Semua Bab ARABELLA: Bab 41 - Bab 50

109 Bab

Part 40

“Masuk,” ujar Bella ketika pintu kamarnya diketuk.Bella menatap datar Baron yang tiba-tiba tersenyum. Bisa ditebak Baron menginginkan sesuatu darinya.“Kenapa?” Bella kembali membaca novel.“Temenin gue ke mall, yuk.” Baron mengajak Bella.“Gak.” Bella menolak.Karena hari ini libur, Bella ingin menghabiskan waktunya di rumah. Bella sedang tidak ingin keluar dan bertemu orang-orang yang akan menghabiskan energinya.“Ayolah temenin gue beli sepatu. Nanti gue traktir lo deh. Lo mau apa? Komik baru? Novel baru? Atau buku soal Fisika?”“Emang lo gak bisa pergi sendiri?”“Gak bisa makanya gue ajak lo. Mau ya?”Baron kalau ada maunya saja berbicara lembut padanya. Kalau tidak pasti sudah menjahilinya dan berujung bertengkar.“Lo keluar. Gue siap-siap dulu.” Bella menutup novelnya lalu beranjak dari tempat tidur.Baron seketika tersenyum lebar. “Makasih ya. Lo emang adek terbaik.”Bella menatap Baron datar. “Jijik gue.”***“Ini mall yang terakhir, ya. Kalau sampe gak ada juga gue pulang.
Baca selengkapnya

Part 41

Vian mengambil duduk di samping Bella.Bella melirik sekilas, lalu kembali membaca buku. Kebetulan mereka sedang berada di perpustakaan. Niatnya ingin menghindar dari kelasnya yang berisik karena jam kosong, tapi malah bertemu dengan Vian."Bell. Gue mau minta maaf soal kemarin karena udah ganggu lo." Vian meminta maaf lagi. Tapi kali ini secara langsung.Bella hanya mengangguk."Lo masih marah sama gue?" tanya Vian."Gak."Vian langsung tersenyum. "Gue janji gue gak bakal kayak gitu lagi. Gue gak akan telfon lo kecuali kalau mendesak.""Udah?""Iya.""Ya udah, jangan ganggu gue.""Tapi nanti kalau gue tanyain tugas Fisika lo mau bantuin gue lagi kan? Lo gak bakal suruh gue tanya ke Sani kan?""Hm.""Bener ya?"Bella berdecak. "Diam gak?""Iya, gue diam."***"Darimana lo?" Regan bertanya."Perpus.""Lah? Tumben lo. Rajin amat." Beno menyahut."Emang gue rajin.""Ah, gak mungkin. Palingan juga cari Bella.""Sotoy lo." Padahal Vian tidak memberitahu mereka, tapi kedua temannya itu sep
Baca selengkapnya

Part 42

Bella menatap Baron dan Vian yang sudah kembali. Keduanya mengobrol sembari sesekali tertawa.“Lo ngapain di teras?” tanya Baron.“Suka-suka gue lah,” jawab Bella ketus.“Santai aja kali.” Baron menatap Vian. “Gue masuk dulu, ya.”Vian mengangguk.Baron masuk ke dalam meninggalkan keduanya.“Buat lo.” Vian memberikan kantung kresek berisi siomay. Kebetulan tadi Vian membelinya ketika bersama Baron di taman.Bella menerimanya. “Makasih.”“Gue boleh duduk?”Bella hanya mengangguk.Vian berdeham. “Gue mau ngomong sesuatu.”Bella masih diam mendengar.“Mungkin lo juga udah tahu sih, tapi gue bakal ngomong. Sebenarnya gue suka sama lo. Dari awal kita ketemu gue udah tertarik sama lo. Gue tahu lo gak suka sama gue, tapi gue memberanikan diri buat bilang ke lo.” Akhirnya Vian mengungkapkan perasaannya. Walaupun dia tahu Bella tidak memiliki perasaan untuknya, tapi Vian memberanikan dirinya agar Bella tahu bagaimana perasaannya terhadap gadis itu.Bella terdiam sejenak. Walaupun sudah tahu ka
Baca selengkapnya

Part 43

"Bell, bukain pintu," suruh Baron ketika mendengar ketukan pintu."Kenapa gue?" Bella malas karena dia sedang serius membaca novel."Udah buruan. Adek itu harus nurut sama kakak." Bella berdecak lalu pergi ke depan untuk membuka pintu."Hai." "Ngapain ke sini?" Bella bertanya dengan ekspresi datar. Ternyata yang datang adalah Vian."Mau belajar. Tadi gue udah chat lo, tapi gak lo balas. Telfon juga gak diangkat. Waktu di sekolah gue cari lo buat ngomong, tapi gak ketemu." Vian menjelaskan.Bella menaruh ponselnya di kamar, jadi dia tidak tahu kalau Vian menghubunginya."Yang ngatur jadwal itu gue bukan lo. Kemarin lo udah minta tunda, sekarang seenaknya lo mau belajar. Emang lo pikir waktu gue cuma ngurusin lo?" Bella kesal."Sorry Bell. Gue gak bermaksud. Gue minta tunda juga ada alasannya.""Alasan apa? Karena lo belajar sama Sani?"Vian cukup terkejut karena ternyata Bella tahu kalau dirinya belajar bersama Sani. Padahal Vian tidak memberitahunya. Apa mungkin Beno dan Regan yang
Baca selengkapnya

Part 44

"Lo mau ngomong apa, San?" tanya Bella.Semalam Sani sempat mengirim Bella pesan. Sani meminta Bella untuk bertemu saat jam istirahat karena ada yang ingin dia bicarakan dengan Bella."Em, Vian semalam ngomong sama gue. Katanya lo marah sama dia karena tahu dia belajar bareng gue. Bener?"Bella terdiam sejenak. Dia jadi merasa tidak enak dengan Sani. Kenapa juga Vian harus memberitahu Sani? Vian benar-benar tidak bisa menjaga mulutnya. "Gue minta maaf. Gue pikir Vian udah gak mau diajarin sama gue lagi. Tapi Vian udah jelasin kok." Bella meminta maaf."Jadi lo gak marah kan sama gue?"Bella menggeleng. "Lo gak salah. Kenapa gue harus marah sama lo?"Sani tersenyum. "Syukur deh. Gue pikir kalau lo marah gue mau jelasin biar lo gak salah paham. Vian juga gak mau ngerepotin lo. Gue udah ngomong sama Vian kalau misalnya dia ada tugas Fisika yang gak bisa dia kerjain dan lo gak bisa bantuin langsung kontak gue aja. Kasihan juga kan kalau dia ganggu lo terus.""Gak usah repot-repot. Gue ba
Baca selengkapnya

Part 45

"San, gue udah selesai." Vian menaruh hasil kerjanya di hadapan Sani untuk diperiksa.Kebetulan hari ini Sani meminta Vian untuk jadwal belajar dimajukan karena besok Sani akan mempersiapkan diri untuk mengikuti olimpiade mewakili sekolah. Jadilah mereka belajar di rumah Vian."Sani?" Vian melambaikan tangan di depan wajahnya membuat Sani langsung tersadar."Kenapa?""Gue udah selesai.""Oh iya." Sani segera memeriksa hasil kerja Vian."Bener semua. Lo makin jago aja, ya."Vian tersenyum. "Iya dong. Siapa dulu yang ajarin.""Btw, pas gue pulang gue tadi liat lo sama Bella di jalan. Lo beliin Bella bunga, ya?""Oh iya. Kebetulan ada anak kecil jualan bunga. Karena dagangannya gak laku gue beli semua deh. Terus gue kasih ke Bella. Harusnya cewek kalau dikasih bunga senang kan, eh Bella malah marah. Katanya gue boros. Padahal niat gue kan cuma mau nolongin.""Ngomongin soal bunga gue jadi ingat lo dulu juga pernah beliin buat gue. Persis kayak kejadian lo sama Bella. Terus anak kecil itu
Baca selengkapnya

Part 46

Vian berdecak. Sedaritadi dia mencoba menghubungi Bella, tapi tidak ada jawaban. Vian yakin Bella pasti marah padanya. "Gak diangkat?" tanya Beby.Vian menggeleng. "Gara-gara lo nih.""Kok jadi gue?""Iya lah, kalau lo gak manggil gue by pasti Bella gak bakal salah paham. Dia pasti marah.""Lagian lo juga manggil gue by.""Ya nama lo kan Beby.""Terus lo pikir karena itu Bella cemburu? Emang Bella suka sama lo?""Ya gak tahu, tapi kan dia marah karena itu."Beby tertawa. "Jangan kepedean dulu. Mungkin aja dia kesal sama lo karena mikirnya lo itu player.""Kok gitu?""Iya lah, lo kan baru nembak dia beberapa hari yang lalu terus sekarang dia liat lo jalan sama cewek lain pasti dia makin gak suka lah sama lo karena ilfeel.""Lagian ngapain juga lo manggil gue kayak gitu?""Sengaja biar mau liat reaksi dia. Gue pikir dia bakal marah-marah gitu sama lo, ternyata enggak.""Gue kan udah bilang Bella itu cuek. Dia gak akan mau ngabisin energi dia buat hal yang gak penting. Kalau kayak gini
Baca selengkapnya

Part 47

"Sebenarnya gue ke sini pengin ngomong soal kemarin," ucap Vian."Bukannya lo udah suruh tuh cewek buat ngomong sama gue?"Vian mengernyitkan keningnya bingung. "Maksudnya gimana?""Namanya Beby kan? Dia udah ngomong ke gue. Lo yang suruh dia, kan?""Bentar, Beby ketemu lo? Gue sama sekali gak tahu. Dia gak bilang ke gue kalau mau ketemu lo.""Terus itu inisiatif dia sendiri gitu?""Bentar." Vian mengambil ponselnya mencoba menghubungi Beby. Tapi Beby tidak menjawab panggilannya."Ck! Gak diangkat lagi." Vian memang meminta Beby untuk membantunya, tapi dia tidak menyangka kalau Beby akan bertemu dengan Bella dan berbicara dengannya. Vian tahu Beby bermaksud menolongnya, tapi bukankah itu akan membuat Bella semakin tidak suka dengannya? Karena Bella berpikir dirinya yang telah menyuruh Beby.Vian kembali menatap Bella. "Bell, jujur gue benar-benar gak tahu kalau Beby temuin lo. Kalau gue tahu gak mungkin gue sekarang ada di sini. Gue tahu lo belum suka sama gue, tapi niat gue jelasin h
Baca selengkapnya

Part 48

"Cie, anak mama lagi mikirin siapa sih? Kok senyum-senyum gitu?""Mama. Tumben jam segini udah pulang.""Iya, mama kan kangen sama anak mama. Kamu lagi mikirin Bella, ya?"Vian tersenyum. "Tau aja mama." "Iya dong. Kan kamu anak mama. Gimana? Udah ada perkembangan belum?""Ya gitu deh, ma. Masih sama."Tari mengusap pundak Vian. "Mama yakin kamu bakal berhasil kok. Mama support kamu sama Bella.""Dulu aja mama jodoh-jodohin aku sama Sani mulu.""Ya abisnya kamu cuma dekat sama Sani makanya mama mikirnya kamu suka sama Sani. Tahunya ada cewek lain.""Lagi pada ngobrol apa nih? Kok keliatannya serius banget?" Galih yang baru saja pulang bertanya."Papa tumben pulang jam segini."Galih tersenyum. "Papa pengin kita makan malam bareng. Udah lama kan gak makan bareng. Karena papa sama mama sibuk terus."***"Papa dengar dari mama kamu lagi dekat sama cewek, ya?" tanya Galih di sela makan malam mereka."Iya pa, baru dekat doang.""Papa kira kamu sama Sani.""Papa sama mama sama aja. Mikirny
Baca selengkapnya

Part 49

"Kalian lagi berantem? Kok diem-dieman?" Ardi bertanya menyadari ada yang berbeda dari kedua anaknya."Kok gak jawab?" Ardi kembali bertanya."Biasalah, mereka kan hampir tiap hari berantem. Nanti juga baikan sendiri," kata Lani.Lani sudah biasa dengan keduanya karena hampir tiap hari menyaksikan pertengkaran mereka. Berbeda dengan Ardi yang pasti akan langsung mendamaikan karena tidak ingin mereka terus-terusan bertengkar."Biasa pa, Bella marah sama aku." Baron menjawab.Bella fokus melahap sarapannya. Dia tidak berniat untuk menjelaskan alasannya bertengkar dengan Baron. "Marah? Marah kenapa?""Baron ....""Pa, ma, aku berangkat dulu." Bella sudah menghabiskan sarapannya dan berpamitan pada kedua orangtuanya."Loh? Gak berangkat bareng Baron?" tanya Ardi."Enggak, aku udah order ojol. Aku pergi dulu." Bella pun pergi."Hati-hati Bell."Ardi kembali menatap Baron. "Kamu harus minta maaf sama adek kamu. Suka banget ribut.""Iya pa." Baron rasa kali ini Bella akan mendiamkannya lebi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status