama ngelakuin itu semua demi kamu, Mama ingin kamu benar-benar pulih, baru bisa mengurus Arsen," sahut Aron yang tak terima Arini menyalahkan mamanya. "Kamu itu nggak tahu terima kasih. Lihatlah ibu-ibu lain
Read more

Pergi Dari Rumah

Seharian Arini tidak keluar dari kamar begitu pula dengan Renata yang sibuk mengurus Arsen di dalam kamarnya.Arini berpikir apa yang harus dilakukan jika keadaannya seperti ini, Aron terus membela mamanya begitu pula dengan Renata yang terus mendominasi Arsen sedangkan dirinya bak pecundang yang tidak bisa berbuat apa-apa.Ingin sekali Arini hamil lagi karena dengan begitu Renata yang mengurus Arsen sedangkan dirinya mengurus bayinya yang baru lahir. Tapi, apa itu mungkin mengingat dia melahirkan secara sesar.Matahari telah bersembunyi di ufuk barat, tapi Arini masih saja duduk melamun di balkon kamarnya hingga tak sadar kalau Aron telah pulang."Apa yang kamu lakukan?" tanya Aron.Arini hanya menoleh lalu melemparkan pandangannya kembali, dia benar-benar tidak ingin berbicara dengan Aron daripada ucapan Aron melukai perasaannya."Apa yang kamu lakukan?" tanya Aron kembali.Arini menghela nafas lalu tersenyum ketir tanpa menatap Aron."Tidak ada yang bisa aku lakukan selain melamun,
Read more

Sadar

"Ini kak sudah selesai." Arion meletakkan setumpuk berkas di meja kerja Aron. "Terima kasih Arion," sahut Arsen. "Masama Kak." Sekali lagi Arion memberikan saran kepada Aron agar segera menjemput Arini karena jika wanita dibiarkan terlalu lama hidup sendiri maka dia akan menjadi wanita mandiri dan tidak akan memerlukan lelaki lagi. "Ingat kak penyesalan itu selalu ada di belakang," kata Arion. "Kalau di depan namanya pendaftaran," sahut Aron. Belum waktunya pulang tapi Aron pulang terlebih dahulu karena rencananya ingin menjemput Arini tapi di jalan dia galau kembali, bingung antara menjemput Arini atau tidak. "Aron, jemputlah istri kamu," pinta Renata setelah Aron tiba di rumah. "Tapi...." Belum sempat melanjutkan ucapannya Renata sudah menyela, dia ingin Aron menjemput Arini sore ini juga.Renata tidak ingin Aron menyesal seperti Dion dulu. "Baiklah Ma," sahut Aron. Aron segera melajukan mobilnya pergi ke rumah Arini, saat dia sampai terlihat Arini sedang menyapu halam
Read more

Biar Tidak Diganggu

"Emangnya teman kamu kenapa mas?" tanya Arini. "Eh tunggu teman kamu cowok kan?" sambungnya dengan tatapan menyelidik. Dengan tertawa Aron mencubit hidung istrinya, lalu dia menjelaskan kalau temannya adalah seorang pria. "Cowok kok Sayang, jadi dia tuh ngajakin aku dan Arion ke rumahnya dan benar saja di rumahnya ada beberapa cewek bule yang jago striptis." "Jangan bilang kamu tergoda dengan penari striptis itu dan pegang yang bukan-bukan," sahut Arini yang mulai kesal dengan suaminya. "Ya nggak dong Sayang, aku dan Arion hanya melihat doang itu pun karena nggak enak sama teman aku," jelasnya. Walaupun hanya melihat tetap membuat Arini marah, lagian waktu kerja bukannya bekerja yang baik malah keluyuran dan lihat yang enggak-enggak. "Seger tuh mata habis lihat body yang aduhai," celetuk Arini dengan kesal. "Tau gitu nggak aku kasih jatah, biar saja berdiri sampai besok," gerutunya. Masih merasa kesal, Arini memunguti pakaiannya lalu membersihkan diri, setelahnya dia keluar ka
Read more

Kasus Di Kampus

"Perbaiki skripsi kamu, kalau masih berantakan seperti ini, saya nggak mau terima," kata Pak Rektor yang bernama pak Adi tersebut. "Pak tolong koreksi lagi, sebelah mana yang harus saya rubah, saya ingin bisa ikut wisuda Pak," rengek seorang mahasiswi yang bernama Feli. Tanpa berkata apa-apa Pak Adi mengambil skripsi Feli lalu membuangnya ke tempat sampah. Hal ini membuat Feli sangat sedih, padahal dia sudah bersusah payah membuat skripsi tersebut. Dania yang mendengar percakapan Pak Adi dan Feli merasa kesal dengan sikap Pak Adi yang seenaknya sendiri terhadap mahasiswa, apa salahnya memberikan pengarahan kepada Feli agar dia bisa secepatnya menyelesaikan skripsi. Tanpa mengambil skripsinya, Feli pergi dengan menangis, lalu Dania mengambil skripsi Feli, dia berusaha membantu siapa tau dengan dirubah skripsi Feli bisa diterima. Selama tiga hari Dania berusaha memperbaiki skripsi Feli, dia berharap Pak Adi menerima skripsi Feli agar Feli bisa wisuda. Ketika Skripsi Feli sudah jad
Read more
PREV
1
...
2930313233
...
36
DMCA.com Protection Status