Home / Thriller / Mayat di Balik Plafon / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Mayat di Balik Plafon: Chapter 111 - Chapter 120

142 Chapters

111. Rencana untuk Rafandra

Adhisti bersama Abbiyya kini sedang berada dalam satu mobil yang mana keduanya sedang dalam perjalanan menuju kantor polisi untuk menemui Rio. Entah apa lagi yang diinginkan oleh pria itu, tapi ia menginginkan untuk bertemu Adhisti. Sepanjang perjalanan itu, Adhisti tak banyak bicara dan cenderung lebih banyak melamun. Gadis itu masih sedikit terbayang mengenai kejadian semalam saat dirinya mendengar Rada sedang menelepon seseorang dan mengatakan perihal sebuah rencana yang berhasil. Selain itu, Adhisti juga merasa cukup sangsi saat Rafa ingin dirinya segera keluar dari kamar pria itu. Pengusiran itu cenderung sedikit memaksa dan seolah hendak menutupi sesuatu dari Adhisti. Abbiyya yang melihat Adhisti hanya terdiam sontak sedikit mengerutkan dahi lalu memutuskan untuk bertanya pada gadis itu. “Dhis, lo kenapa? Diem aja? Takut ketemu Rio?” tanya Abbiyya sembari sesekali menengok ke arah Adhisti. Gadis itu segera menoleh ke arah Abbiyya lalu terdiam dan mengembuskan napas sejenak.
last updateLast Updated : 2023-04-21
Read more

112. Gue Bukan Pelakunya

Adhisti duduk di sebuah ruang tunggu penjengukan seorang diri sementara Abbiyya menunggunya dari arah lain sambil terus memandang ke arah Adhisti. Tak lama setelahnya, seorang petugas kepolisian membawa Rio ke dalam ruangan itu lalu duduk di hadapan Adhisti. Adhisti yang langsung mendapati hawa tak mengenakkan dari kedatangan Rio sontak langsung memundurkan duduknya dan menegakkan tubuhnya itu. “Hai, Adhisti Sayang! Gimana kabar lo tanpa gue? Semuanya baik-baik aja?” tanya Rio kini menatap Adhisti lekat. “Nggak usah basa-basi! Gue nggak punya banyak waktu buat lo! Pertemuan kita juga dibatasi. Jadi cepet buruan ngomong!” sergah Adhisti. “Yeah lo bener! Okey, kalau begitu Sayang, mari kita membahas topik pertama.” Rio tampak menegakkan badannya sebelum ia kembali menegakkan badannya dan menatap Adhisti dengan tatapan penggoda itu. “Sejauh ini, apa lo udah tahu sisi lain Rafa? Apa dia belum berhasil dapat kesempatan buat jamah tubuh lo? Atau malah udah? Spill dong, Dhis!” kekeh Rio
last updateLast Updated : 2023-04-21
Read more

113. Mengulik Tingkah Laku

“Maksud lo? Kenapa tiba-tiba lo tiba-tiba ngomong gitu?” sergah Abbiyya. “Gini, Dhis! Kita keluar dulu, kita omongin ini di luar aja,” tutur Abbiyya lalu mengajak Adhisti untuk pergi ke luar. Akhirnya mereka memilih untuk berbincang di dalam mobil saja dengan kaca mobil yang terbuka agar angin masih bisa masuk dan menyegarkan keduanya. “So, kenapa tahu-tahu lo bilang gitu, Dhis? Lo tahu ‘kan semua penyelidikan kita itu konkret? Semuanya menjurus ke Rio. Motifnya kuat, bukti kaya sarung tangan dengan bekas darah Mawar juga ada loh, Dhis! Apartemen dia, space roomnya, itu jadi tempat di mana dia bawa potongan tubuh Mawar ke space room punya lo. Apa itu bukti yang kurang?” papar Abbiyya. “Ya gue tahu, Biy! Gue tahu kalau semuanya mengarah ke Rio. Tapi itu semua bukti barang ‘kan? Maksud gue, nggak ada saksi atau rekaman yang jelas nunjukin kalau Rio yang ngelakuin pembunuhan itu!” pekik Adhisti. Gadis itu kini sedikit mengubah posisi duduknya hingga menatap lurus ke arah Abbiyya. “S
last updateLast Updated : 2023-04-21
Read more

114. Kosong

“Biy? Kok lo diem? Kenapa? Lo mikir sesuatu? Atau?” ujar Adhisti langsung menepuk pundak Abbiyya saat melihat pria itu malah terus menatap lurus ke arahnya dan bukan mengomentari penjelasannya tadi. “Biy!” pekik Adhisti lagi dengan mendorong tubuh Abbiyya. Pria itu sedikit tersontak dan pandangannya kembali fokus ke arah Adhisti. “Eh, iya, Dhis! Sorry, kenapa?” sahut Abbiyya akhirnya sambil sedikit memberikan ruat wajah kebingungan. “Kok lo diem aja? Mikirin apa? Lo dengerin gue cerita nggak sih?!” omel Adhisti. “Iya dengerin, Dhis! Ya lo mesti hati-hati aja sama semua orang. Nggak ada salahnya menjaga diri sendiri ‘kan?” tutur Abbiyya. “Hmm, iya juga sih! Itu artinya gue mesti jaga diri juga dari lo?” celetuk Adhisti mencoba memancing Abbiyya apakah pria itu akan menolak atau menerima. “Harus dong! Semuanya, Dhis! Nggak terkecuali gue. Lo mesti jaga diri sama semuanya. Bukan menjauh tapi waspada aja,” tutur Abbiyya. “Hmm, okey!” sahut Adhisti kini merasa sedikit lega. Rio mem
last updateLast Updated : 2023-04-22
Read more

115. Kembali ke Apartemen

Keesokan paginya, Abbiyya mengantar Rafa dan Adhisti untuk kembali ke rumah apartemen mereka yang berada di Apartemen Bumi Tua 1996. Beberapa barang bawaan Rafa dan Adhisti yang tak begitu banyak cukup muat dengan satu koper yang Abbiyya pinjamkan untuk mereka. “Thanks ya, Biy! Sorry jadi bikin lo repot mesti anter kita berdua. Thanks juga buat semua bantuan lo selama ini!” pekik Adhisti saat dirinya membantu Rafa mengeluarkan koper dari bagasi mobil Abbiyya di depan halaman Apartemen Bumi tua 1996 itu. “Oh iya! Makasih juga udah bantu gue jaga Chaaya, Biy! Sekarang gue bisa jaga adek gue sendiri. Thanks lo udah amanin dia dari orang-orang yang ngerusuhin hidup dia!” sambung Rafa malah membuat Abbiyya sedikit mengerutkan dahi. “Yeah, sama-sama! Ini bukan perpisahan ‘kan? Nggak perlu kali ya makasih-makasih kaya gini” tutur Abbiyya. “Yeah, lo ‘kan makin sibuk pasti, Abbiyya! Dan gue rasa Chaaya bakalan balik lagi ke kesibukan dia yang tukang downloadin film itu! Ya ‘kan Chaay?” tut
last updateLast Updated : 2023-04-22
Read more

116. Ular dalam Kamar

“Bang! Panggil siapa kek! Kenapa bisa ada ular, sih?” sergah Adhisti. “Lah mana gue tahu! Lo kira gue bapaknya tuh ular, ngaco lo!” sergah Rafa kini kembali memandang kamar Adhisti. “Ya terus gimana? Masa gue mesti tidur di sofa? Capek tahu! Lo nggak berani nagkap tuh ular, Bang? Ayolah! Palingan ular sawah! Nggak berbisa kok!” ujar Adhisti berusaha membujuk Rafa. “Dih, kalau gitu lo coba tangkap aja sendiri!” sergah Rafa mengarahkan pandangannya dari Adhisti ke pintu kamarnya. “Ishh, kan lo yang cowok! Kali gue yang benerin! Ayolah, Bang! Tangkepin! Gue capek!” rengek Adhisti. “Chaay! Lo pikir gue nggak capek? Kalau gue mau nih ya, gue bisa langsung tidur di kamar gue! Salah sendiri kenapa kamar lo itu berantakan! ‘Kan jadi kandang ular!” sergah Rafa. “Hisshh, iya iya habis ini rajin dibersihin! Tapi bantu dulu, dong!” sergah Adhisti. Rafa mendengus kesal. Namun pada akhirnya ia juga yang mesti kembali masuk ke kamar dan menangkap ular itu. “Tiati ya, Bang! Ntar kalau ada apa
last updateLast Updated : 2023-04-22
Read more

117. Malam Rencana

Hari berganti malam saat Adhisti dan Rafa telah menyelesaikan makan malamnya, keduanya masuk ke dalam kamar mereka masing-masing. Begitu pula dengan Adhisti yang langsung memeluk erat ranjang yang telah lama ia rindukan itu. “Yeahh, meskipun nih kasur udah peot, letoy, reot, nggak karuan, tapi setidaknya ini lebih nyaman dari semua tempat. Lebih enak karena ini rumah gue, hmm! Meskipun nyewa sih!” kekeh Adhisti lalu gadis itu tampak membalik tubuhnya dan memandang satu kotak plafon yang kini tampak berlubang tepat di atasnya. “Huuft! Mimpi apa gue kemarin bisa dapet kejutan yang bener-bener bikin hidup gue ke obrak-abrik! Mesti pindah ke rumah Rio sampai ngalamin kejadian menyebalkan, pindah ke rumah Abbiyya pun gue mesti ngadepin sesuatu yang nggak pernah gue bayangin!” gumamnya. Rangam Adhisti tampak meraih guling lalu meraihnya cepat ke dekapan. Dipaskannya kondisi kepalanya di sana lalu sebentar hendak menutup matanya. “Chaay! Chaaya!” pekik Rafa dari arah pintu kamar Adhisti
last updateLast Updated : 2023-04-23
Read more

118. Melanggar Janji

Adhisti dengan cepat menutup pintu kamar Rafa takut jika ular itu mengejarnya masuk. Jantungnya berdegup amat kencang sesaat setelah ia berhasil menutup pintu kamar sang kakak. Melihat Rafandra tampak terlekap dalam tidurnya, Adhisti berjalan dan langsung naik ke ranjang sang kakak untuk membangunkannya. Sebagai informasi, ranjang Rafandra melekat pada dinding, sementara Rafandra tidur dengan bersanding dinding, sehingga untuk mencapai tubuh sang kakak, Adhisti harus naik ke atas ranjang pria tersebut. “Bang, Bang! Ada ular lagi, Bang! Bangun, dong please!” pinta Adhisti sambil terus menepuk-nepuk pundak Rafandra. Pria itu sedikit menggeliat lalu mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang namun masih dengan matanya yang tertutup. “Bang!! Ada ular! Gila! Lo terus tidur kaya gini?! Bang bangun! Anjing! Kebo banget sih lo! Ntar kalau ularnya keluar dari kamar dan jalan-jalan keluar gimana! Bang!!!” teriak Adhisti. Namun Rafa tak bergerak. Pria itu masih saja asik menutup matanya d
last updateLast Updated : 2023-04-23
Read more

119. Tipuan Lainnya

“Enak!” pekik Adhisti sambil mengangguk ke arah Rafa. “Iyalah! Gue yang masak! Beda cerita kaku lo yang masak! Kalau nggak keasinan ya hambar! Kalau nggak overcook ya mentah!” pekik Rafandra. “Dihh, sombong lo! Baru aja dibilang enak, udah ngejatuhin orang lain aja lo!” sergah Adhsiti tamoak manyun. “Haha! Iya iya sorry! Ya udah, gue tinggal ke kamar mandi dulu! Lo habisi terus mangkoknya langsung dicuci! Awas ya kalau lo sampe nimbun cucian lagi! Kemarin ular, besok kodok tahu-tahu ada di sini!” sergah Rafa. “Iya-iya, Bawel! Jangan bawel-bawel kenapa sih, Bang?! Ntar para cewek kabur dan nggak mau deket sama abang, baru deh abang tahu rasa!” pekik Adhisti. “Bodo amat! Nggak peduli gue!” sergah Rafa lalu tampak meninggalkan Adhisti yang masih lahap memakan sup buatannya itu. “Ehm, pinter juga nih si Rafa bikin sup! Apa dia suruh jualan ini aja kali ya! Kayanya bakal lebih enak punya usaha sendiri daripada terus jadi penjaga warnet, deh!” pekik Adhisti. Sekian menit kemudian, sa
last updateLast Updated : 2023-04-23
Read more

120. Mulai Terbongkar

“Wahh, bajingan lo Raf! Hati-hati kalau sampai Adhisti tahu ini semua, bisa-bisa dia nggak bakal lagi mau ngomong sama lo barang ketemu lo doang!” pekik kawan Rafa. “Halahh, udah deh lo diem aja! Buruan bakik sana! Katanya ngantuk, sekarang malah ngoceh di sini!” ujar Rafa sembari sedikit menjitak kawannya itu. “Ya udah, yang bener lo jaga warnetnya! Jangan main cewek terus!” sergah kawannya sambil membenahi posisi tas selempang dada kecil. “Bodo amat!” pekik Rafa menyahut. Baru saja sang kawan mengingatkan perkara kelakuan Rafa yang selama ini tersembunyi, Rafa malah meraih ponselnya lalu menelepon sebuah nomor dengan nama kontak ‘Szi’ dalam ponselnya. “Hai, Sayang! Nanti malam mau makan apa? Gue turutin semua yang lo mau!” pekik Rafa. [“Ahh, yang serius kamu? Memang kamu ada uang? Nanti kalau aku sebut restoran terkenal kamu nggak mampu lagi ajak aku ke sana!”] sahut suara seorang wanita sedikit mendayu. “Udah sebut aja dulu nama tempatnya, mumpung dompet masih tebel, nih!” u
last updateLast Updated : 2023-04-24
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status