I“Kau tahu,” kata Azalea sambil memerhatikan ukuran ban Gladiator Rubicon. “Vis berbicara tentang diameter ban dan tekanannya. Sebenarnya aku nggak begitu mengerti, tapi yang paling jelas terlihat menurutku adalah lebar ban mobil ini. Seingatku, Ford Ranger dan Jeep ini memiliki lebar ban yang hampir sama—antara 265 milimeter hingga 285 milimeter. Mungkin, tekanannya juga sama.”Wanita itu kemudian berpindah ke Fat Bob 114 merah yang terparkir di sampingnya.“Lihat ini. Diameternya mungkin sama tapi lebar bannya lebih kecil. Ban depannya mungkin sekitar 150 milimeter, sedangkan ban belakangnya lebih besar—180 milimeter.”“Apa yang sebenarnya ingin Nona katakan?”“Jejak ban, Rita, jejak ban. Kedua kendaraan ini melewati jalan berlumpur yang sama dengan kita. Menurut Stylle, itu satu-satunya jalan yang bisa dilalui untuk bisa sampai di tempat ini. Belum lagi, kita masih harus melaju di atas jembatan batu itu.”Rita seperti sedang menyadari sesuatu, lalu dia berkata, “Jejak ban berlumpu
I Senin, 30 Desember 2024/09:47 Malam Lampu-lampu kecil bertutup kaca yang tergantung di setiap kolom basal menerangi tingkat bawah aula tahta Hawthorn Lodge—yang dialihfungsikan menjadi sebuah ruang makan oleh Jean-Pierre Braque. Cahayanya menyelimuti aula itu dalam pancaran yang hangat. Lukisan malaikat di langit-langit menari dalam cahaya yang berkelap-kelip sementara patung-patung berbetuk hewan memandang ke lantai marmer aula yang megah. Permadani saffron berwana merah membentang di tengah-tengah ruangan dan membagi lantai aula itu menjadi dua bagian yang mengarah keluar. Di salah satu dinding aula itu, spanduk-spanduk khas kastil—dengan dekorasinya yang mengilap, digantung dengan apik. Di antara setiap spanduk, tergantung sebuah lentera yang banyak di antaranya masih dinyalakan—cahaya dari lentera-lentera itu menerangi mural sosok-sosok pahlawan di bawah mereka. Sedangkan di satu sisi dinding yang lain
I Selasa, 31 Desember 2024/10:18 Pagi Kassandra Meave sedang menikmati hangatnya mentari pagi itu di kebun kebanggaan Jean-Pierre Braque. Sama seperti malam sebelumnya, dia meminta Stylle untuk mengantarkan sarapannya ke kamar. Wanita itu terlihat begitu tertutup dan menyendiri—jauh berbeda dari penjelasan sang tuan rumah dalam suratnya. Kesempatan pagi itu dimanfaatkan oleh Lady Viscaria untuk menyapanya. Wanita paruh baya itu menghampirinya dengan tangan terbuka dan secara perlahan, seperti seseorang yang berusaha mendekati kucing liar yang kelaparan. “Anda tentunya Lady Viscaria, Pemimpin Keluarga Bangsawan Wisteria, yang terkenal itu,” sapa Kassandra dengan senyum yang dipaksakan. “Bonjour,” balas Lady Viscaria. Kassandra tidak memedulikan kehadiran sang detektif dan tetap menatap air mancur dengan pandangan kosong. Lady Viscaria duduk di seberang meja dan memerhatikan profil wajah wanita
Selasa, 31 Desember 2024/07:40 Malam“Nah, sepertinya semua tamu telah berkumpul,” gumam Stylle yang berdiri di kejauhan.Salah seorang pelayan pria yang baru saja kembali dari meja makan mendengarnya dan bertanya apa maksudnya. Stylle hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum padanya. Namun, sepertinya jawaban yang diberikan gadis muda yang bersemangat itu tidak memuaskan si pelayan, jadi dia bertanya lagi.“Bukan apa-apa. Aku hanya merasa jika malam ini akan menjadi malam yang luar biasa,” jawab Stylle.“Tapi,” kata si pelayan. “Aku merasa jika perkataanmu tadi seperti mengisyaratkan sesuatu. Kau tahu, rasanya seperti pemburu yang telah menyiapkan perangkap untuk buruannya.”Stylle tertawa geli dan menepuk bahu si pelayan.“Kembalilah bekerja. Aku akan segera kembali ke dapur setelah menemui Monsieur Braque.”Aula tahta yang begitu besar itu tera
I “Aku nggak ada masalah dengan pasangan yang bermesra-mesraan dihadapanku,” protes Azalea ketika ditanya maksud dari sikapnya di ruang makan oleh Lady Viscaria. “Aku hanya sedang nggak berminat melihatnya.” “Apakah karena perkataan Kassandra Meave tentang Alphonse?” tanya Rita. Azalea menggelengkan kepalanya. “Jujur saja,” ucap wanita itu sambil menatap jauh ke luar jendela. “Jika bocah itu mau dengannya, aku nggak akan menghalanginya.” Lady Viscaria dan Rita sama-sama menatap Azalea dengan galak. “Oh, haha—maafkan aku. Bukan begitu maksudku,” kata Azalea yang segera menyadari tatapan mereka berdua. “Jadi, apa yang membawa kalian ke sini? Tentunya bukan karena aku, ‘kan?” Lady Viscaria duduk di kasurnya dan Rita duduk di depan meja rias. Rita menggelengkan kepalanya dan menceritakan apa yang terjadi setelah kepergian Azalea. “Kenapa para pria suka sekali berkelahi?” gerutu Azalea. “Tapi, bukankah lebih
I“Saya akan beritakan hal ini kepada Nyonya.”“Rita, tunggu sebentar. Tolong kumpulkan semua orang di aula kosong lantai ini—yang memisahkan kamar Dokter Blalock dan kamar Leonard Wright, dan katakan jika ini adalah perintah Jean-Pierre Braque.”Rita menatap Azalea dengan penuh pertanyaan.“Si pembunuh telah membuat satu langkah besar mendahului kita. Aku nggak suka tertinggal seperti ini, jadi kita akan mulai mengambil alih—percayalah padaku.”“Saya mengerti.”Setelah memohon diri, wanita itu bergegas menyeberangi lorong remang-remang dan menuju sayap kiri lantai tiga. Ditemukannya dua orang pelayan yang telah melihatnya dari ujung lorong.“Ada apa, Nona Rita?” tanya salah seorang pelayan.“Kalian memiliki ponsel?”Kedua pelayan itu saling pandang dengan keheranan.“Kami memang memiliki ponsel—tapi se
Hampir semua orang telah berkumpul di tempat yang ditetapkan. Wajah-wajah penuh kecemasan dan perhatian menoleh ke arah Lady Viscaria yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke tempat itu. Di situasi yang berbeda, aula itu akan menjadi tempat berkumpul yang menakjubkan. Namun kali ini, perabotan mewah dan langit-langit tinggi yang berhiaskan ukiran-ukiran unik tidak lagi menarik perhatian mereka.“Dan mengatakan jika kami adalah tersangka pembunuhan,” celetuk Patricia dengan khawatir. “Apakah benar begitu?”“Tolong duduklah, Mademoiselle,” pinta Lady Viscaria. “Azalea akan menjelaskan situasinya.”Wanita yang disebut itu melirik ke arah Lady Viscaria yang sedang mengambil kursi dan duduk dengan tenang. Dia menatap mata Azalea dan seketika itu juga dia segera mengerti apa yang ingin dilakukan oleh si wanita paruh baya itu.“Baiklah, aku mengerti,” kata Azalea.Sementara wanita itu menjelaskan situasi yang sedang terjadi, Lady Viscaria dengan hati-hati dan teliti menilai wajah-wajah y
Semua pasang mata tertuju kepadanya. Mereka menatap juru masak itu dengan penuh prasangka dan rasa tidak percaya, namun situasi itu tidak sedikitpun membuat sang juru masak merasa gugup. Dia berdeham—berusaha membersihkan tenggorokannya, lalu menatap balik mata Lady Viscaria dengan penuh rasa percaya diri.“Anda tahu,” ucapnya. “Itu hanya untuk mempermudah saja. Awalnya memang saya tidak tahu apa-apa. Bahkan saya sempat bertanya kepada gadis ini kenapa Monsieur Braque meminta kami berkumpul di aula lantai tiga—yang hampir tidak pernah digunakan itu.”“I-Itu benar,” tambah si pelayan wanita. “Dia tadi memang bertanya begitu.”“Nah,” lanjut si juru masak. “Setelah berada di sini, semuanya menjadi jelas. Kami diberitahu jika Monsieur Braque telah tiada. Jadi, jawaban saya hanya untuk menyingkat kata-kata saja.”Lady Viscaria tersenyum, lalu berkata, “Baiklah. Sepertinya Anda memang tidak tahu apa-apa tentang hal ini.”Si juru masak mengangguk.“Memang saya tidak tahu apa-apa.”Wanita par
Sebelas Januari di tahun itu merupakan sebuah hari di mana Brightcrown City menerima ucapan selamat tahun baru yang mengejutkan dan mematikan. Melihat bagaimana kondisi stasiun kereta bawah tanah East Brightcrown Tube setelah terjadinya ledakan gas beracun dan sebuah taksi yang secara tiba-tiba meledak dan terbakar di jalan berliku menuju Paradis Hill—siapapun pelakunya, mereka telah benar-benar berhasil melukai hati Lady Viscaria dan para penduduk kota itu. Kepolisian Brightcrown City, tentu saja, menjadi sebuah neraka yang dipenuhi orang-orang dengan emosi yang hampir tidak terkendali setelah laporan terjadinya dua insiden itu masuk dari berbagai penjuru. Kekacauan yang pecah di dalam sana membuat hampir semua orang menjadi sangat sibuk. Namun, melihat bagaimana mengerikannya situasi di East Brightcrown Tube, stasiun kereta bawah tanah itu dengan jelas mendapat perhatian lebih dari para polisi dan petugas medis. Inspektur LeBlanc yang sedang menghabiskan pagi akhir pekannya segera
Si kembar Emily dan Barney Jess—juga Sully Anne, ditempatkan di tiga safehouse yang berbeda. Masing-masing safehouse merupakan tiga bangunan yang dari tampilannya terlihat cukup sederhana di tengah-tengah kota sehingga menjadikannya sebagai sebuah lokasi yang tidak mencolok.Kehidupan ketiga orang itu juga dapat dikatakan sangat baik bagi orang-orang yang sedang bersembunyi. Emily Jess, meskipun di larang menghubungi Keluarga Jess, menjalani kehidupan sehari-harinya dengan menekuni hobi lamanya dan sedikit melakukan eksperimen dengan senyawa-senyawa beracun atas izin Lady Viscaria. Beberapa polisi yang ditugaskan untuk tinggal bersama Emily merasa khawatir dengan apa yang dilakukan wanita itu, namun Lady Viscaria berhasil meyakinkan mereka jika Emily tidak akan menjadikan para polisi itu sebagai kelinci percobaannya.“Apakah Anda benar-benar mengizinkannya melakukan semua percobaan itu?” tanya serang polisi kepada Lady Viscaria setelah terjadi sebuah insiden kecil di laboratorium Emil
Senin, 22 April 2024/09:51 MalamRuang Baca Lady Viscaria“Hanya ada satu hal yang Dia inginkan darimu dan itu bukanlah sikap keras kepala ini! Dengarkan Dia baik-baik, Emily, Ludwig adalah kriminal yang tidak boleh kita sepelekan. Bantu Dia untuk meringkusnya dengan berkata jujur.”Emily terlihat sedikit gentar dan secara perlahan benteng pertahanannya mulai runtuh. Air matanya kembali mengalir dan dengan susah payah wanita itu berusaha menenangkan dirinya.“Akan sangat masuk akal jika alasanmu melakukan semua hal tidak masuk akal ini adalah karena Sully Anne berada dalam situasi yang sulit—situasi yang berbahaya. Namun, sekali lagi Dia ingatkan bahwa wanita itu sudah berada dalam perlindungan-Nya.”Emily mengangguk dengan pasrah, lalu dia berkata, “Itu memang benar. Ludwig memang mengancam akan membunuhnya jika salah satu dari kami berdua tidak melakukan apa yang dikatakannya.”“Kami bedua?” ulang Lady Viscaria. “Kau tidak sedang berbicara tentang Sully Anne.”Lawan bicara wanita pa
Dengan bantuan Vivian, Godfrey menyiapkan teh dan cemilan di dapur. Sedangkan yang lainnya duduk di ruang keluarga dengan ketegangan yang masih tersisa di sana.“Jadi,” ucap Azalea memecah keheningan. “Apa yang ingin kau bicarakan?”“Tunggulah hingga Dia dapat mencium aroma teh yang sedang disiapkan Godfrey.”Jawaban Lady Viscaria benar-benar tidak membantu mengurai suasana yang ada di sana. Azalea menjadi sedikit kesal dengannya dan mulai mengobrol tentang sesuatu yang hanya diketahui olehnya dan Rita.“Siapa yang sedang bersama Anda ini, Inspektur LeBlanc?” tanya Alphonse.“Oh, benar. Dia anggota baru dalam tim saya, Pearce.”Pearce mengangguk kepada Alphonse sambil tersenyum, lalu dia berkata, “Anda pasti putra Lady Viscaria. Saya tahu sedikit banyak kasus yang Anda tangani.”“Apakah Anda memeriksa latar belakang saya?”“Tentu bukan itu maksud saya,” jawab Peace cepat-cepat. “Ketika saya masih berada di Akademi, banyak orang membicarakan kehebatan Anda dalam memecahkan berbagai mac
Rabu, 8 Januari 2025/09:17 PagiRuang Keluarga Wisteria Manor“Jadi, apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku?” tanya Azalea setelah dirinya merasa cukup dengan basa basi Alphonse. “Kau membuat dirimu terdengan cukup serius tadi.”Rita melirik Alphonse dan berhenti dari permainannya.“Itu benar. Jika ini sesuatu yang serius, saya lebih baik tidak ada di sini.”Alphonse menatap kedua wanita itu secara bergantian dan berkata, “Ini tentang kasus yang kalian tangani sebelum malam panjang yang harus kalian lalui di Hawthorn Lodge.”Mendengar pertanyaan yang tidak terduga dari Alphonse itu, Azalea dan Rita saling bertukar pandang. Rita mengangkat bahunya kepada Azalea—yang membuat wanita itu mengeluh dan menoleh ke arah Alphonse sambil bertanya, “The Frappuccino Murder?”“The what?” tanya Alphonse dengan bingung. “Kau nggak sedang bercanda, ‘kan?”“Aku memang menyebutnya bagitu,” kata Azalea dengan serius.Alphonse hampir tertawa namun disadarinya bahwa tatapan Azalea dan Rita benar
09:33 MalamDengan langkah pendek dan berat, Emily Jess berjalan menuju ruang baca Lady Viscaria. Sesekali dia akan berhenti dan melihat ke luar jendela yang berada di sisi kirinya. Malam itu begitu sunyi dan menyesakkan—hampir-hampir membuat kedua tangan dan kakinya tidak berhenti bergetar. Emily menggenggam tangannya erat-erat di dekat dadanya dan melanjutkan langkah kakinya.“Rasanya seperti sedang menuju tiang gantungan,” gumam Emily.Wanita itu berhenti di depan pintu ruang baca dan memberanikan diri untuk mengetuk. Beberapa saat dia menunggu tapi tidak ada jawaban dari dalam. Emily mengetuk sekali lagi dengan sedikit lebih keras.“Masuk,” kata suara dari dalam ruang baca.Mendengar suara Lady Viscaria yang begitu dingin dan tegas, Emily segera membuka pintu dengan hati-hati.Ketika pintu terbuka, kondisi di ruang baca cukup mengejutkan Emily.Tidak ada satupun lampu di ruangan itu yang menyala—perapian pun tidak. Satu-satunya cahaya yang menerangi sebagian tempat itu adalah caha
Sebuah mobil polisi memperlambat lajunya ketika berbelok memasuki gerbang Wisteria Manor yang terbuat dari bebatuan setinggi satu meter dengan tiang-tiang besi yang tertancap padanya membentuk sebuah pagar kokoh mengitari kediaman sang detektif. Jalan masuknya yang sedikit berputar mengitari taman bunga dan pepohonan wisteria membuat siapapun yang datang berkunjung akan secara tidak langsung menikmati keindahan pemandangan itu.“Sudah lama saya tidak mengunjungi tempat ini,” kata seorang polisi yang duduk dibelakang kemudi sambil sesekali mengagumi lingkungan tempat tinggal Lady Viscaria.“Kau berbicara seolah-olah ini adalah sebuah lokasi wisata,” sindir Inspektur LeBlanc. “Perhatikan saja jalannya, aku tidak ingin membuat masalah dengan wanita itu.”Polisi yang sedang mengemudi itu tertawa mendengar kata-kata atasannya yang hampir tidak pernah didengarnya ketika sedang bertugas.“Saya selalu menikmati kunjungan ke Wisteria Manor karena selain tamannya yang indah, saya berkesempatan
Ruang makan Wisteria Manor terletak di lantai satu—tepatnya di sebelah kanan foyer. Ruangan itu berbentuk persegi panjang dan memiliki dua sisi terbuka berbentuk L di mana sisi lebarnya menghadap tangga di foyer yang menuju ke lantai dua, sedangkan sisi panjangnya menghadap ke dapur. Malam itu merupakan salah satu malam yang cukup tenang dan hangat di kediaman Lady Viscaria yang hampir setiap waktunya menerima surat-surat berisikan permohonan penyelidikan dan lain sebagainya. Malam itu, Lady Viscaria meletakkan topengnya dan tersenyum dengan kepuasan yang terasa asing. “Ini malam yang menyenangkan,” gumamnya. Dilihatnya Vivian dan Rita yang sedang sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk malam itu sambil sesekali bercanda—yang tentu saja membuat Vivian sering melirik majikannya karena bertingkah saat bekerja. Namun, Lady Viscaria berpura-pura untuk tidak melihatnya dan sebisa mungkin tidak memunculkan pandangan penuh selidik ke arah gadis canggung itu. Di seberang meja makan, Aza
I “Selamat datang, Nyonya,” sambut Vivian dengan penuh perasaan lega. “Biar saya bawakan barang-barang Anda.” “Terima kasih, Vivian.” Gadis itu segera mengambil barang-barang bawaan Lady Viscaria dan membawanya masuk ke dalam rumah, meninggalkan majikannya yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam Wisteria Manor. Lady Viscaria berhenti sejenak sambil memejamkan matanya. Azalea dan Rita yang ada di belakangnya hanya menunggu tanpa pikiran penuh pertanyaan. Bagi mereka, apa yang dilakukan Lady Viscaria adalah sesuatu yang biasa—sebuah ritual yang dilakukannya ketika kembali ke habitatnya. “Sepertinya ada yang baru di sini,” ucap Lady Viscaria. “Aku nggak melihat ada dekorasi baru di sini,” kata Azalea. “Bukan—bukan itu, ada orang lain selain Vivian dan para pelayan lainnya.” Mendengar perkataan Lady Viscaria yang cukup mencurigakan, Azalea dan Rita segera mengambil posisi berisiap untuk kemungkinan terburuk yang dapat mereka alami. Si wanita paruh baya menoleh ke arah me