Seperti biasa Arini bangun dengan rasa perih di area sensitifnya, tak hanya satu ronde Aron menggempurnya entah berapa ronde. "Arini Mama perhatikan langkah kamu agar susah," kata Renata. "Iya Ma, tuh Mas Aron," sahut Arini. "Kamu yang sabar ya, Aron itu seperti Papanya yang nggak puas jika hanya satu ronde saja," timpal Renata. "Iya Ma, Arini paham." Seusai sarapan Arini dan Aron bersiap untuk berangkat, Arini yang ada tiga mata kuliah tidak bisa datang ke kantor karena pulangnya agak sore. "Yah padahal nanti ingin mengajak kamu ke restoran steak yang terkenal itu sayang, kebetulan hari ini buka cabang baru," kata Aron. "Kesana besok saja Mas," sahut Arini. "Ok sayang," timpal Aron. "Awas saja kalau kamu kesana dulu sama si Rebecca," ancam Arini. Aron hanya tertawa mendengar ancaman Arini, bukannya takut dia malah menantang Arini. "Apa punishmentnya jika aku kesana dengan Rebecca," tantang Aron. "Entahlah Mas," sahut Arini dengan raut wajah kecewa. Entah mengapa dia meras
Read more