Home / Urban / Dendam Pewaris Yang Terpendam / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Dendam Pewaris Yang Terpendam: Chapter 71 - Chapter 80

118 Chapters

71. Keharuan

Pak Erickson merasa bahagia jika memang Diki sudah berhasil jaya. Bahkan sudah menjadi seorang miliarder, ia pun langsung meraih tangan Diki dan mencoba untuk menariknya. Ingin mengajak Diki pergi ke rumahnya, tapi bodyguard Diki itu langsung agresif melihat tangan atasannya di tarik seperti itu dan langsung menjadi penghalang diantara tubuh Sultan dan Pak Erickson. "Hentikan, Farhan," ucap Sultan kepada Farhan yang hendak menyerang Pak Erickson. "Mereka semua adalah warga baik, jadi jaga perlakuan kalian dan setelah sampai sini saya tidak ingin dikawal lagi," ucap Sultan kepada sembilan pengawalnya. "Tapi Tuan, ini tugas kami. Jadi, tolong—""Kamu ingin saya pecat," sargah Sultan, membentak kepada semua bodyguardnya yang kukuh ingin mengawal. "Disini saya aman karena warga sini baik, tidak ada yang perlu dicemaskan karena semua orang sini baik-baik," ucap Sultan memandang semua wajah warga kemuning yang dirindukan. "Wah walaupun Diki sudah menjadi orang kaya, tapi hatinya tetap
last updateLast Updated : 2023-06-17
Read more

72. Kenyataan pahit

Pak Erickson memang tidak mengerti dengan apa yang telah terjadi, tapi ia berusaha untuk terus mencerna perkataan dari mereka berdua. Sultan menangkup kedua pipi milik Bi Ina, "Berbohong apa? Bibi melakukannya karena ingin melindungiku, 'kan!" Bi Ina mengangguk, lalu matanya terpejam dan hal itu membuat Sultan kembang kempis takut kalau hal buruk terjadi kepada Bi Ina."Bi … Bibi … apa yang terjadi? Buka mata Bibi!" teriak Sultan merasa panik. Pak Erickson langsung berjongkok untuk mengecek kondisi urat nadi milik Bi Ina. Memegang tangan dan menekan urat nadi itu, rupanya Bi Ina hanya pingsan saja. "Bi Ina pingsan, Dik," ujar Pak Erickson. Seketika Sultan bisa kembali bernafas lagi, sebelumnya nafasnya terasa terhenti melihat kondisi Bi Ina, pemikiran yang buruk pun menerpa, lalu ia tidak bisa membiarkan bibinya sakit-sakitan seperti ini. Maka ia pun langsung menghubungi nomor Farhan untuk menjemput Bi Ina. Ia berniat untuk segera pergi membawa Bi Ina ke kota agar bisa mendapatka
last updateLast Updated : 2023-06-18
Read more

73. Terpisah

Dengan pemikiran yang kalut dan hati yang hancur. Membuat Sultan emosi menggebu-gebu, tidak bisa berpikir hal lain lagi dan ia langsung menarik tangan Mahira agar tubuhnya bisa menghadap. "Kamu mengkhianati aku, Mahira? Kenapa kamu bisa melakukan ini?" tanya Sultan membentak, marah dan begitu kecewa. Mahira mencoba melepaskan cekalan tangan Sultan, air matanya terus turun seperti arus sungai yang tidak berhenti mengalir. "Siapa yang kamu nikahi? Siapa yang telah berani menikahi dirimu?" tanya Sultan kesal nafasnya memburu dan wajahnya terlihat merah seperti sebuah cabai matang. Ia begitu murka dan membuat Mahira jadi ketakutan untuk berucap. "Nat … nat-ta …," jawab Mahira terbata karena sambil terisak dan menangis serta takut menghadapi emosi dari Sultan."Nata? Pria yang sudah bujang lapuk itu? Kenapa kamu menikah dengannya Mahira? Kenapa?" begitu frustasi sehingga Sultan pun meremas rambutnya sendiri dengan kasar. Menjerit tidak karuan yang jelas saat ini ia sedang terluka."Den
last updateLast Updated : 2023-06-19
Read more

74. Begitu Hancur

Begitu terpukul, Sultan mengemudikan mobilnya sendiri karena tidak ingin dikawal oleh sopir pribadi atau bahkan para bodyguard. Ia meminta agar bodyguard tidak mengikuti dia dan meminta mereka untuk membawa Bi Ina pergi ke rumah sakit terdekat. Sambil mengemudi ia terus saja membenturkan kepalanya ke stir mobil, ia masih merasa kecewa dan tersesak akan kenyataan yang telah mengkhianati dirinya. Bahkan ia pun membawa Rudi untuk memberikan Rudi hukuman. Hatinya saat ini sedang terpuruk, sehingga ia tidak mempunyai rasa kasihan juga ingin menghabisi seseorang. Ya, berhubung ada Rudi yang harus diberikan hukuman, jadi ia putuskan untuk mengeksekusi Rudi di tempat sepi dekat hutan sini. Ini waktu sudah malam dan Sultan pun langsung menghentikan mobilnya untuk menghabisi Rudi di tempat sepi ini. "Tuan, tolong kasihani saya, saya punya anak dan istri," mohon Rudi berharap kalau Sultan akan kembali mengasihani dia. Sultan tidak mendengarkan ucapan itu, ia langsung saja membuka pintu mobil
last updateLast Updated : 2023-06-19
Read more

75. Amarah dan kekalahan?

Sultan berjongkok, lalu ia menoleh ke arah suara tersebut. Tidak asing ditelinga dan ia sering mendengar suara itu. Namun, pertanyaannya adalah, kenapa mereka ada di sini? Jauh dari kota Angkita? "Rupanya kau ingin mati ya, Sultan?" tanya Hachiro dan Duarto yang saat ini sedang berada didepan Sultan. Mereka berdua berdampingan dan sama-sama berkacak pinggang. Lalu, dibelakang mereka terlihat ada lima orang anak buah Hachiro dan Duarto. Wajah Sultan terlihat begitu memilukan, dan hal itu membuat Hachiro dan Duarto menertawakan.Sultan merasa keheranan akan keberadaan Hachiro, tapi ia tidak bisa berkata-kata karena yakin mungkin waktu itu Hachiro bisa selamat karena lompat dari arah jendela. Sultan langsung menganalisa."Lihat aku, Sultan. Sudah berapa kali kamu mencoba untuk melenyapkan aku, tapi aku tetap selamat. Aku bisa melarikan diri dari maut karena Tuhan ada dipihakku! Aku bukan orang sembarangan," ujar Hachiro berbangga diri. "Ada apa? Kenapa kamu terlihat hancur? Apa karena
last updateLast Updated : 2023-06-20
Read more

76. Tidak ditemukan?

Satu … dua … Mereka semua sudah bersiap, ancang-ancang untuk melempar tubuh Sultan ke jurang tersebut. Namun, disamping itu ada Hachiro dan Duarto yang sedang berseteru. "Kamu sih yang selalu rekomendasikan anak buah tol*l!" kesal Duarto. Ia merasa kesal karena tersulut emosi dari Hachiro sendiri yang mengatakan kalau 'percuma membayar jasa kalau kita sendiri bisa menghadapi.'"Bos, sendiri yang selalu meminta agar kita mencari anak buah? Rupanya tanpa anak buah kayaknya kita akan berhasil juga," sahut Hachiro, entah mengapa Hachiro terus saja berbangga diri dan memikirkan uang yang sayang telah mereka kasih kepada anak buahnya. Karena sempat merasakan hidup tanpa uang, membuat Hachiro berpikir pelit. Padahal dulu ia sangat suka menghambur-hamburkan uang, bahkan untuk melangkah saja harus ditemani pengawal yang bayarannya fantastis. Namun, sekarang beda lagi, hanya karena melihat anak buahnya hampir kalah oleh serangan Sultan, dan ia sudah berhasil melumpuhkan Sultan dengan tangann
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

77. Begitu Syok

Di kediaman Anara, ia begitu cemas karena tidak ada seorang pun yang bisa dihubungi. Merasa cemas yang berlebihan sehingga membuat dia merasa pusing dan saat ini langsung ambruk ke soffa. "Ya, ampun. Apa yang telah terjadi disana?" gumam Anara. Anara memijat pelipisnya sendiri, terus saja berpikiran yang buruk di dalam otaknya. "Nomor Farhan sudah tidak bisa dihubungi, juga nomor Regi pun sama. Semua bodyguard yang aku kirim tidak bisa dihubungi. Astaga apa yang telah terjadi?" gumam Anara. Hari sudah sore dan Anara masih saja tidak mendengar kabar apapun. Bella yang baru pulang dari pekerjaannya, langsung menghampiri Anara. "Tante, ada apa?" tanya Bella heran melihat raut wajah Anara yang pucat dan sedang melamun di atas sofa. "Sultan tidak bisa dihubungi, dan semua bodyguard pun sama. Tante jadi sangat cemas, Bella," ucap Anara mengungkapkan perasaannya. Bella pun terkejut, jangan sampai kalau memang ada suatu hal buruk yang menimpa Sultan. Bella mengambil ponsel di tas, la
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

78. Semua diperiksa

Wisnu Mahesh begitu geram, ia sampai mondar-mandir di depan teras menunggu kedatangan Farhan, Ragi dan anak buah lainnya yang mengawal Sultan. "Kemana mereka, awas saja mereka tidak akan kuampuni," ujar Wisnu. Setelah beberapa saat, akhinya Farhan, Ragi dan yang lainnya langsung menghadap. Mereka berbaris di depan Pak Wisnu. "Apa yang terjadi terhadap, Sultan?" teriak Wisnu Mahesh dengan lantang. Semua menunduk, lalu Farhan maju satu langkah dan menghadap. "Anu, Pak. Kami diserang oleh Duarto dan Hachiro," jawab Farhan. "Apa? Jadi, Hachiro masih hidup?" tanya Wisnu. "Ya Tuan, kemungkinan waktu ledakan itu terjadi, Hachiro melompat dari arah jendela sebelum bom meledak. Jadi, dia selamat," jawab Farhan lagi. "Lalu, kalian kalah?" kesal Wisnu langsung menampar Farhan dengan keras. "Kalian semua masing-masing mempunyai senjata api, tapi apa yang terjadi? Kalian kalah begitu saja dan tidak becus untuk mengurus Sultan!" kesal Wisnu. Nafasnya terasa sesak tersenggal karena merasa
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

79. Mencoba mengikhlaskan

Bella yang hendak menghubungi nomor Alvin pun langsung menoleh ke arah wanita hamil ini. Apakah ia tidak salah dengar bahwa barusan wanita ini menyebut nama Diki? Apakah yang dimaksud wanita ini Diki itu Sultan? Karena memang nama Sultan itu Diki sebelum ia menjadi Sultan? "Bu, bangun, Bu!" ucap Bella menepuk pelan pipi wanita muda yang tengah mengandung ini. Danish yang sedang mengemudi, sesekali menoleh ke arah belakang. "Ada apa, Bella? Apakah wanita itu sudah sadar?" tanya Danish. "Iya, dia terlihat akan sadar dan masih mengigau," jawab Bella menatap wajah wanita yang sedang mengandung ini. Wajahnya begitu cantik dengan hidung yang mancung dan baju longgar khas ibu hamil. Wajah yang ayu itu membuat Bella pun terpesona. "Wanita muda seperti dia sudah mengandung ya, padahal kayaknya usianya masih muda," ujar Bella. "Iya, namanya juga di kampung. Itu sudah biasa, masih muda itu sudah dinikahkan," jawab Danish. "Aduh, aku ada dimana?" gumam Mahira yang baru terbangun dan ia p
last updateLast Updated : 2023-06-22
Read more

80. Tersadar

Badan terasa lemas dan lesu. Mata pun terasa berat terbuka, tapi ia tetap berusaha untuk melihat sekeliling. Setelah berusaha untuk menjernihkan pandangan, rupanya terlihat sebuah wajah kakek tua dengan jenggot putihnya, tapi samar-samar sedang menatap ke arah Sultan. Sultan kembali memejamkan mata, lalu membukanya. Mengucek matanya agar bisa melihat dengan jernih, karena pandangannya sekarang terasa blur."Nak, Diki. Yang tenang ya, saat ini Nak Diki masih sakit."Menoleh ke arah suara tersebut, rupanya netranya kembali menangkap sebuah bayangan wajah nenek tua. "Aku ada dimana?" tanya Sultan, ia masih belum bisa menjernihkan pandangan. Semua sekeliling terlihat samar dan kedua wajah yang barusan ia lihat pun masih samar. "Nak, Diki. Ini Nini," ucap nenek tua itu, lalu mengelus lembut tangannya. Pusing, Sultan kembali menutup mata. Kepala yang saat ini sedang bersandar di sebuah bantalan kapuk itu masih terasa berat dan pusing. "Jangan memaksakan diri, lebih baik kamu istirahat
last updateLast Updated : 2023-06-23
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status