I Colin adalah anak terakhir dari tujuh bersaudara yang lahir dari pasangan bangsawan desa yang korup. Posisinya sebagai anak terakhir tidak memungkinkannya untuk meneruskan jejak sang ayah untuk memerintah desa tempat kelahirannya itu. Meski demikian, Colin adalah seorang anak yang pantang menyerah dan memiliki tujuan yang jelas—tidak seperti kakak-kakaknya yang hampir selalu bergantung pada orang tua mereka. Suatu ketika, kumpulan kebiasaan buruk sang ayah tumbuh menjadi buah yang harus dipetiknya. Karma datang menghampiri keluarga bangsawan desa itu layaknya badai yang mengamuk. Terlilit hutang yang menggunung dan dicabutnya gelar kebangsawanan mereka menjadikan keluarga itu jatuh miskin. Namun, ambisi gila sang ayah tidak dapat dihentikan. Dia mendidik ketujuh anak-anaknya untuk menapaki jalan yang sebelumnya mengarahkan dirinya ke masa-masa di mana uang bukan menjadi masalah untuknya—jalan yang mengarahkan anak-anak itu menuju dunia kriminal tanpa ampun. Colin tidak setuju de
I “JEREMY!” Jeremy yang bertubuh tinggi melayangkan pandang ke segala arah untuk mencari asal suara itu. Seseorang terlihat di kejauhan sedang melambaikan tangannya tinggi-tinggi. Laki-laki itu setinggi Jeremy, namun tubuhnya sedikit lebih kekar. “JEREMY BRESSON!” “Ah, di sana kau rupanya,” pikir Jeremy seraya berjalan menembus lautan manusia yang memenuhi jalanan. “Apa kabar, bung?” tanya laki-laki itu setelah Jeremy berada di hadapannya. “Kulihat kau benar-benar akan tinggal cukup lama di sini.” Jeremy tidak sedikit pun menyembunyikan barang bawaannya yang begitu banyak. “Kau tahu sendiri, aku bukan tipe orang yang setengah-setengah. Di mana mobilmu?” “Ada di ujung jalan ini. Biar kubawakan sebagian barang-barangmu.” “Kau bercanda, kan? Tidak mungkin kita berjalan sejauh itu di jalanan yang penuh ini.” “Yah, kau tahu, aku baru saja mendapatkan warisan jadi aku mengganti mobil tua itu dengan sebuah Gladiator Rubicon—jalanan ini terlalu sempit untuk hewan buas itu.” “Cuaca ha
NARASI LEONARD WRIGHT I Di tengah-tengah hujan badai saat itu aku benar-benar tidak menyadarinya. Daniel Blalock yang ada di depanku segera menunjukkan ekspresi wajah yang seakan mengatakan, “Sudah kuduga hal seperti ini akan terjadi!”. Aku tidak benar-benar mengerti kenapa laki-laki itu menunjukkan ekspresi wajah yang demikian padahal kami hanya kembali ke cruiser yang terasa sepi. “Astaga, cepatlah,” desak Jean-Pierre Braque yang berada tepat di belakangku. Laju kami berdua terhenti oleh tubuh Daniel Blalock yang hanya berdiri mematung dan terlihat sedang mencari-cari sesuatu. Aku tidak begitu mengerti jadi aku sedikit mendorongnya untuk membuka jalan bagi Jean yang terus mendesak punggungku. “Ke mana perginya orang-orang?” tanya Jean. “Kurasa hanya Jeremy Bresson dan Kathleen Schumann yang tinggal di cruiser,” jawabku. “Tapi ini terlalu sepi—” Ombak menerjang cruiser tempat kami berdiri. Guncangan yang cukup kuat mengakibatkan kami bertiga kehilangan keseimbangan. Daniel seg
I Dia adalah seorang wanita berambut hitam selembut sutra, sebagaimana dijelaskan oleh Jean-Pierre Braque dalam suratnya, yang selalu terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Kathleen Schumann pertama diperkenalkan kepada kelompok orang-orang itu ketika dirinya sedang berada dalam kondisi mental yang tidak seimbang. Saat itu, kedua orang tuanya tewas dalam sebuah kecelakaan maut di sebuah persimpangan jalan yang licin karena salju. Malam yang gelap, jalan yang licin, dan sebuah truk angkutan yang tiba-tiba saja muncul. Kathleen masih berduka dan Jean tahu itu. Dia kemudian mengunjunginya untuk melihat keadaannya. Mereka berbincang empat mata saja sebelum akhirnya pelukis itu memutuskan untuk mengajaknya bergabung dengan teman-temannya—tentu saja itu jika mereka bersedia untuk menerima orang baru. “Bagaimana kabarmu?” tanya Jean. Kathleen hanya menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu apa yang kau rasakan saat ini, tapi aku akan selalu ada di sini untukmu.” “Terima kasih,
Kereta yang mengangkut penumpang dari Brightcrown City tiba pagi itu pukul sepuluh lebih tiga belas menit. Ditemani oleh Azalea dan Rita, Lady Viscaria turun dari kereta dan berjalan dengan santai di peron sambil mengamati lingkungan sekitar. Kedua matanya kemudian menangkap sesosok gadis berambut merah dengan bintik-bintik di wajahnya yang sedang berlari sambil melambaikan tangannya tinggi-tinggi.Lady Viscaria sebenarnya hanya ingat samar-samar tentang gadis itu, tapi setelah melihatnya kembali, sebuah senyum mengembang di wajahnya. Dia menatap gadis yang kini telah berdiri di hadapannya dengan takjub dan senang.“Kau terlihat lebih cekatan daripada sebelumnya, Stylle,” sapa Lady Viscaria. “Bagaimana kabarmu?”Wajah gadis itu sedikit merona. Dia sedikit salah tingkah tapi segera menahan rasa senangnya itu. Stylle membusungkan dadanya dan menunjukkan wajah penuh kepercayaan diri yang tinggi.“Saya telah mengerti maksud perkataan Anda waktu itu, dan—dengan bantuan dari Monsieur Braque
Jean-Pierre Braque memang memiliki jiwa seni yang unik. Salah satu keunikan yang dapat dikenali dari dirinya adalah nama tempat tinggalnya; Hawthorn Lodge. Bangunan yang disebut sebagai sebuah lodge itu dikelilingi oleh semak-semak berduri dan pepohonan Hawthorn, cukup sesuai dengan namanya. Namun, dari sisi lodge, bangunan itu lebih tepat jika dinamakan Hawthorn Castle karena bangunan itu jelas-jelas terlihat seperti kastil seorang conqueror.Hawthorn Lodge memiliki lima menara persegi besar; dua di bagian depan, dua di samping kiri dan kanan, dan satu di bagian belakang, mengerdilkan semua yang ada di bawahnya. Kelima menara itu dihubungkan oleh sebuah tembok besar dan kokoh yang terbuat dari batu merah tua. Jendela-jendela tinggi dan lebar tersebar di sana-sini di sekitar dinding dalam simetri yang terlihat sempurna—bersamaan dengan lubang-lubang dengan berbagai macam ukuran yang difungsikan untuk para pemanah dan artileri.Gerbang masuk kastil ini ditandai dengan adanya dua buah p
I “Sebuah kejutan yang luar biasa,” kata Jean-Pierre Braque. “Saya pikir Stylle akan menunggu seharian tanpa membawa berita baik, tapi di sinilah Anda saat ini.” “Bagaimana keadaan Anda, Monsieur Braque?” tanya Lady Viscaria sambil menggenggam tangan kurus laki-laki itu. Jean-Pierre Braque tertawa tertahan. Dia menatap mata Lady Viscaria dengan sedih. “Saya rasa keputusan membuat pertunjukan di akhir tahun ini adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya buat!” Lady Viscaria sedikit tidak mengerti maksud perkataannya, jadi dia hanya diam dan menunggu laki-laki itu melanjutkan apa yang ingin dikatakannya. “Anda tahu, sudah lama ini saya ingin membuat mereka membuka topeng dan menunjukkan wajah asli mereka, tapi selalu ada saja kecenderungan untuk mengakhiri semua ini baik-baik. Tidak, saya tidak bisa begitu!” “Siapa ‘mereka’ yang sedang Anda bicarakan ini?” “Para binatang itu,” sindir Jean-Pierre Braque. “Anda tentu sudah membaca surat saya.” Lady Viscaria mengangguk.
I“Kau tahu,” kata Azalea sambil memerhatikan ukuran ban Gladiator Rubicon. “Vis berbicara tentang diameter ban dan tekanannya. Sebenarnya aku nggak begitu mengerti, tapi yang paling jelas terlihat menurutku adalah lebar ban mobil ini. Seingatku, Ford Ranger dan Jeep ini memiliki lebar ban yang hampir sama—antara 265 milimeter hingga 285 milimeter. Mungkin, tekanannya juga sama.”Wanita itu kemudian berpindah ke Fat Bob 114 merah yang terparkir di sampingnya.“Lihat ini. Diameternya mungkin sama tapi lebar bannya lebih kecil. Ban depannya mungkin sekitar 150 milimeter, sedangkan ban belakangnya lebih besar—180 milimeter.”“Apa yang sebenarnya ingin Nona katakan?”“Jejak ban, Rita, jejak ban. Kedua kendaraan ini melewati jalan berlumpur yang sama dengan kita. Menurut Stylle, itu satu-satunya jalan yang bisa dilalui untuk bisa sampai di tempat ini. Belum lagi, kita masih harus melaju di atas jembatan batu itu.”Rita seperti sedang menyadari sesuatu, lalu dia berkata, “Jejak ban berlumpu
Sebelas Januari di tahun itu merupakan sebuah hari di mana Brightcrown City menerima ucapan selamat tahun baru yang mengejutkan dan mematikan. Melihat bagaimana kondisi stasiun kereta bawah tanah East Brightcrown Tube setelah terjadinya ledakan gas beracun dan sebuah taksi yang secara tiba-tiba meledak dan terbakar di jalan berliku menuju Paradis Hill—siapapun pelakunya, mereka telah benar-benar berhasil melukai hati Lady Viscaria dan para penduduk kota itu. Kepolisian Brightcrown City, tentu saja, menjadi sebuah neraka yang dipenuhi orang-orang dengan emosi yang hampir tidak terkendali setelah laporan terjadinya dua insiden itu masuk dari berbagai penjuru. Kekacauan yang pecah di dalam sana membuat hampir semua orang menjadi sangat sibuk. Namun, melihat bagaimana mengerikannya situasi di East Brightcrown Tube, stasiun kereta bawah tanah itu dengan jelas mendapat perhatian lebih dari para polisi dan petugas medis. Inspektur LeBlanc yang sedang menghabiskan pagi akhir pekannya segera
Si kembar Emily dan Barney Jess—juga Sully Anne, ditempatkan di tiga safehouse yang berbeda. Masing-masing safehouse merupakan tiga bangunan yang dari tampilannya terlihat cukup sederhana di tengah-tengah kota sehingga menjadikannya sebagai sebuah lokasi yang tidak mencolok.Kehidupan ketiga orang itu juga dapat dikatakan sangat baik bagi orang-orang yang sedang bersembunyi. Emily Jess, meskipun di larang menghubungi Keluarga Jess, menjalani kehidupan sehari-harinya dengan menekuni hobi lamanya dan sedikit melakukan eksperimen dengan senyawa-senyawa beracun atas izin Lady Viscaria. Beberapa polisi yang ditugaskan untuk tinggal bersama Emily merasa khawatir dengan apa yang dilakukan wanita itu, namun Lady Viscaria berhasil meyakinkan mereka jika Emily tidak akan menjadikan para polisi itu sebagai kelinci percobaannya.“Apakah Anda benar-benar mengizinkannya melakukan semua percobaan itu?” tanya serang polisi kepada Lady Viscaria setelah terjadi sebuah insiden kecil di laboratorium Emil
Senin, 22 April 2024/09:51 MalamRuang Baca Lady Viscaria“Hanya ada satu hal yang Dia inginkan darimu dan itu bukanlah sikap keras kepala ini! Dengarkan Dia baik-baik, Emily, Ludwig adalah kriminal yang tidak boleh kita sepelekan. Bantu Dia untuk meringkusnya dengan berkata jujur.”Emily terlihat sedikit gentar dan secara perlahan benteng pertahanannya mulai runtuh. Air matanya kembali mengalir dan dengan susah payah wanita itu berusaha menenangkan dirinya.“Akan sangat masuk akal jika alasanmu melakukan semua hal tidak masuk akal ini adalah karena Sully Anne berada dalam situasi yang sulit—situasi yang berbahaya. Namun, sekali lagi Dia ingatkan bahwa wanita itu sudah berada dalam perlindungan-Nya.”Emily mengangguk dengan pasrah, lalu dia berkata, “Itu memang benar. Ludwig memang mengancam akan membunuhnya jika salah satu dari kami berdua tidak melakukan apa yang dikatakannya.”“Kami bedua?” ulang Lady Viscaria. “Kau tidak sedang berbicara tentang Sully Anne.”Lawan bicara wanita pa
Dengan bantuan Vivian, Godfrey menyiapkan teh dan cemilan di dapur. Sedangkan yang lainnya duduk di ruang keluarga dengan ketegangan yang masih tersisa di sana.“Jadi,” ucap Azalea memecah keheningan. “Apa yang ingin kau bicarakan?”“Tunggulah hingga Dia dapat mencium aroma teh yang sedang disiapkan Godfrey.”Jawaban Lady Viscaria benar-benar tidak membantu mengurai suasana yang ada di sana. Azalea menjadi sedikit kesal dengannya dan mulai mengobrol tentang sesuatu yang hanya diketahui olehnya dan Rita.“Siapa yang sedang bersama Anda ini, Inspektur LeBlanc?” tanya Alphonse.“Oh, benar. Dia anggota baru dalam tim saya, Pearce.”Pearce mengangguk kepada Alphonse sambil tersenyum, lalu dia berkata, “Anda pasti putra Lady Viscaria. Saya tahu sedikit banyak kasus yang Anda tangani.”“Apakah Anda memeriksa latar belakang saya?”“Tentu bukan itu maksud saya,” jawab Peace cepat-cepat. “Ketika saya masih berada di Akademi, banyak orang membicarakan kehebatan Anda dalam memecahkan berbagai mac
Rabu, 8 Januari 2025/09:17 PagiRuang Keluarga Wisteria Manor“Jadi, apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku?” tanya Azalea setelah dirinya merasa cukup dengan basa basi Alphonse. “Kau membuat dirimu terdengan cukup serius tadi.”Rita melirik Alphonse dan berhenti dari permainannya.“Itu benar. Jika ini sesuatu yang serius, saya lebih baik tidak ada di sini.”Alphonse menatap kedua wanita itu secara bergantian dan berkata, “Ini tentang kasus yang kalian tangani sebelum malam panjang yang harus kalian lalui di Hawthorn Lodge.”Mendengar pertanyaan yang tidak terduga dari Alphonse itu, Azalea dan Rita saling bertukar pandang. Rita mengangkat bahunya kepada Azalea—yang membuat wanita itu mengeluh dan menoleh ke arah Alphonse sambil bertanya, “The Frappuccino Murder?”“The what?” tanya Alphonse dengan bingung. “Kau nggak sedang bercanda, ‘kan?”“Aku memang menyebutnya bagitu,” kata Azalea dengan serius.Alphonse hampir tertawa namun disadarinya bahwa tatapan Azalea dan Rita benar
09:33 MalamDengan langkah pendek dan berat, Emily Jess berjalan menuju ruang baca Lady Viscaria. Sesekali dia akan berhenti dan melihat ke luar jendela yang berada di sisi kirinya. Malam itu begitu sunyi dan menyesakkan—hampir-hampir membuat kedua tangan dan kakinya tidak berhenti bergetar. Emily menggenggam tangannya erat-erat di dekat dadanya dan melanjutkan langkah kakinya.“Rasanya seperti sedang menuju tiang gantungan,” gumam Emily.Wanita itu berhenti di depan pintu ruang baca dan memberanikan diri untuk mengetuk. Beberapa saat dia menunggu tapi tidak ada jawaban dari dalam. Emily mengetuk sekali lagi dengan sedikit lebih keras.“Masuk,” kata suara dari dalam ruang baca.Mendengar suara Lady Viscaria yang begitu dingin dan tegas, Emily segera membuka pintu dengan hati-hati.Ketika pintu terbuka, kondisi di ruang baca cukup mengejutkan Emily.Tidak ada satupun lampu di ruangan itu yang menyala—perapian pun tidak. Satu-satunya cahaya yang menerangi sebagian tempat itu adalah caha
Sebuah mobil polisi memperlambat lajunya ketika berbelok memasuki gerbang Wisteria Manor yang terbuat dari bebatuan setinggi satu meter dengan tiang-tiang besi yang tertancap padanya membentuk sebuah pagar kokoh mengitari kediaman sang detektif. Jalan masuknya yang sedikit berputar mengitari taman bunga dan pepohonan wisteria membuat siapapun yang datang berkunjung akan secara tidak langsung menikmati keindahan pemandangan itu.“Sudah lama saya tidak mengunjungi tempat ini,” kata seorang polisi yang duduk dibelakang kemudi sambil sesekali mengagumi lingkungan tempat tinggal Lady Viscaria.“Kau berbicara seolah-olah ini adalah sebuah lokasi wisata,” sindir Inspektur LeBlanc. “Perhatikan saja jalannya, aku tidak ingin membuat masalah dengan wanita itu.”Polisi yang sedang mengemudi itu tertawa mendengar kata-kata atasannya yang hampir tidak pernah didengarnya ketika sedang bertugas.“Saya selalu menikmati kunjungan ke Wisteria Manor karena selain tamannya yang indah, saya berkesempatan
Ruang makan Wisteria Manor terletak di lantai satu—tepatnya di sebelah kanan foyer. Ruangan itu berbentuk persegi panjang dan memiliki dua sisi terbuka berbentuk L di mana sisi lebarnya menghadap tangga di foyer yang menuju ke lantai dua, sedangkan sisi panjangnya menghadap ke dapur. Malam itu merupakan salah satu malam yang cukup tenang dan hangat di kediaman Lady Viscaria yang hampir setiap waktunya menerima surat-surat berisikan permohonan penyelidikan dan lain sebagainya. Malam itu, Lady Viscaria meletakkan topengnya dan tersenyum dengan kepuasan yang terasa asing. “Ini malam yang menyenangkan,” gumamnya. Dilihatnya Vivian dan Rita yang sedang sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk malam itu sambil sesekali bercanda—yang tentu saja membuat Vivian sering melirik majikannya karena bertingkah saat bekerja. Namun, Lady Viscaria berpura-pura untuk tidak melihatnya dan sebisa mungkin tidak memunculkan pandangan penuh selidik ke arah gadis canggung itu. Di seberang meja makan, Aza
I “Selamat datang, Nyonya,” sambut Vivian dengan penuh perasaan lega. “Biar saya bawakan barang-barang Anda.” “Terima kasih, Vivian.” Gadis itu segera mengambil barang-barang bawaan Lady Viscaria dan membawanya masuk ke dalam rumah, meninggalkan majikannya yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam Wisteria Manor. Lady Viscaria berhenti sejenak sambil memejamkan matanya. Azalea dan Rita yang ada di belakangnya hanya menunggu tanpa pikiran penuh pertanyaan. Bagi mereka, apa yang dilakukan Lady Viscaria adalah sesuatu yang biasa—sebuah ritual yang dilakukannya ketika kembali ke habitatnya. “Sepertinya ada yang baru di sini,” ucap Lady Viscaria. “Aku nggak melihat ada dekorasi baru di sini,” kata Azalea. “Bukan—bukan itu, ada orang lain selain Vivian dan para pelayan lainnya.” Mendengar perkataan Lady Viscaria yang cukup mencurigakan, Azalea dan Rita segera mengambil posisi berisiap untuk kemungkinan terburuk yang dapat mereka alami. Si wanita paruh baya menoleh ke arah me