Home / Thriller / THE FRAPPUCINO MURDER / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of THE FRAPPUCINO MURDER: Chapter 31 - Chapter 40

75 Chapters

Cinta yang Mendalam

NARASI VISCARIA 19 Desember 2003 “Tujuh tahun yang lalu kau mempelajari sebuah fakta gelap tentang kebenaran dari orang tuamu,” kata Iris membuka obrolan. “Ibu dan Paman sudah setuju dengan hal ini. Azalea juga merasa senang saat mendengarnya. Bahkan, Coriander juga merasa senang dengan keputusan kami.” Vis masih menunggu apa yang sebenarnya ingin dibicarakan oleh kak Iris. Semuanya begitu tenang dan mendengarkan perkatakaan wanita yang ternyata adalah kakak kandung Vis. Seperti apa yang dikatakan kak Iris, tujuh tahun yang lalu Vis dipanggil ke ruang baca paman Elmer. Di sana, sudah ada kak Iris dan paman yang menunggu kedatangan Vis. Dengan sangat hati-hati, mereka berdua menceritakan kebenaran tentang kedua orang tua Vis yang ternyata adalah Ayah kandung kak Iris dan seorang pelayan bernama Gardenia. Benih dari cinta terlarang itu adalah Vis. Ayah yang seorang pemimpin Keluarga Wisteria kemudian diasingkan ke dalam penjara keluarga di bawah pengawasan paman Elmer. Namun, tidak
Read more

The Calm Before The Storm

“Bagaimana keadaannya?” tanya Azalea saat menjumpai Rita di ruang baca Lady Viscaria. Wanita yang sedang bersih-bersih itu menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah pintu masuk, di mana dilihatnya Azalea yang terlihat pucat dan berantakan. “Sepertinya mengenang kembali masa lalu membuat Nyonya merasa lebih tenang,” jawab Rita sambil tersenyum. “Oh, masa lalu yang mana yang dibicarakannya?” Rita sedikit kebingungan saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Azalea. “Nyonya membicarakan tentang kakak laki-lakinya.” “Zaylie!” ujar Azalea. “Tentu saja, bagaimana aku bisa melupakan kisah kepahlawanannya.” Azalea menjatuhkan dirinya ke kursi malas di samping perapian. Dia memejamkan matanya untuk beberapa saat sebelum akhinya membukanya secara perlahan. “Bukan kisah yang menyenangkan,” kata Azalea. “Mama terlibat di dalamnya dan itu merupakan sesuatu yang buruk—tapi cukup menegangkan.” Rita merasakan sesuatu dari cara bicara Azalea. “Adakah yang tidak Nona kehendaki?” “Hm? Tidak, b
Read more

Surat Jean-Pierre Braque; Bagian Satu

I Hawthorn Lodge, Starfell Valley 27 November Lady Viscaria yang terhormat, Begitu mengejutkan ketika saya membaca berita tentang apa yang telah menimpa Anda minggu lalu. Wisteria Manor merupakan bangunan yang luar biasa indah—nilai seni yang cukup tinggi terpancar dari kediaman Anda itu. Sayangnya, ada orang-orang rendahan yang kurang diperhatikan masyarakat akhir-akhir ini yang kemudian melakukan tindakan-tindakan yang begitu menghina keindahan dari sebuah seni. Sungguh, jika itu adalah apa yang menimpa Hawthorn Lodge, saya tidak akan tinggal diam! Hormat saya, Jean-Pierre Braque II Hawthorn Lodge, Starfell Valley 4 Desember Lady Viscaria yang terhormat, Saya yakin benar jika Anda sedang disibukkan dengan permasalahan yang, menurut saya, cukup menguras tenaga ini. Namun demikian, saya akan sangat berterima kasih kepada Anda jika Lady Viscaria yang terkenal bijaksana ini berkenan memberikan nasihat atau saran, atau apapun itu, sehubungan dengan apa yang sedang terjadi di
Read more

Surat Jean-Pierre Braque; Bagian Dua

“Menarik,” gumam Azalea. Dia kemudian membolak-balikkan lembaran surat-surat Monsieur Braque dengan bingung. “Di mana kelanjutannya?” Rita menengadah ke arah Lady Viscaria yang masih dengan tenang duduk di kursi rodanya, berharap mendapat jawaban yang memuaskan karena dirinya pun begitu tertarik dengan apa yang baru saja dibacanya. “Meski kalian melihat-Nya seperti itu, lembaran surat lanjutannya tidak akan tiba-tiba muncul secara ajaib,” keluh Lady Viscaria. “Mungkinkah sesuatu terjadi padanya?” tanya Azalea. Lady Viscaria mengangguk. “Itu merupakan sesuatu yang jelas terjadi. Jika kau berpikir dia tidak dapat menyelesaikan surat itu karena penyakitnya, maka kau keliru. Jean-Pierre Braque adalah seseorang yang akan menyelesaikan sesuatu yang telah dimulainya—” “Tapi jika itu merupakan penyakit keras yang benar-benar mengharuskannya untuk berhenti menulis, maka..” potong Azalea. Lady Viscaria menggelengkan kepalanya. “Sayangku, coba pikirkanlah. Untuk apa dia repot-repot mengir
Read more

Decoding; Bagian Satu

Terdengar ketukan dari luar pintu ruang baca yang diikuti oleh suara gugup Vivian. Lady Viscaria meminta Rita untuk membukakan pintu dan membantu Vivian menyajikan teh yang tadi dimintanya. “Kenapa lama sekali Vivian?” tanya Lady Viscaria penuh selidik setelah Vivian masuk ke dalam ruangan. Vivian berdiri dengan tangan gemetar. Diambilnya nampan beserta peralatan teh yang dibawa gadis penggugup itu oleh Rita, yang kemudian dengan segera menyajikan teh ke cangkir-cangkir yang sudah disiapkan. “Ma-maaf Nyonya,” jawab Vivian sambil melirik Azalea yang masih terpaku pada surat Monsieur Braque. “Tadi Nona Azalea—” Mendengar namanya disebut dalam pembicaraan itu, pikiran Azalea dengan sekejap kembali ke ruang baca. Dia menatap Vivian dengan pandangan maksudmu-itu-salahku? Vivian yang dipandang dengan tatapan seperti itu sedikit tersentak dan semakin gugup. Melihat reaksi keduanya, Lady Viscaria segera mengerti apa yang telah terjadi dan tertawa geli. “Dia pikir kalian berdua sangat coco
Read more

Decoding; Bagian Dua

Sinar matahari mulai meninggalkan ruang baca, menjadikan ruangan itu sedikit gelap di sisi jauh jendela yang sedang ditempati oleh ketiga wanita yang sedang sibuk dengan urusan mereka. Azalea mengeluarkan ponselnya dan segera membuat catatan sederhana tentang siapa saja yang disebutkan dalam surat Monsieur Braque; Aardvark Echidna Angelfish Porcupine Scorpion Oyster Swordfish “Kita mulai dari Aardvark,” kata Azalea. “Apa saja yang kita ketahui tentangnya?” “Seseorang yang pernah menjalin hubungan asmara dengan Echidna dan pernah menikah dengan Scorpion,” jawab Rita dengan serius. “Ah, kalau kau mengatakannya seperti itu, rasanya dia adalah musuh setiap wanita—” “Tapi bukankah memang seperti itu?” Azalea hanya diam menatap Rita dengan canggung. Dia kemudian berdeham dan berkata, “Kita
Read more

Decoding; Bagian Tiga

Rita mengisi kembali cangkir-cangkir teh yang sudah kosong untuk terakhir kalinya. Selagi melakukan pekerjaannya, dia berpikir tentang kebiasaan aneh yang dimiliki Lady Viscaria. “Bagaimana bisa Nyonya meminum teh sebanyak ini,” pikir Rita. Sepertinya, apa yang sedang dipikirkan Rita dapat terbaca sepenuhnya oleh sang Nyonya rumah itu. “Rita, sayang, setiap orang pasti memiliki kebiasaan yang dapat membuat mereka bertahan dari berbagai macam persoalan,” jelas Lady Viscaria. “Bagi-Nya, minum teh di jam-jam tertentu merupakan kebiasaan yang dapat menjaga pikiran-Nya tetap terjaga.” “Ah, Nyonya mengagetkan saya,” balasa Rita tanpa sadar. “Saya hanya mengagumi kebiasaan Nyonya saja.” “Begitu, kah?” Rita menganggukkan kepalanya dan meletakkan teko teh yang sudah kosong. “Sepertinya acara minum teh ini akan lebih menyenangkan jika ada biskuit yang menemani. Saya akan keluar untuk mencari Vivian.” “Segeralah kembali,” pinta La
Read more

Perasaan dan Keputusan

I Hari itu udara jauh lebih dingin daripada biasanya. Orang-orang yang berlalu lalang di luar Titik Nol, sebuah coffee shop bertema vintage, mengenakan pakaian serba tebal dan aksesoris lainnya untuk menjaga tubuh mereka tetap hangat. Di antara orang-orang itu, seorang wanita berambut merah gelap yang mengenakan Duffle Coat biru tua berbahan wol sedang berjalan dengan gayanya yang penuh pesona—seakan-akan dirinya sedang berada di catwalk. Kassandra Meave membuka pintu masuk Titik Nol yang secara otomatis membunyikan bel di atas pintu itu. Belasan pasang mata segera tertuju pada kehadirannya yang terlihat mencolok dan sedikit tidak cocok dengan interior coffee shop yang bernuansa jadul itu. Terdengar bisik-bisik dari segala arah yang kemudian sedikit terhenti ketika suara seorang pemuda memanggil nama wanita itu. “Casey! Di sini,” panggil si pemuda yang sedang duduk dekat jendela yang menghadap ke luar. Kassandra tersenyum hingga muncul rona merah di pipinya yang putih. Dia melamb
Read more

Colin yang Beruntung

I Colin adalah anak terakhir dari tujuh bersaudara yang lahir dari pasangan bangsawan desa yang korup. Posisinya sebagai anak terakhir tidak memungkinkannya untuk meneruskan jejak sang ayah untuk memerintah desa tempat kelahirannya itu. Meski demikian, Colin adalah seorang anak yang pantang menyerah dan memiliki tujuan yang jelas—tidak seperti kakak-kakaknya yang hampir selalu bergantung pada orang tua mereka. Suatu ketika, kumpulan kebiasaan buruk sang ayah tumbuh menjadi buah yang harus dipetiknya. Karma datang menghampiri keluarga bangsawan desa itu layaknya badai yang mengamuk. Terlilit hutang yang menggunung dan dicabutnya gelar kebangsawanan mereka menjadikan keluarga itu jatuh miskin. Namun, ambisi gila sang ayah tidak dapat dihentikan. Dia mendidik ketujuh anak-anaknya untuk menapaki jalan yang sebelumnya mengarahkan dirinya ke masa-masa di mana uang bukan menjadi masalah untuknya—jalan yang mengarahkan anak-anak itu menuju dunia kriminal tanpa ampun. Colin tidak setuju de
Read more

Rahasia Jeremy Bresson

I “JEREMY!” Jeremy yang bertubuh tinggi melayangkan pandang ke segala arah untuk mencari asal suara itu. Seseorang terlihat di kejauhan sedang melambaikan tangannya tinggi-tinggi. Laki-laki itu setinggi Jeremy, namun tubuhnya sedikit lebih kekar. “JEREMY BRESSON!” “Ah, di sana kau rupanya,” pikir Jeremy seraya berjalan menembus lautan manusia yang memenuhi jalanan. “Apa kabar, bung?” tanya laki-laki itu setelah Jeremy berada di hadapannya. “Kulihat kau benar-benar akan tinggal cukup lama di sini.” Jeremy tidak sedikit pun menyembunyikan barang bawaannya yang begitu banyak. “Kau tahu sendiri, aku bukan tipe orang yang setengah-setengah. Di mana mobilmu?” “Ada di ujung jalan ini. Biar kubawakan sebagian barang-barangmu.” “Kau bercanda, kan? Tidak mungkin kita berjalan sejauh itu di jalanan yang penuh ini.” “Yah, kau tahu, aku baru saja mendapatkan warisan jadi aku mengganti mobil tua itu dengan sebuah Gladiator Rubicon—jalanan ini terlalu sempit untuk hewan buas itu.” “Cuaca ha
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status