Home / Urban / Dendam Pewaris Yang Terpendam / 79. Mencoba mengikhlaskan

Share

79. Mencoba mengikhlaskan

Author: Amelina_ws
last update Last Updated: 2023-06-22 13:34:35

Bella yang hendak menghubungi nomor Alvin pun langsung menoleh ke arah wanita hamil ini.

Apakah ia tidak salah dengar bahwa barusan wanita ini menyebut nama Diki? Apakah yang dimaksud wanita ini Diki itu Sultan? Karena memang nama Sultan itu Diki sebelum ia menjadi Sultan?

"Bu, bangun, Bu!" ucap Bella menepuk pelan pipi wanita muda yang tengah mengandung ini.

Danish yang sedang mengemudi, sesekali menoleh ke arah belakang.

"Ada apa, Bella? Apakah wanita itu sudah sadar?" tanya Danish.

"Iya, dia terlihat akan sadar dan masih mengigau," jawab Bella menatap wajah wanita yang sedang mengandung ini.

Wajahnya begitu cantik dengan hidung yang mancung dan baju longgar khas ibu hamil. Wajah yang ayu itu membuat Bella pun terpesona.

"Wanita muda seperti dia sudah mengandung ya, padahal kayaknya usianya masih muda," ujar Bella.

"Iya, namanya juga di kampung. Itu sudah biasa, masih muda itu sudah dinikahkan," jawab Danish.

"Aduh, aku ada dimana?" gumam Mahira yang baru terbangun dan ia p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   80. Tersadar

    Badan terasa lemas dan lesu. Mata pun terasa berat terbuka, tapi ia tetap berusaha untuk melihat sekeliling. Setelah berusaha untuk menjernihkan pandangan, rupanya terlihat sebuah wajah kakek tua dengan jenggot putihnya, tapi samar-samar sedang menatap ke arah Sultan. Sultan kembali memejamkan mata, lalu membukanya. Mengucek matanya agar bisa melihat dengan jernih, karena pandangannya sekarang terasa blur."Nak, Diki. Yang tenang ya, saat ini Nak Diki masih sakit."Menoleh ke arah suara tersebut, rupanya netranya kembali menangkap sebuah bayangan wajah nenek tua. "Aku ada dimana?" tanya Sultan, ia masih belum bisa menjernihkan pandangan. Semua sekeliling terlihat samar dan kedua wajah yang barusan ia lihat pun masih samar. "Nak, Diki. Ini Nini," ucap nenek tua itu, lalu mengelus lembut tangannya. Pusing, Sultan kembali menutup mata. Kepala yang saat ini sedang bersandar di sebuah bantalan kapuk itu masih terasa berat dan pusing. "Jangan memaksakan diri, lebih baik kamu istirahat

    Last Updated : 2023-06-23
  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   81. Sebuah Mimpi

    Sultan mulai bisa beranjak berdiri, tapi lukanya masih terasa perih. "Ni, saya ingin pergi ke kota. Saya khawatir dengan keadaan disana," ucap Sultan melangkah dengan pelan dan tertatih. Menggunakan sebuah tongkat untuk menahan tubuhnya karena masih lemah. "Nini juga belum bisa melepaskan kamu karena kamu masih belum pulih," larang Ni Nineung. "Ya, tapi saya bisa berobat ke rumah sakit biar cepat sembuh."Sultan tidak bisa terus mengandalkan perawatan alami dari ramuan-ramuan yang dibuat oleh Ki Ageng dan Ni Nineung. Jadi, ia pun berpikir untuk pergi ke rumah sakit. "Baiklah, jika memang itu pilihannya. Akan tetapi, kita tunggu aki pulang. Biar aki yang akan mengantarmu pulang ke kota," jawab Ni Nineung. Sultan pun langsung duduk di samping Ni Nineung yang sedang menumbuk ubi."Saya sangat berterimakasih kepada Nini dan Aki yang sudah beberapa kali menyelamatkan saya. Saya sungguh tidak bisa membalas kebaikan kalian. Namun, saya ingin mengucapkan terima kasih dengan cara, ingin m

    Last Updated : 2023-06-25
  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   82. Pergi

    Benar-benar langsung dilakukan. Apa yang barusan mereka rencanakan dan langsung diwujudkan sekarang juga. Wisnu tidak bisa diam saja ketika ada sebuah petunjuk tentang anaknya. Walaupun itu berasal dari sebuah mimpi. Ia benar-benar berharap kalau memang mimpi itu benar, bahwa Sultan masih hidup. Pergi berdua saja tanpa ada pengawalan dan apapun itu. Yang jelas Wisnu hanya membawa sebuah senjata untuk pertahanan diri saja. "Danish, Saya memang tidak mengerti dengan apa yang terjadi di dalam mimpi. Yang jelas saya menginginkan Sultan. Selama kita melakukan acara tahlil atau apapun itu, hati kecil saya sebenarnya masih mengharapkan Sultan.""Om, saya juga tidak bisa percaya seratus persen kalau memang Sultan masih hidup, tapi apa salahnya kita kembali memastikan ke tempat kejadian. Bahkan ponselnya saja belum ditemukan, kan?" "Ya, kamu benar. Bahkan mereka belum berhasil menemukan ponsel Sultan," jawab Wisnu sedikit emosi, massa sebuah ponsel saja tidak bisa mereka temukan. Berarti

    Last Updated : 2023-06-26
  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   83. Mencoba menggalangi

    Masih terdiam dan terus memandang lekat wajah Wisnu. Ki Ageng benar-benar yakin kalau pria itu adalah ayah dari Sultan yang saat ini sudah pergi darinya. Danish langsung memegang pundak Kakek itu. "Ki, kenapa Aki bengong?" tanya Danish. Sedangkan Wisnu, ia terus saja melihat ke sekeliling. Pemandangan yang indah di dalam pikirnya. "Oh, tak apa. Kalian kayaknya bukan orang sini," ucap Ki Ageng. "Iya, kami kemari karena ingin kembali mencari keberadaan Sultan. Orang yang waktu itu terjatuh di tebing," jawab Danish kembali mengulang apa yang sudah ia sampaikan. "Iya, Kek. Andai Kakek mau, tolong bantu kami untuk mencari ke tempat itu. Kami kayaknya butuh panduan dari orang yang tahu tentang susuk beluk tempat sini," sambung Wisnu. Wisnu bisa menebak kalau kakek ini adalah orang sini. Jadi, dia pun meminta bantuan agar bisa mencari keberadaan Sultan. "Apakah kalian yakin kalau orang itu masih hidup? Bukannya kejadiannya sudah lama, dan bahkan sudah hampir sebulan lebih?" tanya Ki

    Last Updated : 2023-06-27
  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   84. Mengarang cerita

    Wisnu yakin kalau nenek yang sekarang ada dihadapannya tahu sesuatu. Wisnu pun langsung mengguncang pundak nenek tua itu. "Nek, katakan sesuatu? Apakah Nenek tahu Sultan? Dimana dia? Dia yang telah terjatuh dari tebing itu dan saya adalah ayahnya," ujar Wisnu dengan intonasi yang menekan. Danish memegang pundak Wisnu, "tenang, Om," ucapnya. Wisnu menarik nafasnya lalu kembali menatap ke nenek itu yang terlihat pias. Entah apa yang ada di pikiran nenek itu sehingga ia pun malah langsung berlari dari sana. "Nek, mau kemana? Nenek belum menjawab pertanyaan saya," teriak Wisnu dan mencoba untuk mengejarnya. Nenek tua itu dengan sigap langsung menutup pintu rapat-rapat. Pada saat Wisnu hendak menyusul dia masuk. "Nek, buka pintunya? Ada apa ini?" tanya Wisnu merasa heran dengan sikap aneh dari nenek tua itu yang langsung menghindar darinya. Namun, tadi nenek itu sempat mengucapkan nama Sultan, sehingga membuat Wisnu yakin kalau memang nenek tua itu tahu tentang keberadaan Sultan. "

    Last Updated : 2023-06-27
  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   85. Muslihatnya gagal

    Sudah mulai pasrah ketika mendengarkan penjelasan dari Ki Ageng. Membuat Wisnu pun sedih dan pilu, sudah tidak ada harapan untuk putranya. Karena sudah dipastikan bahwa putranya itu sudah tiada. "Yasudah kalau begitu, Ki. Saya minta maaf sudah mengusik ketenangan Aki dan Nini. Sampaikan permintaan maaf saya kepada Nini juga, ya Ki."Akhirnya Wisnu pamit, dan hal itu membuat Ki Ageng tersenyum. Ia bahagia karena akhirnya dengan cara yang berbelit-belit. Wisnu dan Danish pun percaya. Dari dalam gerobak, kesadaran Sultan mulai terkumpul. Namun, Ia merasa sesak saat bernafas, lalu ia mencoba untuk bergerak, tapi terasa sulit. "Apakah kita benar-benar akan pulang, Om?" tanya Danish. Wajah Wisnu begitu pucat, ia terlihat hancur. Namun, berusaha untuk terus tegar. Mengangguk pelan, Wisnu menanggapi pertanyaan Danish dengan anggukan saja. Danish pun langsung menunduk, ia pun merasa kecewa karena lagi-lagi harapan mereka tidak jadi kenyataan. Melangkah dengan gontai, Wisnu dan Danish m

    Last Updated : 2023-06-28
  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   86. Hal yang terjadi

    Tubuh Sultan lemas, tapi ia mendadak mendapatkan mood booster saat mendengar tentang mamanya yang entah seperti apa kondisinya. "Maksud kalian bagaimana? Apa yang sudah terjadi? Kondisi Mama bagaimana?" tanya Sultan sedikit berteriak. Wisnu langsung menahan Sultan yang hendak duduk. "Tolong tenang, Nak. Mamamu tidak apa-apa, hanya saja kondisinya memprihatinkan, ia selalu menangis dan sering pingsan karena stres mengira kalau kamu sudah tiada," ucap Wisnu menenangkan. "Iya, kami terpukul ketika kamu tidak ditemukan oleh tim SAR dan semua yang mencari pun telah menyerah serta menganggap kamu tiada," sambung Danish.Danish dan Wisnu pun langsung menceritakan semua yang terjadi termasuk alasan mereka bisa bertemu dengan Ki Ageng dan Ni Nineung. "Sultan ingin pulang, entah mengapa hati Sultan tidak tenang dari kemarin," ucap Sultan memotong pembicaraan mereka yang belum selesai. Bahkan Sultan pun tidak mengatakan bagaimana dirinya kabur dari Ki Ageng. "Tapi tunggu dulu, Nak! Kenapa

    Last Updated : 2023-06-29
  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   87. Tragedi yang disengaja

    Apa yang terjadi? Kendaraan yang sedang melaju di jalur semestinya itu tiba-tiba saja melintas di depan mobil yang ditumpangi oleh Sultan secara tiba-tiba. Membuat Danish refleks membanting stir dengan cepat."Arghhhh …."Jeritan terdengar begitu menggelegar saat Danish membanting stir mobil guna untuk menghindari tabrakan yang akan terjadi.Slep …. Namun, mobil yang dikendarai oleh Danish itu malah tidak seimbang dan membuatnya terjungkal, membuat semua yang berada di dalam terbentur dan terpontang panting. Tubuh Sultan, Ki Ageng, Ni Nineung, dan Wisnu serta Danish terpontang panting di dalam sana. Serta mereka pun terkejut, bukan main dengan apa yang telah terjadi dalam sekejap itu. Mengira bahwa nyawa mereka tidak akan selamat dengan kejadian yang mengakibatkan kecelakaan fatal ini.Akankah mereka selamat? Atau mungkin satu kejadian yang terjadi dalam sepersekian detik ini akan merenggut kehidupan mereka?Prak ….Namun, beruntung sekali mobil yang sampai berguling itu terhenti di

    Last Updated : 2023-06-30

Latest chapter

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   118. Kebahagiaan yang lengkap

    Sultan menjelaskan semuanya tentang bagaimana dia bisa mempunyai anak dari Mahira."Mama sungguh tidak menyangka dengan apa yang telah kalian lalui. Kalau memang begitu baiklah. Mama justru bahagia karena rupanya Mama sudah mempunyai cucu sekarang ini," ucap Anara, lalu mencoba untuk membujuk Dirly agar mau untuk dia gendong. Dirly pun yang memang dibujuk oleh Anara langsung tertawa dan tersenyum. "Dirly anak Papa, itu Nenek sayang. Kamu digendong ya sama Nenek," ucap Sultan. Anara begitu terharu karena Dirly mau untuk dia gendong. Walaupun sebenarnya dia merasa cemas akan publik kalau sampai mengetahui tentang semua ini. "Mama, tolong jangan banyak pikiran. Mama bahagialah karena urusan publik biar Sultan yang atur."Sultan tahu apa yang membuat mamanya cemas, dan bisa melihat dari raut wajah sang mama tadi, pasti dia bahagia akan adanya Dirly. Namun, cemas bagaimana cara memberitahukannya kepada publik."Kamu selalu bisa mengatasi masalah. Mama tahu kamu bisa mengatasi semua ini

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   117. Syok

    Apa ini, gadis ini ingin memeluk calon suaminya? Mahira dibuat geram dengan apa yang diminta oleh Dewi. Namun, Sultan pun malah mewujudkan permintaan Dewi dan langsung memeluk gadis itu dengan lekat dan senyuman mengambang. "Jadilah anak yang baik, Dewi. Turuti perintah ayahmu," ucap Sultan berbisik di telinga gadis itu. Lalu, Sultan pun melepaskan pelukannya. "Makasih, Aa Sultan sudah mau memeluk Dewi. Kalau begitu, sekarang kalian boleh pergi. Semoga kalian selamat dalam perjalanan." Bi Ina pun langsung tersenyum ke arah Dewi dan mengusap pucuk kepalanya. "Semoga segera mendapatkan seorang jodoh." Do'a Bi Ina kepada Dewi. Lalu, Sultan, Bi Ina, Robbie dan Mahira pun memasuki mobil dan mereka pun berangkat pergi.Saat berada di dalam Mobil, Dirly yang sedang berada di pangkuan Mahira itu pun menangis. "Cup … cup … cup, kenapa anak papa ini?" tanya Sultan kepada Dirly yang terus merengek, mungkin karena ingin mendapatkan Asi. Sedangkan Mahira ia yang duduk di kursi belakang, be

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   116. Pamit

    Melihat wajah itu … wajah mungil dan polos yang semua merah merona membuat hatinya terhenyak. Sultan begitu bahagia ketika mengetahui kalau dia sudah menjadi seorang ayah. "Mahira …," ucap Sultan. Lalu, dia mendekatkan wajah Mahira untuk dikecupnya. Cup …."Aku sangat bersyukur karena kamu telah memberikan buah hati yang begitu tampan untukku," ucap Sultan."Tadinya aku tidak akan membiarkan kamu tahu kalau putra kita ini adalah putramu," ucap Mahira tersenyum pahit. Sultan tercengang kenapa Mahira sampai berniat seperti itu?"Apa maksudnya? Kenapa kamu mengatakan itu?" tanya Sultan. "Karena aku kesel kamu sudah menikah dan aku kecewa saat kamu tidak mau mendengar penjelasan dariku," terang Mahira. Ayah Mahira bertepuk tangan dan mengejutkan semua orang yang ada disana. "Sudahlah … ayo kita bergembira dengan apa yang sudah terbongkar ini," sambung Joko. Sultan pun tersenyum, dia bahagia karena Joko sudah mulai bersikap ramah terhadap dia. 'Bapak senang akhirnya kamu bisa bersa

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   115. Semua di dapatkan

    Meraih tubuh itu dan mendekapnya dengan erat. Sultan berhasil mengejar Mahira dan memeluknya. "Tolong jangan pergi, aku sangat tersiksa hidup tanpamu," ucap Sultan. Memeluk tubuh wanitanya dari belakang. Mahira terisak pilu, "rasanya aku tidak mau kalau harus menerimamu lagi. Aku kesal karena kamu tidak mau mendengarkan penjelasan dariku," balas Mahira dan berusaha untuk berontak. "Apa yang bisa aku lakukan agar kamu mau menerimaku?" tanya Sultan serius. "Aku tidak tahu! Pokoknya kamu pergi dari sini sekarang juga," bentak Mahira, dan langsung melepaskan tangan Sultan yang berada di perutnya. "Apalagi kamu sudah menikah! Untuk apa datang lagi kemari," ucap Mahira dan langsung berlari begitu saja membuat Sultan kecewa dan terluka hati. ***Sultan menghubungi Bi Ina dan memintanya untuk pergi ke desa Kemuning. Sultan ingin agar Bi Ina membantu dia mendapatkan Mahira. "Bi, tolong bantu yakinkan dia bahwa aku tidak menikah dan semua yang telah aku lakukan itu adalah pura-pura," ucap

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   114. Menemuinya

    Semua terkesiap melihat Rapika yang sampai membanting sebuah gelas sampai pecah di bawah lantai. "Ada apa, Rapika?" tanya semua orang menatap Rapika yang tubuhnya terlihat sedikit gemetaran. "Ah … Ma-maaf. Rupanya saya tidak sengaja karena tubuh saya tiba-tiba saja menggigil seperti ini," ucap Rapika. Rupanya Rapika ada niat untuk berpura-pura sakit, agar Sultan dilarang pergi oleh Anara karena harus menemaninya yang tidak sehat. "Apakah kamu sakit, Rapika?" tanya Anara terlihat cemas. Sultan menatap Rapika dan langsung saja berdiri dari tempatnya kini. "Ma, waktunya sudah mulai mepet. Sultan akan pergi sekarang," potong Sultan. Tanpa mau lama-lama lagi, Sultan ingin segera pergi. "Kamu ini kenapa? Lihat dulu kondisi istri kamu, tolong jangan pergi–""Ma, ini penting. Sultan harus segera pergi. Lagian disini banyak yang akan menjaga Rapika. Ada Bi Ina dan Maid yang lain, juga ada Mama kan." "Kamu benar juga, Nak. Yasudah kalau begitu, jaga dirimu baik-baik ya." Anara pun mengi

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   113. Aku akan menemuimu

    Begitu mengejutkan, Sultan tidak menyangka kalau Bi Ina ada di dalam kamar dan mungkin mendengar apa yang sudah dia katakan kepada Rapika. Bi Ina terdiam, sungguh tidak menyangka kalau Sultan masih belum bisa melupakan Mahira dan melakukan pernikahan pura-pura. Rapika hanya bisa menunduk ketika Sultan mengetahui keberadaan Bi Ina. "Jadi, kalian pura-pura menikah?" ucap Bi Ina. Sultan langsung saja menghampiri Bi Ina dan memegangi kedua pundaknya. "Bi, tolong jangan bocorkan rahasia ini," mohon Sultan. Entah sampai kapan dia tidak ingin semuanya terbongkar. Namun, tidak sekarang karena Sultan takut membuat Anara kecewa. "Kamu ini kenapa? Selama ini Bibi tidak pernah mengajarkan kamu berbohong!" kesal Bi Ina. Apa yang dilakukan oleh Sultan ini sepenuhnya salah dan pasti akan menjadi bumerang untuk semua orang. "Sultan tahu kalau ini salah, tapi Sultan melakukan ini karena ingin membuat Mama bahagia," terang Sultan. "Memangnya kamu pikir Nyonya Anara akan bahagia, dibohongi ole

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   112. Mulai ada yang tahu

    Sultan emosi ketika ia hendak pergi ke dapur untuk menghampiri Bi Ina. Tiba-tiba saja dia melihat Rapika yang sedang berduaan di taman belakang Mansion. "Kamu itu berani-beraninya ya?" ucap Sultan yang sedang mengangkat tangan kepada Rapika. Rapika mendongak sambil menyembunyikan pacarnya di belakang dia. "Perjanjian kita ini berakhir sampai kapan, Pak? Saya butuh belaian. Jadi, kalau memang Bapak tidak ingin menyentuh saya, Ya Sudah, biarkan saya bersenang-senang dengan pacar saya," ucap Rapika mulai berani. Sebenarnya Rapika sangat menginginkan Sultan, tapi sayangnya Sultan sama sekali tidak pernah melirik dirinya. Hanya menjadikan dia sebagai istri pura-pura dihadapan orang. Jadi, Rapika pun berniat untuk membuat Sultan cemburu, sehingga sampai menyewa pacar pura-pura dan ia sengaja berduaan di saat ada pesta seperti ini. Karena ingin tahu seberapa besar rasa cemburu Sultan terhadap dirinya. "Kamu ini Rapika! Terserah saja jika kamu ingin dibelai siapapun. Tapi tolong jangan s

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   111. Perayaan kesuksesan

    Mahira dengan seksama melihat acara berita tersebut. Sungguh ia menanti akan sorot wajah Sultan yang ingin ia lihat. "Hanya Pak Wisnu yang disorot. Kapan Sultan ya?" gumam Mahira tidak sabar. Setelah beberapa saat ….(Setelah perusahaan Velopmant Group sukses, Sultan Mahesa pun menjalankan bisnis pertambangan terbesar di negeri Plrvo.)Terlihat wajah tampan dengan hidung mancung dan mata hazel sedang berdiri di dekat perusahaan Velopmant Group. Dia berdiri dan menyambut para wartawan yang ada di depan perusahaan itu. Mahira pun yang melihat tampang sempurna itu langsung menelan salivanya sendiri, rupanya wajah Sultan terlihat begitu sempurna. Balutan jas formal kelas atas yang mengkilap menempel pada tubuh maskulin miliknya. Tiba-tiba saja Plep …."Apa-apa ini, Mahira? Aku tidak boleh jatuh cinta lagi kepada pria itu. Pria yang tidak mau mendengarkan penjelasan dariku."Mahira mensugesti dirinya sendiri dan langsung mematikan televisinya. Dia ingat pada saat terakhir kali berte

  • Dendam Pewaris Yang Terpendam   110. Dirly yang mirip Sultan

    Senyuman indah mengambang dengan sempurna karena melihat sang putra yang sudah mulai berjalan. "Kamu tumbuh dengan baik, Nak," ucap Mahira yang sedang membantu sang putra belajar berjalan. Begitu bahagianya Mahira melihat pertumbuhan Dirly putranya dengan cepat. Walaupun tanpa dampingan suami dalam hidupnya. Mahira tetap bisa membesarkan sang putra sendirian. Juga, saat ini Mahira menjalani bisnis ekspor ikan patin yang diternak oleh juragan Joko ayahnya. Mahira langsung merangkul tubuh Dirly dan menjulangkannya ke atas. Sehingga bayangan bayi mungil itu berada di atas wajahnya, bahkan Dirly pun tertawa dengan begitu riangnya."Dirly, putraku. Bunda yakin kalau kamu akan menjadi hebat seperti ayahmu," ucap Mahira yakin. Lalu, ia pun menggendong Dirly yang masih tersenyum menunjukan kedua giginya yang baru tumbuh. Usia Dirly saat ini adalah satu tahun lebih. Dan satu tahun ini Mahira masih menyembunyikan kebenaran tentang Dirly. Namun, ada beberapa orang yang terheran-heran den

DMCA.com Protection Status