Home / Pernikahan / Selingkuhan Suamiku / Bab.2 Memasuki Kamar Kak Nita

Share

Bab.2 Memasuki Kamar Kak Nita

Author: AuthorS
last update Last Updated: 2023-03-12 03:46:20

"Iya, bayi itu adalah bayiku Amira,, hiks..hiks.." ucap Kak Nita yang kini menangis sesegukan.

Aku segera memeluknya untuk menenangkan perasaannya meski aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ingin bertanya, tapi aku takut membuatnya semakin merasa sedih, aku mengelus punggungnya membuat tangis Kak Nita mereda.

Setelah cukup lama membuatnya tenang, aku memberanikan diri bertanya pada Kakakku agar rasa penasaran itu tak membuatku semakin resah.

"Siapa Ayah dari bayi ini Kak? Siapa yang sudah melakukan ini padamu?" tanyaku yang bisa menebak kalau Kak Nita sudah dinodai oleh pria tak bertanggung jawab.

"Hiks..hiks..Kakak tidak bisa mengatakannya Amira," jawabnya dengan air mata yang masih terus mengalir membasahai pipi.

"Ya sudah kalau begitu, Kakak jangan menangis lagi ya, Kakak tidak usah memikirkan apapun lagi sekarang, kasian bayi itu, jangan banyak pikiran lagi," ucapku sambil melepas pelukan.

"Bagaimana dengan Ibu dan Ayah? Bagaimana jika mereka tahu kalau Kakak sudah punya anak diluar nikah sekarang Amira? Kakak gak bisa membayangkan semuanya, mereka pasti akan sangat kecewa juga sedih mengetahui hal ini, hiks..hiks..lebih baik Kakak mati saja agar keluarga tidak menanggung malu lagi karena aib ini!" katanya dengan penuh emosi yang meledak.

"Jangan bicara seperti itu Kak, pikirkan anakmu! Sekarang kamu sudah menjadi ibu dari seorang anak yang tak berdosa, bagaimana jika dia tahu tentang kelakuanmu yang seperti ini yang memilih untuk mengakhiri hidup daripada harus membesarkannya, apa dia akan menyayangimu jika mengetahui penyebab ibunya meninggal adalah dirinya sendiri?" ucapku tegas agar membuat Kak Nita sadar atas ucapannya.

"Hiks..hiks...." Kak Nita diam dengan terus menangis.

Aku ikut menangis meratapi nasibnya yang begitu malang. Pantas saja selama tiga tahun lebih bekerja di Kalimantan, dia tak ingin pulang bahkan terkesan menghindar saat keluarga meminta untuk menghubunginya melalui Vidio Call. Ternyata inilah jawaban atas semuanya,

Aku menangis memikirkan betapa menderitanya Kak Nita di luar sana dengan keadaannya yang tengah mengandung hidup sebatang kara di negri orang harus menanggung malu pula sekarang. Dalam hati, aku juga merasa geram dengan orang yang sudah membuatnya menderita.

Ingin sekali rasanya tangan ini memukul wajah laki-laki tak bertanggung jawab itu. Tapi saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mencari tahu siapa orang yang sudah berbuat kejam itu pada Kakakku. Suatu saat aku akan mencarinya sendiri.

********

Malam hari aku tak bisa terlelap tidur. Perkataan Kak Nita tadi pagi cukup membuat kepalaku pusing karena terlalu banyak berpikir. Aku membalikkan badan ke arah suamiku yang masih asik bermain ponsel sambil tersenyum sendiri.

Akhir-akhir ini Mas Razan memang bersikap berbeda dari sebelumnya. Dia yang biasanya langsung tidur setelah membersihkan diri, kini selalu asik bermain ponsel bahkan sampai larut malam.

"Mas? Belum tidur?" tanyaku mengarahkan tubuhku menghadapnya.

"Belum sayang, kenapa? Yang tadi masih kurang ya, wkwkwk,," jawabnya disertai cekikikan.

"Ih, apan sih Mas, bukan begitu, aku cuma susah tidur aja malam ini," jawabku berharap dia meletakkan ponsel lalu memelukku seperti biasa sebelum tidur.

Tapi tidak, kali ini Mas Razan malah asik mengetik sesuatu di ponselnya sambil tersenyum sendiri mengabaikan ucapanku. Tidak biasanya dia seperti ini, ada apa ini? Dengan siapa dia bertukar pesan? Batinku lagi-lagi dibuat penasaran olehnya.

"Mas!" panggilku agak lantang.

"Hmmmh..pelan-pelan aja manggilnya, nanti kuping Mas sakit!" jawabnya meliriku sekilas dengan ekspresi kesal.

"Habisnya kamu dari tadi asik main Handphone terus, kamu juga gak denger aku bilang apa tadi,"

"Mas denger kok, Mas mau ke bawah dulu ya, mau ambil air, haus," ucapnya bangkit dengan segera keluar dari kamar.

Aku duduk sambil mengernyitkan dahi memandangnya yang baru saja berlalu.

Tidak biasanya dia selalu membawa Handphonenya kemanapun. Biasnya Mas Razan selalu meletakkan Handphonenya sembarangan bahkan hampir hilang karena dia jarang memainkannya juga asal saja dalam meletakkan benda pipih itu.

Jika bukan urusan bisnis biasanya dia jarang bermain ponsel. Tapi kali ini, Mas Razan benar-benar berbeda dari sebelumnya. Mau ke dapur untuk ambil air saja bawa Handphone segala.

Karena penasaran aku mengikutinya ke bawah. Betapa terkejutnya aku saat melihat Mas Razan yang tengah memasuki kamar Kak Nita saat aku baru saja sampai di lantai bawah.

"Kenapa dia memasuki kamar Kak Nita?" gumamku dengan perasaan panas yang sudah menjalar keseluruh hati terbakar api cemburu meski belum tentu mereka berbuat sesuatu yang buruk.

Aku berjalan cepat menuju kamar Kak Nita untuk memastikan apa yang tengah terjadi. Dengan amarah yang menggebu aku berjalan cepat ingin segera sampai karena jaraknya cukup jauh dari tempat aku berdiri tadi.

Ckieet!

Langkahku terhenti saat melihat Mas Razan kembali keluar sambil menimang bayi bernama Farel bersamaan Kak Nita yang terlihat cemas. Ku lihat seksama bayi itu anteng-anteng saja dalam gendongan Mas Razan, tapi kenapa ekspresi Kak Nita seperti orang cemas?

"Eh, kamu kesini juga sayang, ini tadi Farel nangis-nangis pas aku lagi lewat depan pintu. Karena pintunya terbuka, aku langsung masuk aja, kasian Kak Nita kayak kesusahan diamkan Farel. Tapi pas aku gendong, dia berhenti nangisnya," kata Mas Razan padahal aku tidak bertanya apapun.

"Oh, dia lapar kali Kak, dia pengen susu, kayaknya belum kenyang deh," jawabku sok tahu karena memang aku sering membaca beberapa curhatan para ibu di media sosial tentang penyebab bayi menangis di tengah malam.

"Gak tau juga Amira, tapi tadi Kakak udah kasih dia susu kok, gak tau kenapa dia malah nangis terus," jawab Kak Nita yang masih cemas sekali.

"Biar aku periksa, mungkin saja perutnya kembung, makannya dia nangis terus," kata Mas Ranza sambil memasuki kamar Kak Nita tanpa meminta izin terlebih dulu.

Aku kembali mengernyitkan dahi. Bisa-bisanya suamiku yang begitu penuh dengan adab berubah seketika, entah apa penyebabnya?

Meski begitu banyak pertanyaan dalam hati, aku simpan saja rapat-rapat. Aku memasuki kamar Kak Nita untuk melihat secara langsung Mas Razan memeriksa keadaan Farel.

"Perutnya kembung, aku minta minyak telon Kak, biar aku pijat perutnya supaya lebih enak, kalau udah kentut dia akan nyaman karena gas dalam perutnya akan berkurang," ucapnya sambil mengambil sebotol minyak dari tangan Kak Nita.

"Ini, Mas,"

Deg!

Jantungku berdegup saat tangan mereka bersentuhan tepat di hadapanku. Sontak saja kedua orang itu saling memandang, lalu melirikku.

"Maaf," ucap Mas Razan pada Kak Nita lalu dia melirikku.

Karena dia tahu sekali dengan sifatku yang cemburuan. Pastinya Mas Razan tak ingin aku berpikir buruk sedikitpun akibat perlakuannya meski tidak disengaja.

Perlahan dia memijat perut Farel dengan lembut sambil berceloteh mengajak Farel berbicara membuat bayi itu sesekali tersenyum ke arah Mas Razan. Sepertinya bayi itu nyaman saat di dekat suamiku.

Aku lihat Kak Nita tersenyum senang saat melihat kedekatan antara bayinya dengan Mas Razan.

Ada apa ini? Kenapa rasanya hatiku sakit? Apa ini karena aku merasa telah gagal menjadi seorang istri yang belum kunjung memberinya keturunan? batinku menjerit melihat pemandangan itu.

Ada rasa bersalah dalam hati meskipun itu bukanlah kesalahanku. Semua ini hanya masalah waktu saja, aku yakin suatu saat aku pasti bisa memberikan keturunan untuk Mas Razan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
AuthorS
Hallo para pembaca ... mohon dukungannya untuk memberikan ulasan serta subscribe cerita ini ...... jangan sungkan untuk memberi kritik dan saran pada kolom komentar ya... Jangan lupa juga untuk follow akunku agar kalian bisa mengikuti setiap perkembangan cerita ini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.3 Tanda Merah di leher

    Aku dan Mas Razan pamit tidur kepada Kak Nita setelah suamiku itu selesai memijit Farel. Kami langsung tidur karena kini mataku sudah mengantuk begitupun Mas Razan.Beberapa jam berlalu aku terbangun ditengah malam karena bermimpi aneh tentang kehancuran rumah tanggaku. Ku lihat Mas Razan tak ada di tempat tidurnya. Dengan rasa kantuk yang masih menyelimuti mataku, aku berjalan menuju dapur karena tenggorokkanku merasa kering setelah terbangun tadi.Aku lupa menaruh botol milikku yang biasa aku letakkan sebelum tidur di atas nakas.Saat aku melewati kamar Kak Nita, terdengar suara d*sahan yang membuatku menempelkan telingaku pada pintu kamarnya yang tertutup rapat.Suara itu semakin menjadi diiringi ucapan-ucapan manis yang terlontar dari mulut Kakak kandungku. Dengan siapa dia melakukan hal itu? Apa jangan-jangan dengan Mas Razan? batinku yang seketika merasa tergores. Rasanya dadaku bergemuruh dengan tubuh bergetar memikirkan hal yang bahkan belum aku ketahui kepastiannya. Aku berj

    Last Updated : 2023-03-12
  • Selingkuhan Suamiku   Bab.4 Berpelukkan Dengan Wanita Lain

    Pagi hari seperti biasa aku menyiapkan sarapan untuk Mas Razan yang akan segera berangkat bekerja. Meski ada beberapa asisten rumah tangga, aku tidak mengizinkan mereka memasak untuk suamiku. Karena Mas Razan pernah bilang, dia hanya ingin makan masakanku saja.Aku tersenyum saat melihat Mas Razan baru saja turun dari tangga, tapi dia tak membalas senyum juga sapaanku.Di berjalan keluar membuatku segera mengikutinya."Mas, aku sudah siapkan sarapan, kamu gak mau sarapan dulu?" tanyaku lembut padanya yang baru menaruh tas kerjanya di mobil."Enggak, aku mau sarapan di RS aja!" jawabnya ketus sekali."Ya sudah, kalau gitu aku buatkan kamu bekal buat sarapan," aku hendak membalikkan badan tapi Mas Razan mencegahku."Gak usah!" ucapnya lalu melirik ke arah Farel yang berada dalam gendongan Kak Nita. Dia berjalan melewatiku ke arah bayi itu. Lalu mencium pipi gembul menggemaskan milik keponakanku. "Om berangkat kerja dulu ya sayang," ucapnya pada Farel yang tersenyum seolah mengerti.De

    Last Updated : 2023-03-12
  • Selingkuhan Suamiku   Bab.5 Berniat Pergi

    Aku tak mau melihat hal menyakitkan lagi dari sikap Mas Razan yang menurutku sudah banyak sekali berubah. Kuputuskan untuk pergi saja sekedar untuk menenangkan diri di tempat yang mungkin tak akan diketahui olehnya.Saat melewati kamar Kak Nita yang pintunya terbuka, aku melirik sekilas ke arah mereka yang tengah sibuk berbincang. Mas Razan tengah memeriksa keadaan Farel, sedangkan Kak Nita duduk diatas ranjangnya.Apa tidak ada tempat lain selain dikamar? Batinku rasanya geram sekali."Assalamu'alaikum,," terdengar ucapan salam cukup lantang dari arah depan.Sepertinya itu adalah suara Ibu dan Bapak. Aku segera menutup pintu kamar Kak Nita lalu menguncinya agar Ibu dan Bapak tidak mengetahui keberadaan Kak Nita di rumah. Seperti yang dikatakan Kak Nita waktu kemarin, dia tidak ingin sampai Ibu dan Bapak tahu dengan apa yang sudah menimpanya saat ini."Wa'alaikumsalam,," aku berjalan cepat mengabaikan teriakan Mas Razan dari dalam."Amira, apa kabar Nak, apa kamu sehat?" ucap Bapak sa

    Last Updated : 2023-03-12
  • Selingkuhan Suamiku   Bab.6 Laki-laki muda

    Aku dan Mas Razan sudah selesai bicara empat mata untuk menyelesaikan masalah yang baru saja terjadi dalam kehidupan rumah tangga kami.Mas Razan pamit pergi kembali ke Rumah Sakit setelah memastikan aku tidak lagi marah padanya. Sedangkan aku segera menghubungi Kak Nita untuk mengetahui dimana keberadaannya sekarang mumpung Bapak dan Ibu masih istirahat.Ternyata Kak Nita sudah pergi ke rumah temannya yang terletak tak jauh dari rumahku. Dia bilang, untuk sementara waktu dia akan menginap di rumah temannya."Baiklah kalau Kakak mau nginap disana, tapi ingat, telpon aku kalau butuh apa-apa atau terjadi sesuatu lagi sama Farel," suruhku padanya dalam panggilan telpon."Iya, nanti Kakak telpon kamu kalau Kakak butuh sesuatu, udah dulu ya, ini Farel nangis baru bangun tidur dia," Jawabnya sambil menutup telpon tanpa menunggu jawabanku.Aku pasrah saja, lalu bergegas pergi untuk membeli kebutuhan dapur yang sudah mulai menipis. Sesampainya di Mall aku berjalan menuju tempat bahan makanan

    Last Updated : 2023-03-30
  • Selingkuhan Suamiku   Bab.7 POV Razan

    Bi Nani keluar dari kamarnya setelah ibu pergi. Dia segera mendekat ke arahku dengan ekspresi tidak enak karena aku sudah mengerjakan pekerjaannya."Aduh, Non, kenapa Non nyuci piring? Kenapa gak dibiarin sampai besok saja, biar Bibi atau si Marni yang kerjakan!" katanya heboh sekali."Gak apa-apa Bi, saya lagi pengen cuci piring aja, Bibi istirahat saja," jawabku lembut."Non, kenapa? Kok keliatannya sedih begitu?" tanya Bi Nani padaku."Enggak kok Bi, saya gak apa-apa, saya ke kamar dulu ya," aku segera pergi menuju kamar untuk istirahat.***********Entah kapan Mas Razan pulang semalam. Saat aku terbangun, tiba-tiba dia sudah memelukku dari belakang, sepertinya Mas Razan masih tidur pagi ini. Aku melepas perlahan tangannya yang melingkar."Akan ku buat kamu menyesal sudah melakukan semua itu padaku Mas! Aku bukan wanita bodoh dan naif lagi sekarang, sekali kamu melukaiku, aku akan membalasmu seumur hidup!" ujarku pada Mas Razan yang masih terlelap tidur.Aku segera membersihkan dir

    Last Updated : 2023-03-30
  • Selingkuhan Suamiku   Bab.8 Mencari Pekerjaan

    "Jangan sekarang sayang, nanti Mas akan kasih semua ATM Mas sama kamu tapi jagan sekaranglah," jawabku."Kenapa? Sekarang atau nanti sama saja kan Mas? Sama-sama di kasih ke aku? Atau...Mas memang sayang banget ngasih ATM sama aku? Sayang kalau uangnya cepat habis?" tanyanya menyelidik membuatku kembali bepikir untuk menjawabnya."Iya, maksud Mas nanti saja ya, Mas janji akan ngasih semua ATM Mas sama kamu, bukannya Mas takut kamu boros atau habiskan uangnya, Mas masih ada keperluan lain selain membiayai sekolah Rania," ucapku hampir saja keceplosan."Baiklah Mas, nanti aku tunggu kesadaran Mas!" jawab Amira sambil pergi."Astaga! Kenapa Amira berubah? Perkataannya juga berubah, masa dia barusan bilang tunggu kesadaranku? Emangnya aku lagi kesurupan apa?" gumamku.Bergegas aku segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di atas meja sudah tersedia pakaian kerjaku yang sudah disiapkan Amira. Setelah berpakaian rapih aku segera mengambil tas kerjaku untuk segera berangkat."Mas

    Last Updated : 2023-03-31
  • Selingkuhan Suamiku   Bab.9 Kepergok

    "Rinjani! Kamu udah punya pacar sekarang?" tanyaku pada Rinjani yang menoleh cepat."Enak aja, dia bukan pacar aku! Dia sepupu aku!" jawabnya lalu mendekati lelaki itu lalu memukul kepalanya berkali-kali."Kebiasaan lu! Buang kuntung rokok sembarangan lu!" ujarnya kesal."Ampun! Ampun Nyai ronggeng!" teriak laki-laki itu."Apa lu bilang? Awas ya lu ya!" kata Rinjani pada laki-laki itu yang seketika kabur.Aku tertawa lepas melihat tingkah lucu mereka. Mereka berdua sudah seperti Tom dan Jery yang selalu bertengkar setiap saat."Malah ketawa lagi lu!" ujar Rinjani kesal padaku."Habisnya kalian lucu banget wkwkwk.." "Dasar si PTD itu emang gak ada kerjaan! Kerjaannya cuma numpang aja di rumah gue udah gitu malah ngajak gue berantem terus lagi!" "Apa katamu tadi PTD? Apa itu PTD?" tanyaku penasaran kali saja itu nama sebuah pekerjaan yang disematkan pada sepupu Rinjani."Iya, PTD (Penganguran Tingkat Dewa)!" jawab Rinjani kesal lalu duduk di kursi ketika kita sudah berada di dalam rum

    Last Updated : 2023-04-01
  • Selingkuhan Suamiku   Bab.10 Rahasia yang terungkap

    Aku mau periksa rahimku, mungkin saja rahimku bermasalah makannya sampai sekarang aku belum bisa hamil juga," jawabku pada Mas Razan."Dokter Dicky sedang istirahat makan Amira, nanti saja kamu periksanya, lagipula keadaan rahim kamu bagus, gak ada yang perlu di periksa, bulan lalu kita periksa semuaya masih baik-baik saja kan?" kata Mas Razan seolah mencegahku."Aku sudah ada janji sama Dokter Dicky Mas, silahkan dilanjut lagi makannya!" ujarku sambil berlalu pergi.Mataku berkaca-kaca tapi sebisa mungkin aku tetap bisa menahannya agar aku tidak menjatuhkan air mataku di depan Mas Razan. Aku harus tetap terlihat kuat meski sudah mengetahui semua nya.Dia tidak mengejarku lagi, entah menurut melanjutkan makan atau apalah aku tidak tahu dan tidak ingin tahu.Seseorang sudah berdiri di depanku yang baru saja tersadar dari lamunan. Dia adalah Dokter Dicky, teman Mas Razan yang berprofesi sama dengannya."Hallo, Amira, kok sendirian?" Sapa Dokter Dicky padaku."Bisa bicara sebentar di rua

    Last Updated : 2023-04-02

Latest chapter

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.49

    "Aku yakin banget dia ada disana tadi, di dekat pohon kelapa, dan dia memakai jaket warna hitam," aku kekeh karena sangat yakin jika itu benar Kakakku."Ya udah, kamu jangan panik begitu, tenangin diri dulu ya, jangan khawatir, dia tidak akan berbuat jahat lagi sama kamu, mungkin dia cuma kebetulan lewat saja," balas Daniel sambil mengelus pundakku. "Aku beli minum dulu ya, biar kamu lebih tenang setelah minum." Ujarnya lagi lalu pergi.Rinjani menggiring tubuhku untuk duduk di salah satu kursi panjang yang terdapat di pinggir pantai. Dia berkali-kali mengelus punggungku untuk menenangkan karena dia tahu sendiri bagaimana rasa traumaku beberapa waktu lalu saat aku harus kehilangan calon bayiku karena kecelakaan yang di lakukan oleh Kak Nita."Tenang Amira, kamu akan baik-baik saja, jangan khawatir, kan ada aku." Ucap Rinjani.Tak lama Daniel datang dengan sebotol air mineral di tangannya. "Minum dulu Mir, biar kamu lebih tenang," ucapnya mengulurkan sebotol air itu padaku."Iya, terim

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.48

    Aku hanya diam saja berpura tak mendrngar pertanyaan dari Rama. Dia tetap saja mendesak memberiku pertanyaan lagi."Apa mau bulan ini juga kalian merid?" tanyanya lagi yang membuat aku dan Daniel juga Rinjani berlirikan."Bukan bulan ini, tapi besok!" jawab Rinjani tegas.Rama terkikik geli setengah mengejek mendengar hal itu. Aku rasa ada yang berbeda dengan sikapnya. Tapi ku abaikan saja. Setelah acara itu selesai, kami semua pergi ke pantai untuk merayakan kembali hari ulang tahunku.Tentu saja aku meminta izin pada Ibu dan Bapak untuk pergi ke pantai bersama teman-temanku. Mereka langsung mengizinkan karena bukan hanya aku yang meminta izin, tapi Daniel juga. Sepertinya Ibu dan Bapak sudah terpikat oleh sikap baik Daniel padaku yang selama ini cukup dekat dengan keluarga kami.******Kembali kami menghabiskan waktu bersama di pantai setelah sampai dan memakan waktu cukup lama. Kami sampai tepat pukul tiga sore. Aku duduk di tepi pantai sambil menikmati hembusan angin sore. Tiba-

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.47

    Bi Ningrum berhenti di sebuah taman yang sudah di dekorasi dengan dekorasi yang sangat indah. Terdapat ucapan selamat ulang tahun di dalam dekorasi yang terpasang membuat dahiku mengernyit. Disana juga sudah tertata rapih beberapa meja bundar lengkap dengan kursi yang mungkin akan menjadi tempat duduk beberapa tamu.Sebuah kue besar dengan angka 27 di atasnya yang terpampang di atas meja sudah jelas sekali memberitahuku bahwa acara surprise itu di tunjukkan untukku."Happy Birthday Amira" Tampak Daniel yang tiba-tiba muncul dari balik dekorasi itu sambil menebar senyuman termanis padaku."Happy Birthday Amira!" ucapnya berteriak. Beberapa orang juga muncul sambil berteriak terutama Rinjani, Rama dan juga Erlika yang tanpa berekspresi."Tunggu!" ujarku membuat senyum mereka memudar berganti degan ekspresi kebingungan."Ada apa Amira?" tanya Rinjani menghampiriku yang jaraknya beberapa meter."Emangnya kalian yakin hari ini hari ulang tahunku?" tanyaku."Lah, bukannya tanggal ulang tah

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.46

    Nisa menjelaskan mereka berdua sempat berbincang di depan toko dan tak sengaja dia mendengarnya. Maksud mereka datang ke toko mungkin untuk mengundangku ke acara pernikahan mereka, begitu kata Nisa."Aku dengar mereka lagi ngobrol tentang undangan pernikahan Bu, mungkin saja Ibu mau di undang ke acara pernikahan mereka." Jelas Nisa.Mobil yang kini sedang aku kendarai melaju lambat, kala mengingat penjelasan Nisa waktu di toko. Aku menghentikannya di depan sebuah Mall.Setelah memarkirkan mobil aku turun. Beranjak berjalan menuju sebuah toko minuman lalu memesannya. Aku duduk di sebuah kursi menunggu minuman datang."Hai, Amira!" sapa Rama bersama seorang perempuan cantik menghampiriku yang sedang duduk termenung.Aku tersenyum membalas sapaannya. Dia duduk bersama wanita itu. "Malam-malam nongkrong disini, sendirian lagi, Daniel kemana?" tanya Rama.Mendengar pertanyaan itu aku sudah mengerti. Setiap orang pasti akan mengira kami sudah memiliki hubungan selain berteman. Aku jadi mera

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.45

    "Assalamu'alaikum...," ucapku saat membuka pintu rumah setelah sampai di kota kelahiranku."Hallo! Amira, apa kabar!" Rinjani menerobos memelukku dengan di penuhi aura kebahagiaan di wajahnya."Alhamdulillah, baik, aduh! Pelan-pelan dong meluknya!" kataku pada Rinjani yang terlalu bersemangat."Kangen tahu! Kamu nih ya, malah kabur ke luar negri, giliran temen nikah gak ada, kesel deh!" gerutunya sambil mengiringi langkahku berjalan menghampiri Bapak dan Ibu yang tengah duduk di sofa."Gimana jalan-jalannya Mir, pasti senangkan?" tanya Ibu padaku yang mencium punggung tangannya."Alhamdulillah Bu, Amira udah lebih baik sekarang, suasana di sana enak banget, tapi dingin karena lagi musim salju." Jawabku lalu mencium punggung tangan Bapak."Coba kalau kita ikut kesana, Ibu sih gak mau ikut, jadinya Bapak juga gak bisa ikut!" kata Bapak meluapkan kekesalannya."Malas Pak, perjalanannya jauh, naik pesawat lagi. Bapak kan tahu kalau ibu takut naik pesawat." Jawab Ibu membela diri."Iya-iya

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.44

    Aku dan Daniel berjalan kaki ketika sudah sampai di tempat tujuan. Kami harus menaiki tangga panjang menuju menara.Sesekali aku berhenti berjalan karena kelelahan. Dengan tingkah konyolnya dia memintaku untuk menaiki punggungnya menawarkan diri untuk siap menggendongku."Naiklah!" katanya sambil berjongkok."Eh, gak usah, aku masih bisa jalan kok," tolakku."Yakin, bakal kuat naik ke tangga berikutnya?" ejeknya padaku."Yakinlah, ayok lanjut!" ajakku sambil menaiki anak tangga berikutnya.Beberapa menit berikutnya kami sudah sampai di puncak menara. Disana terdapat banyak sekali gembok yang terpasang di sepanjang tempat. "Mau coba pasang gembok? Tulis sebuah tanda, atau permintaan, buat seru-seruan aja." Usul Daniel saat aku berdiri melihat satu persatu gembok yang sudah terpasang.Aku menyetujuinya. Kami membeli gembok serta menulis sesuatu lalu memasangnya di tempat yang cukup ruang. "Selesai!" teriak Daniel kegirangan."Kamu tulis apaan?" aku mengintip gembok yang baru saja di p

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.43

    Ternyata Daniel juga menginap di hotel yang sama dengan kami. Aku sudah bisa menebaknya sendiri, ulah siapa yang membuatnya sampai datang ke Korea untuk mengikutiku. Siapa lagi kalau bukan Mbak Karina.Selain teman semasa SMA Kak Nita, Mbak Karina masih mempunyai ikatan keluarga dengan Daniel. Dia pernah bercerita mengenai perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua Daniel yang sengaja di tolak mentah-mentah oleh Daniel karena Daniel lebih memilih menunggu jandaku.Malu rasanya mendengar cerita itu. Bukan apa-apa, aku merasa menjadi duri yang tidak seharusnya membuat Daniel membantah kedua orang tuanya. Tapi, mau bagaimana lagi, aku tidak tahu apa-apa, berita itu juga ku dengar beberapa bulan yang lalu dari Mbak Karina."Besok kita jalan-jalan ke Namsan Tower yuk!" ajak Daniel saat kita makan malam bersama."Hmm..boleh," jawabku sambil kembali melahap makanan yang belum habis.Mbak Karina hanya tersenyum melihat kita. Dia selertinya mendukung Daniel untuk kembali mendekatiku."Kaya

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.42

    ~~ POV Amira ~~Karena kejadian beberapa waktu lalu yang mengharuskanku mengalami depresi telah kehilangan bayi yang berada dalam kandunganku, membuatku harus pergi ke luar negri untuk menenngkan diri.Ya, aku pergi ke negri gingseng untuk sekedar melepas beban pikiran yang selama ini selalu berkecamuk menguras hati dan pikiranku.Terbersit dalam ingatan sosok Daniel yang selama ini selalu ada untukku saat aku tengah duduk di sebuah kursi taman merenung sendiri.Aku ingat sekali saat Daniel datang kembali dengan menawarkan ide cemerlang tentang bisnis yang sekarang sedang aku jalani. Dia yang memberiku ide untuk menjalankan bisnis kue di kotaku. Dia juga yang selalu ada untukku di saat aku kesusahan menjalani kehamilan di usia-usia rentan. Bahkan dia selalu berusaha sebisa mungkin menuruti keinginan ngidamku. Kami memang hanya teman, akupun tidak lebih menilainya memberi perhatian hanya sekedar mengasihaniku meski dia pernah mengungkap rasa."Amira!" teriak seseorang yang suaranya ta

  • Selingkuhan Suamiku   Bab.41

    "Apa yang sebenarnya terjadi Bu?" tanyaku pada Mamah yang masih berderai air mata.Mamah hanya melirikku sekilas lalu melihat Nita yang sama halnya tengah menangis. Bapak tidak terlihat di sana, entah kemana dia."Kenapa kalian diam? Saya sedang khawatir, tolong jawab, apa yang sebenarnya terjadi sama Amira?" desakku yang membuat Ibu bangkit."Kalau saja dari awal dia dan Nita tidak pernah mengenal kamu, semuanya tidak akan seperti ini!" ujar Ibu menatapku nyalang sambil menunjuk wajahku."Maksud Ibu?" tanyaku."Memang susah ngomong sama orang yang gak punya hati!" ujarnya lalu pergi menyisakan aku dan Nita. "Ada apa ini? Jadi selama ini kamu pulang kempung? Apa mereka sudah tahu hubungan kita?" "Iya!" jawab Nita singkat membuatku emosi."Jawab yang benar, jangan singkat-singkat!" bentakku."Bayi Amira meninggal, karena aku memarahinya saat aku datang ke rumah, aku bertengkar hebat sama dia sampai aku gak bisa mengendalikan diri mendorong dia ke bawah tangga, puas kamu dengan jawaban

DMCA.com Protection Status