Home / Pernikahan / Selingkuhan Suamiku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Selingkuhan Suamiku: Chapter 1 - Chapter 10

49 Chapters

Bab.1 Perubahan Mas Razan

"Hari ini Kakak kamu mau pulang dari Kalimantan ya?" tanya Mas Razan padaku saat aku tengah memotong sayuran di dapur.Tau dari mana dia? Batinku bertanya-tanya.Bukankah aku belum memberitahunya?Dengan perasaan yang masih penasaran aku mengangguk saja membenarkan pertanyaannya. Kulihat Mas Razan senyum-senyum sendiri sibuk memainkan ponsel, entah bersama siapa dia tengah bertukar pesan."Iya, katanya dia gak mau pulang ke rumah Ibu sama Bapak, dia maunya pulang kesini saja, kamu gak keberatan kan Mas, kalau Kak Nita pulangnya langsung kesini?" tanyaku yang kini tengah membersihkan sayuran yang sudah kupotong tadi."Tentu tidak Amira, Mas gak keberatan kok, mau Kakak kamu tinggal disini aja Mas gak keberatan," jawabnya dengan matanya yang masih tertuju pada layar Handphone."Chatan sama siapa? Kok kayak nya sibuk banget?" tanyaku mendekati Mas Razan yang spontan menyembunyikan layar Handphonenya."Eng-enggak kok, biasalah, ini aku chatan di grup, kata temen ada Dokter perempuan baru
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

Bab.2 Memasuki Kamar Kak Nita

"Iya, bayi itu adalah bayiku Amira,, hiks..hiks.." ucap Kak Nita yang kini menangis sesegukan.Aku segera memeluknya untuk menenangkan perasaannya meski aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ingin bertanya, tapi aku takut membuatnya semakin merasa sedih, aku mengelus punggungnya membuat tangis Kak Nita mereda.Setelah cukup lama membuatnya tenang, aku memberanikan diri bertanya pada Kakakku agar rasa penasaran itu tak membuatku semakin resah."Siapa Ayah dari bayi ini Kak? Siapa yang sudah melakukan ini padamu?" tanyaku yang bisa menebak kalau Kak Nita sudah dinodai oleh pria tak bertanggung jawab."Hiks..hiks..Kakak tidak bisa mengatakannya Amira," jawabnya dengan air mata yang masih terus mengalir membasahai pipi."Ya sudah kalau begitu, Kakak jangan menangis lagi ya, Kakak tidak usah memikirkan apapun lagi sekarang, kasian bayi itu, jangan banyak pikiran lagi," ucapku sambil melepas pelukan."Bagaimana dengan Ibu dan Ayah? Bagaimana jika mereka tahu kalau Kakak sudah
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

Bab.3 Tanda Merah di leher

Aku dan Mas Razan pamit tidur kepada Kak Nita setelah suamiku itu selesai memijit Farel. Kami langsung tidur karena kini mataku sudah mengantuk begitupun Mas Razan.Beberapa jam berlalu aku terbangun ditengah malam karena bermimpi aneh tentang kehancuran rumah tanggaku. Ku lihat Mas Razan tak ada di tempat tidurnya. Dengan rasa kantuk yang masih menyelimuti mataku, aku berjalan menuju dapur karena tenggorokkanku merasa kering setelah terbangun tadi.Aku lupa menaruh botol milikku yang biasa aku letakkan sebelum tidur di atas nakas.Saat aku melewati kamar Kak Nita, terdengar suara d*sahan yang membuatku menempelkan telingaku pada pintu kamarnya yang tertutup rapat.Suara itu semakin menjadi diiringi ucapan-ucapan manis yang terlontar dari mulut Kakak kandungku. Dengan siapa dia melakukan hal itu? Apa jangan-jangan dengan Mas Razan? batinku yang seketika merasa tergores. Rasanya dadaku bergemuruh dengan tubuh bergetar memikirkan hal yang bahkan belum aku ketahui kepastiannya. Aku berj
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

Bab.4 Berpelukkan Dengan Wanita Lain

Pagi hari seperti biasa aku menyiapkan sarapan untuk Mas Razan yang akan segera berangkat bekerja. Meski ada beberapa asisten rumah tangga, aku tidak mengizinkan mereka memasak untuk suamiku. Karena Mas Razan pernah bilang, dia hanya ingin makan masakanku saja.Aku tersenyum saat melihat Mas Razan baru saja turun dari tangga, tapi dia tak membalas senyum juga sapaanku.Di berjalan keluar membuatku segera mengikutinya."Mas, aku sudah siapkan sarapan, kamu gak mau sarapan dulu?" tanyaku lembut padanya yang baru menaruh tas kerjanya di mobil."Enggak, aku mau sarapan di RS aja!" jawabnya ketus sekali."Ya sudah, kalau gitu aku buatkan kamu bekal buat sarapan," aku hendak membalikkan badan tapi Mas Razan mencegahku."Gak usah!" ucapnya lalu melirik ke arah Farel yang berada dalam gendongan Kak Nita. Dia berjalan melewatiku ke arah bayi itu. Lalu mencium pipi gembul menggemaskan milik keponakanku. "Om berangkat kerja dulu ya sayang," ucapnya pada Farel yang tersenyum seolah mengerti.De
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

Bab.5 Berniat Pergi

Aku tak mau melihat hal menyakitkan lagi dari sikap Mas Razan yang menurutku sudah banyak sekali berubah. Kuputuskan untuk pergi saja sekedar untuk menenangkan diri di tempat yang mungkin tak akan diketahui olehnya.Saat melewati kamar Kak Nita yang pintunya terbuka, aku melirik sekilas ke arah mereka yang tengah sibuk berbincang. Mas Razan tengah memeriksa keadaan Farel, sedangkan Kak Nita duduk diatas ranjangnya.Apa tidak ada tempat lain selain dikamar? Batinku rasanya geram sekali."Assalamu'alaikum,," terdengar ucapan salam cukup lantang dari arah depan.Sepertinya itu adalah suara Ibu dan Bapak. Aku segera menutup pintu kamar Kak Nita lalu menguncinya agar Ibu dan Bapak tidak mengetahui keberadaan Kak Nita di rumah. Seperti yang dikatakan Kak Nita waktu kemarin, dia tidak ingin sampai Ibu dan Bapak tahu dengan apa yang sudah menimpanya saat ini."Wa'alaikumsalam,," aku berjalan cepat mengabaikan teriakan Mas Razan dari dalam."Amira, apa kabar Nak, apa kamu sehat?" ucap Bapak sa
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

Bab.6 Laki-laki muda

Aku dan Mas Razan sudah selesai bicara empat mata untuk menyelesaikan masalah yang baru saja terjadi dalam kehidupan rumah tangga kami.Mas Razan pamit pergi kembali ke Rumah Sakit setelah memastikan aku tidak lagi marah padanya. Sedangkan aku segera menghubungi Kak Nita untuk mengetahui dimana keberadaannya sekarang mumpung Bapak dan Ibu masih istirahat.Ternyata Kak Nita sudah pergi ke rumah temannya yang terletak tak jauh dari rumahku. Dia bilang, untuk sementara waktu dia akan menginap di rumah temannya."Baiklah kalau Kakak mau nginap disana, tapi ingat, telpon aku kalau butuh apa-apa atau terjadi sesuatu lagi sama Farel," suruhku padanya dalam panggilan telpon."Iya, nanti Kakak telpon kamu kalau Kakak butuh sesuatu, udah dulu ya, ini Farel nangis baru bangun tidur dia," Jawabnya sambil menutup telpon tanpa menunggu jawabanku.Aku pasrah saja, lalu bergegas pergi untuk membeli kebutuhan dapur yang sudah mulai menipis. Sesampainya di Mall aku berjalan menuju tempat bahan makanan
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Bab.7 POV Razan

Bi Nani keluar dari kamarnya setelah ibu pergi. Dia segera mendekat ke arahku dengan ekspresi tidak enak karena aku sudah mengerjakan pekerjaannya."Aduh, Non, kenapa Non nyuci piring? Kenapa gak dibiarin sampai besok saja, biar Bibi atau si Marni yang kerjakan!" katanya heboh sekali."Gak apa-apa Bi, saya lagi pengen cuci piring aja, Bibi istirahat saja," jawabku lembut."Non, kenapa? Kok keliatannya sedih begitu?" tanya Bi Nani padaku."Enggak kok Bi, saya gak apa-apa, saya ke kamar dulu ya," aku segera pergi menuju kamar untuk istirahat.***********Entah kapan Mas Razan pulang semalam. Saat aku terbangun, tiba-tiba dia sudah memelukku dari belakang, sepertinya Mas Razan masih tidur pagi ini. Aku melepas perlahan tangannya yang melingkar."Akan ku buat kamu menyesal sudah melakukan semua itu padaku Mas! Aku bukan wanita bodoh dan naif lagi sekarang, sekali kamu melukaiku, aku akan membalasmu seumur hidup!" ujarku pada Mas Razan yang masih terlelap tidur.Aku segera membersihkan dir
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Bab.8 Mencari Pekerjaan

"Jangan sekarang sayang, nanti Mas akan kasih semua ATM Mas sama kamu tapi jagan sekaranglah," jawabku."Kenapa? Sekarang atau nanti sama saja kan Mas? Sama-sama di kasih ke aku? Atau...Mas memang sayang banget ngasih ATM sama aku? Sayang kalau uangnya cepat habis?" tanyanya menyelidik membuatku kembali bepikir untuk menjawabnya."Iya, maksud Mas nanti saja ya, Mas janji akan ngasih semua ATM Mas sama kamu, bukannya Mas takut kamu boros atau habiskan uangnya, Mas masih ada keperluan lain selain membiayai sekolah Rania," ucapku hampir saja keceplosan."Baiklah Mas, nanti aku tunggu kesadaran Mas!" jawab Amira sambil pergi."Astaga! Kenapa Amira berubah? Perkataannya juga berubah, masa dia barusan bilang tunggu kesadaranku? Emangnya aku lagi kesurupan apa?" gumamku.Bergegas aku segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di atas meja sudah tersedia pakaian kerjaku yang sudah disiapkan Amira. Setelah berpakaian rapih aku segera mengambil tas kerjaku untuk segera berangkat."Mas
last updateLast Updated : 2023-03-31
Read more

Bab.9 Kepergok

"Rinjani! Kamu udah punya pacar sekarang?" tanyaku pada Rinjani yang menoleh cepat."Enak aja, dia bukan pacar aku! Dia sepupu aku!" jawabnya lalu mendekati lelaki itu lalu memukul kepalanya berkali-kali."Kebiasaan lu! Buang kuntung rokok sembarangan lu!" ujarnya kesal."Ampun! Ampun Nyai ronggeng!" teriak laki-laki itu."Apa lu bilang? Awas ya lu ya!" kata Rinjani pada laki-laki itu yang seketika kabur.Aku tertawa lepas melihat tingkah lucu mereka. Mereka berdua sudah seperti Tom dan Jery yang selalu bertengkar setiap saat."Malah ketawa lagi lu!" ujar Rinjani kesal padaku."Habisnya kalian lucu banget wkwkwk.." "Dasar si PTD itu emang gak ada kerjaan! Kerjaannya cuma numpang aja di rumah gue udah gitu malah ngajak gue berantem terus lagi!" "Apa katamu tadi PTD? Apa itu PTD?" tanyaku penasaran kali saja itu nama sebuah pekerjaan yang disematkan pada sepupu Rinjani."Iya, PTD (Penganguran Tingkat Dewa)!" jawab Rinjani kesal lalu duduk di kursi ketika kita sudah berada di dalam rum
last updateLast Updated : 2023-04-01
Read more

Bab.10 Rahasia yang terungkap

Aku mau periksa rahimku, mungkin saja rahimku bermasalah makannya sampai sekarang aku belum bisa hamil juga," jawabku pada Mas Razan."Dokter Dicky sedang istirahat makan Amira, nanti saja kamu periksanya, lagipula keadaan rahim kamu bagus, gak ada yang perlu di periksa, bulan lalu kita periksa semuaya masih baik-baik saja kan?" kata Mas Razan seolah mencegahku."Aku sudah ada janji sama Dokter Dicky Mas, silahkan dilanjut lagi makannya!" ujarku sambil berlalu pergi.Mataku berkaca-kaca tapi sebisa mungkin aku tetap bisa menahannya agar aku tidak menjatuhkan air mataku di depan Mas Razan. Aku harus tetap terlihat kuat meski sudah mengetahui semua nya.Dia tidak mengejarku lagi, entah menurut melanjutkan makan atau apalah aku tidak tahu dan tidak ingin tahu.Seseorang sudah berdiri di depanku yang baru saja tersadar dari lamunan. Dia adalah Dokter Dicky, teman Mas Razan yang berprofesi sama dengannya."Hallo, Amira, kok sendirian?" Sapa Dokter Dicky padaku."Bisa bicara sebentar di rua
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status