Home / Thriller / Mayat di Balik Plafon / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Mayat di Balik Plafon: Chapter 121 - Chapter 130

142 Chapters

121. Incarannya

“Kenapa diam, Biy?! Biy, lo incer gue selama ini hah?! Buat apa lo nyimpen foto gue bahkan di saat kita nggak kenal?!” sergah Adhisti. “Jangan bilang semua cerita lo soal Melody itu bohong! Jangan bilang ternyata Melody itu korban lo? Dan gue bakal jadi korban lo selanjutnya?!” “Ngomong apaan sih lo, Dhis! Gue belum jelasin! Jangan main nuduh!” sergah Abbiyya. “Apa?! Apa yang mau lo jelasin? Mau bohong lagi?!” sergah Adhisti. “Ahhh, gue tahu sekarang! Apa karena ini lo berusaha mati-matian keluarin gue dari penjara bahkan sampai bela-belain lencana lo itu? Karena lo udah incar gue dari lama ‘kan! Dan abah! Kenaoa lo nggak pernah cerita kalau lo kenal sama abah?!” sergah Adhisti kini napasnya tampak amat memburu. Abbiyya yang saat itu sedikit syok dengan semua rahasia yang selama ini berusaha ia tutup rapat tiba-tiba harus terbongkar dengan sebegini rancunya. “Ahh, ternyata Rio bener! Kalian itu! Lo, Rio, Bang Rafa! Senuanya sama!! Kalian semua sama bejatnya! Biasanya ada kelihat
last updateLast Updated : 2023-04-24
Read more

122. Pergi Darinya

Adhisti yang saat itu berada di atas motor ojek yang ia cegat di depan kantor polisi tampak membuka ponselnya dengan tergesa sambil sesekali sesenggukan. “Neng, jangan nangis, Neng! Nanti dikira saya culik, Neng lagi!” lirih sang ojek sambil melihat Adhisti dari kaca jendelanya. “Siapa yang bilang?! Sini biar gue tampil. Udah bapak fokus nyetir aja!” sergah Adhisti lalu kembali fokus pada ponselnya. Gadis itu tampak segera mencabut kartu perdananya dan mematahkannya seketika. Napasnya yang memburu tampak menggambarkan emosi dan kekecewaannya. “Kenapa nggak ada cowok yang bener di hidup gue?! Jadi selama ini kebaikan Abbiyya cuma karena gue jadi incaran dia? Kenapa dia harus kaya gini? Kalau orang yang gue percaya aja bisa lakuin hal kaya gini, gimana sama orang kain?!” gumam Adhisti lalu mengusap air matanya. Sesampainya gadis itu di depan pelataran Apartemen Bumi Tua 1996 ia segera membayar sang ojek lalu berlari masuk ke dalam apartemen. “Gue harus menjauh dari Abbiyya! Dia bi
last updateLast Updated : 2023-04-24
Read more

123. Penjelasan Sia-Sia

“Lo salah paham, Dhis!! Gue nggak kaya apa yang ada di pikiran lo! Gue bisa jelasin semuanya! Semua apa yang mau lo tahu gue janji gue bakal jelasin ke lo!” pekik Abbiyya. Rafandra tampak melebarkan tangannya guna menutup Adhisti dari Abbiyya yang sedikit maju dan mendekatkan dirinya ke arah Rafa dan Adhisti. “Lo tenangin diri lo dulu, Chaay! Biar gue yang ngomong sama Abbiyya, okey?” lirih Rafa sembari sedikit berbalik menatap Adhisti lalu sebentar mengecup keningnya. “Lo ikut gue, kita ngobrol di dalam. Dan jangan paksa Chaaya buat ngomong dulu sama lo. Dia butuh waktu buar semua kekacauan yang menyangkut lo!” pekik Rafa. Abbiyya tak bisa menolak, daripada dirinya tak bisa menyampaikan kebenaran dan membuat Adhisti tak lagi salah sangka padanya, lebih baik ia yang mengalah bukan? Rafa membawa Abbiyya masuk ke dalam ruangan warnet. Baru saja pria itu duduk di sebelah Rafa, Adhisti tampak berlari melewati depan warnet. Mungkin saja gadis itu berniat untuk pulang dan mengunci diri
last updateLast Updated : 2023-04-25
Read more

124. Martabak Manis

Rafa berjalan menyusuri koridor lantai tujuh dengan sebuah kantong plastik berisi kardus martabak manis rasa cokelat, kacang, keju kesukaan Adhisti. Sebelum pria itu membuka pintunya atau barang hanya mengetuknya, ia membuka ponselnya lalu menekan salah satu nomor yang pagi tadi ia hubungi. Siapa lagi jika bukan Szi. [“Hai, Sayang! Apa kau telah memeriksa daftar harganya? Bagaimana? Kita jadi berkencan malam ini bukan? Aku sedang sibuk berdandan di depan cermin untuk memberikan penampilan menarikku malam ini padamu!”] cerocos Szi saat baru saja telepon itu tersambung. “Ehm, Sayang! Dengarin gue. Lo tahu Chaaya ‘kan? Dia ada masalah dan gue belum tahu bisa tinggalin dia atau enggak. Jadi gimana kalau, kalau kita tunda makan malam kita? Kita masih punya esok ‘kan?” pinta Rafa sedikit canggung. [“Kau bercanda ‘kan?!”] sergah Szi tampak langsung meninggikan nada bicaranya. “Sayang, gue serius. Chaaya sedang dalam masalah sekarang. Gue nggak bisa tinggalin dia sekarang. Dia dalam baha
last updateLast Updated : 2023-04-25
Read more

125. Periksa?

Usai membersihkan dirinya di kamar mandi, Adhisti tak mendapati keberadaan Rafa di unit apartemennya. Ia menduga kakaknya itu tekah lebih dahulu berangkat kerja. Adhisti membuka tudung saji dan melihat satu kotak martabak manis yang masih utuh dan tampqak tak tersentuh itu. “Jadi semalam Bang Rafa beneran bawain martabak manis buat gue? Duh, apa iya ya gue semalam nglantur trus minta Bang Rafa nemenin gue lagi? Sialan! Kalau bener gitu ini salah gue, dong? Duhh, Chaaya Adhisti bajingan! Kenapa sih lo lengket banget sama Rafa sampai apa-apa harus dia?!” gerutu Adhisti sembari menarik kursi dan duduk di sana sembari tangannya meraih satu potong martabak manis itu. “Ehmm, enak juga! Pasti semalem gue lapar banget sampe tidur lelap gitu! Ehmm, gimana nggak laper, emang belum makan dari siang! Tapi ya males banget makan! Huh! Si Abbiyya kenapa sih?! Nggak bisa apa dia jadi cowok baik-baik?! Padahal gue pikir dia cowok tersempurna yang pernah gue temui! Tapi ternyata?! Bajingan!” umpat A
last updateLast Updated : 2023-04-25
Read more

126. Seperti Kekasih

“Bang Rafa jalan sama cewek? Tapi siapa? Perasaan dia nggak pernah deket sama cewek mana pun? Tapi kalau dilihat dari gelagatnya, kayanya udah lama deket deh! Nggak mungkin ‘kan kalau baru kenal udah berani rangkul-rangkul?” bisik Adhisti. Tak ingin terus berprasangka, akhirnya Adhisti mengikuti sang kakaknya menyusulnya ke toko pakaian yang tadi dimasuki oleh Rafa dan gadis misterius itu. Sementara Adhisti fokus mencari keberadaan sang kakak dalam toko pakaian yang lumayan besar itu, Rafa tampak terlibat sedikit cekcok dengan gadis itu. “Apaan sih! Kenapa maksa aku ke sini! Semalam aku udah bilang ‘kan?! Kalau kamu nggak datang, hubungan kita selesai! Kita putus! Kenapa sekarang malah paksa bawa aku ke sini?! Mau nyogok pake baju-baju yang bakal kamu beliin?!” sergah Szi. “Sayang, tolonglah ngertiin posisi gue, gue satu-satunya keluarga Chaaya sekarang. Gue satu-satunya cowok yang ada di rumah itu yang bertanggung jawab atas keselamatan Chaaya adik gue!” papar Rafandra berusaha m
last updateLast Updated : 2023-04-26
Read more

127. Hubungan Rahasia

Rafa terdiam. Pria itu sebentar memikirkan jawaban yang tepat yang tak akan membuat adiknya semakin curiga padanya. “Chaaya nggak boleh tahu alasan gue sebenarnya! Gue nggak pernah serius sama Szi. Dan sebenarnya Szi cuma cewek yang jadi pelampiasan kalau gue nggak bisa dapetin Chaaya!” batin Rafa. Rafandra tentu merahasiakan hubungannya dari Adhisti karena jika sampai adiknya itu tahu dirinya telah memiliki kekasih, pastilah Adhisti mulai menjaga jarak darinya. Dan itu yang tak Rafa inginkan. Ia selalu ingin dekat dan mengambil kesempatan dari Adhisti. Dan itu pasti akan berkurang jika Adhisti mengetahui hubungannya dengan Szi. “Bang?! Kok diem?!” sergah Adhisti. “Gue masih butuh waktu buat pastiin Szi cewek yang pantas buat semuanya, Chaay! Gue nggak mau lo habisin waktu buat kenal banyak orang. Gue mau pasti dulu dia cewek yang baik yang bisa sayang sama lo juga,” dusta Rafa. Adhisti sedikit memicingkan matanya lalu mengangguk sebentar. “Tapi dia tahu kalau kita sering tidur
last updateLast Updated : 2023-04-26
Read more

128. Tak Sedarah

“Maksud lo apa kaya gitu?! Mana mungkin Adhisti dan Rafa bukan saudara?!” sergah Abbiyya seolah dirinya baru ditimpa kenyataan pahit bagai petir yang menyambar di siang bolong. “Haha! Kebohongan kalau lo nggak tahu ke mana maksud pembicaraan gue ini, Abbiyya! Silakan cari tahu sendiri kebenarannya kaya gimana. Dan selamat menemukan banyak kenyataan lain yang lo nggak akan pernah bayangkan!” kekeh Rio laku bangkit dari kursinya bersamaan dengan seorang polisi yang membawanya pergi dari sana karena waktu berkunjung telah usai. “Mana mungkin?! Mana mungkin Adhisti dan Rafandra buka saudara kandung?! Tapi, kalau yang Rio bilang soal Adhisti anak adopsi, itu mungkin aja ‘kan? Pak Bardji aja mengadopsi gue. Gimana kalau Adhisti memang anak adopsi? Dan Rafa, ah sialan!!” pekik Abbiyya sedikit menggebrak mejanya. Pria itu langsung meninggalkan ruangan itu dengan tergesa. Ia tak percaya jika Adhisti dan Rafa bukanlah saudara kandung, tapi kenyataan bahwa Bardji suka mengadopsi anak jalanan
last updateLast Updated : 2023-04-26
Read more

129. Something

“Dhis!! Adhisti!! Buka, Dhis! Dengerin gue dulu!” Abbiyya langsung menggedor-gedor pintu unit apartemen Adhisti yang telah tertutup itu. Pria itu bahkan tampak seolah tak ingin pergi dari sana sebelum berhasil berbicara dengan Adhisti. “Dhis, lo bingung kenapa gue punya foto sama abah lo? Atau foto lo?! Gue bakal jelasin semua! Gue janji!” pekik Abbiyya lagi sembari menundukkan kepalanya sementara tangannya masih sesekali menggedor pintu itu. “Orang yang gue ceritain ke lo nyelametin gue dari rumah pelacur itu abah lo, Dhis! Beliau yang tolong gue dan jadiin gue anak angkatnya. Tapi beliau nggak bolehin gue kasih tahu ini ke keluarganya, beliau cuma minta gue jaga lo, makanya semua ini gue lakuin buat lo! Buat Pak Bardji dan buat semua usaha balas budi gue ke beliau!” papar Abbiyya. Sementara itu, dari dalam ruangan, Adhisti yang mendengarkannya sontak sedikit terkejut atas apa yang Abbiyya katakan. “Mana mungkin abah adopsi anak?! Perekonomian keluarga kita aja udah sulit, ngapai
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

130. Keduanya Kotor

Adhisti segera mematikan teleponnya dan pikiran kotornya mulai menggelayut di kepalanya. Suara yang ia dengar tadi tentu dengan anda mendayu yang terkesan menjijikkan hingga membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik ngeri. “Nggak mungkin mereka ngapa-ngapain ‘kan?” gumam Adhisti sembari mendekap ponsel di dadanya. “Tapi ngapain coba kaya gitu tadi?! Mana ini udah malem! Kenapa dia malah mesra-mesraan dan bukannya balik?!” sergah Adhisti. Sementara itu, di salah satu bangunan kost Rafa tengah duduk bersandingan dengan Szi yang saat itu tengah memainkan puzzel rumit di sebuah meja ruang tamu. “Rasain! Pasti dia mikir macem-macem!” gumam Szi begitu menyadari Adhisti telah mematikan telepon yang tadi sengaja ia angkat dan bergaya seolah tak sengaja terangkat dan merintih kesakitan. “Sayang! Udah malam, nih! Aku balik dulu, ya! Besok harus masuk pagi!” pekik Rafa sembari hendak menarik jaketnya. Szi memasang raut kesal lalu menahan tangan Rafa yang hendak meraih jaket itu lalu men
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status