Ada yang setuju dengan pernyataan Rebecca? Yuk komen hehe. Maaf ya kak baru up niat hati up dua bab tapi daritadi aku dilanda sakit gigi , rasanya lebih sakit dari sakit hati, hahahaha lebay ya. Selamat malam dan selamat membaca Kakak, semoga suka ma ceritanya.....
"Jaga ucapan kamu Rebecca, dia bukan sok berkuasa ataupun nyetir aku tapi dia hanya tidak suka saja aku dekat dengan wanita lain, aku rasa hal seperti itu wajar," kata Aron dengan tegas. Kali ini Aron membela Arini, dia tidak suka Arini dikatai oleh Rebecca. "Terserahlah kamu bilang apa, intinya kamu itu STI," sahut Rebecca. "Apa itu STI?" tanya Aron. "Suami takut istri," jawab Rebecca lalu pergi meninggalkan Aron. Aron sangat kesal mendengar jawaban Rebecca, dia adalah yang berkuasa, mana mungkin dia jadi suami yang takut sama istri. "Aku bukan takut sama istri tapi hanya malas bertengkar jika aku tidak menuruti kemauannya," gumam Aron. Sebenarnya memang begitulah para suami, bukan takut melainkan menghindari pertengkaran dengan para istri karena kalau sang istri merajuk yang ada para suami tidak akan mendapatkan jatah tempat tidur. Hari-hari telah berlalu, Arini dan Rian semakin dekat, Arini juga sering datang ke rumah Rian karena di rumah Rian banyak referensi buku-buku tent
Tiga hari setelah ujian, Aron meminta hasil ujian Arini pada Rektor, pak rektor segera mengirim hasil ujian Arini plus hasil teman-teman sekelasnya."Astaga pak rektor aku hanya meminta hasil ujian istriku kenapa malah dikasih hasil ujian satu kelas," gumam Aron.Aron mencari nama Arini dan saat itulah dia sadar kalau dalam kelas Arini tidak ada mahasiswa yang bernama Anita."Dia bilang waktu itu pergi ke rumah Anita untuk meminjam buku tapi di sini tidak ada nama Anita." Aron bermonolog dengan dirinya sendiri.Tahu dibohongi oleh sang istri membuat Aron merasa kesal dan marah.Tanpa berpikir panjang Aron pun mengambil kunci mobilnya dan segera pergi ke kampus Arini.Dia ingin mengetahui bagaimana istrinya saat di kampus, karena kalau sudah ada kebohongan artinya ada yang disembunyikan.Sungguh kebetulan saat itu Arini dan Rian tengah duduk di bangku sambil bercanda sehingga tangan Aron seketika mengepal."Sayang," teriak Aron dengan rahang yang mengeras.Mendengar teriakan Aron membu
"Aku tunggu ya," sahut Rian."Iya," tukas Arini dengan ketus.Sepulang dari kampus Arini pergi ke kantor Aron, siapa tau dengan melihat suaminya bekerja dia bisa melupakan sejenak kekesalannya pada Rian."Mas," panggil Arini.Dengan senyuman yang mengembang Arini mendekat ke arah sofa dimana Aron dan Arion tengah berbincang."Halo Mas Arion, gimana kabarnya?" tanya Arini.Mendengar Arini memanggil Arion dengan sebutan Mas membuat Aron kesal."Sejak kapan kamu memanggilnya Mas?" tanya Aron."Sejak tadi Mas," jawab Arini dengan terkekeh."Kamu nggak boleh memanggilnya Mas, panggil seperti biasanya saja," sahut Aron.Tak ingin berdebat dengan suaminya lalu Arini mengganti sebutannya, dia kembali memanggil Arion dengan sebutan Pak namun kini Arion yang tidak setuju."Kita kan keluarga, aku rasa agak kurang enak jika kamu terus memanggilku dengan sebutan Pak."Kini Arini serba bingung harus bagaimana memanggil Arion."Nggak usah protes Arion, sedari awal kan dia memanggil kamu dengan sebuta
Lelaki tersebut yang tak lain adalah Rian diperintah oleh Rebecca untuk menggoda Arini, sebenarnya Rian bukanlah mahasiswa, dia adalah pebisnis dan motivator yang tinggal diluar negeri.Saat Rian kecil, dia diangkat anak oleh kedua orang tua Rebecca, dia disekolahkan diluar negeri dan menetap disana, itulah sebabnya Aron tidak mengenal Rian walaupun dia sering ke rumah Rebecca.Rian sangat menyayangi Rebecca, bagi Rian Rebecca adalah adik kecilnya yang harus dia lindungi, semua dilakukannya sebagai imbalan akan kebaikan orang tua Rebecca yang telah menjadikannya seperti ini.Hingga suatu ketika Rebecca curhat pada Rian terkait Aron dan Arini, Rebecca bilang kalau Arini telah merebut Aron sehingga Rian berjanji akan membantu Rebecca mendapatkan Aron kembali.Rebecca meminta Rian untuk menjebak Arini agar Aron menceraikannya namun Rian kurang setuju dengan rencana Rebecca yang terlalu ekstrim.Rian ingin membuat Arini jatuh cinta padanya dan meninggalkan Aron, dia merubah rencana Rebecca
"Sayang sayang diam dong malu dilihat teman kamu," bujuk Aron. Tanpa menghentikan tangisannya Arini mengangguk dalam pelukan Aron, hal ini membuat Aron merasa bersalah gara-gara dirinya Arini terus menangis tanpa mau berhenti. Vilia yang melihat keadaan Arini nampak iba dia benar-benar kesal kepada lelaki yang tega menodai sahabatnya. "Aku sumpahin lelaki yang menodaimu kecebur empang biar jadi makanan banyak ikan," batin Vilia. Tak ingin menjadi tontonan keluarga Vilia Aron pamit pulang, dia meminta maaf kepada keluarga Vilia jika merepotkan. "Arini sudah kami anggap seperti anak kami sendiri jadi dia tidak pernah merepotkan kami," kata ibu Vilia dengan tersenyum. Ibu Vilia mengelus kepala Arini dan memintanya untuk diam, seorang suami wajar jika marah itu semua karena rasa khawatir. "Iya Ibu," sahut Arini. Sepanjang perjalanan pulang Arini hanya terdiam, dia benar-benar merasa jijik pada dirinya sendiri. Pikirannya jauh melayang ke mana-mana hingga dia memikirkan hal tersebu
Aron diam dengan dada yang bergemuruh, hatinya tercabik melihat wanita yang dia cintai tidur dengan pria lain. Tangan Aron mengepal, rahangnya mulai mengeras, kelihataannya dia sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi ditambah ucapan Rebecca yang seperti bensin membuat api amarah Aron semakin berkobar. "Kamu harus keras Aron, jangan mau harga diri kamu diinjak-injak seperti ini," kata Rebecca. "Kelihatannya saja alim, polos, lugu eh nggak taunya gatal," sambungnya. Rebecca terus mengoceh sehingga membuat Aron tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Diamlah!" bentak Aron. Dengan wajah yang merah menyala Aron mengambil foto-foto istrinya di meja lalu dia keluar. "Aron kamu mau kemana?" teriak Rebecca. Sebuah senyuman tersungging di bibir Rebecca dia sangat yakin kalau setelah ini Aron dan Arini akan berpisah. Aron ingin bertanya langsung pada Arini di rumah, jika benar itu adalah Arini, Aron tidak akan memaafkannya, baginya perselingkuhan adalah kesalahan yang fatal dan tidak bisa di
Tak ingin semakin emosi Aron memutuskan untuk keluar dari kamar, dia berusaha mengikuti ucapan kedua orang tuanya dengan menyelidiki semua terlebih dahulu. Dia menenangkan diri sejenak di ruang kerjanya sembari memerintahkan Arion untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Tak hanya Arion dia juga akan melibatkan Vilia sahabat dekat Arini. Mendapatkan pesan singkat dari Aron membuat Arion mengerutkan alisnya. Pasalnya dia merasa ambigu dengan pesan yang dikirim oleh Aron. "Apanya yang diselidiki?" gumam Arion sembari membaca berkali-kali pesan singkat yang dikirimkan oleh Aron. "Selidiki apa yang dilakukan Arini kemarin," guman Arion membaca pesan singkat yang dikirim oleh Aron. Tak ingin terus dalam situasi yang membingungkan Arion segera menghubungi Aron, dia ingin bertanya lebih detail apa yang sebenarnya terjadi, kenapa tiba-tiba Aron memintanya untuk menyelidiki Arini. Malas menceritakan panjang lebar lewat sambungan telepon Aron akhirnya meminta Arion untuk datang ke
Arion berusaha mencari hotel melalui foto yang dibawanya namum dia masih belum menemukan info apapun. Informasi dari Viilia juga sangat minim karena dia tidak tau di hotel mana Arini dijebak. "Cari dimana lagi ya," gumam Aron. Tak tau lagi, akhirnya Arion memutuskan untuk bertanya langsung kepada Arini. "Kelihatannya aku tidak memiliki opsi lain selain bertanya langsung kepada Arini," gumam Arion. Arion tahu jika keadaan Arini tidak baik-baik saja begitu pula dengan Aron sehingga dia bertanya pada Arini keesokan harinya saja. Tanpa bilang pada Aron, Arion meminta Arini untuk menemuinya di sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari rumah Aron. Arion sengaja mencari yang letaknya dekat kompleks rumah Aron agar Arini tidak perlu keluar jauh. Awalnya Arini menolak ajakan Arion karena dia takut akan menambah masalah dalam rumah tangganya tapi Arion mendesaknya dan mengatakan apapun yang dia lakukan bertujuan untuk membantunya. "Benarkah Mas Arion?" tanya Arini dalam sambungan teleponny
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes