Home / Romansa / Belenggu Hati Mantan Suami / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Belenggu Hati Mantan Suami: Chapter 31 - Chapter 40

93 Chapters

BAB 18B

“Aku takut akan kehilangan lagi. Aku berusaha keras meyakinkan diri semua akan baik-baik saja andai aku mencoba, tapi tidak bisa. Bahkan, terapi dari psikolog pun tidak banyak membantu. Aku berhenti mendatanginya saat dia mengatakan trauma itu hanya bisa disembuhkan jika kau mau berdamai dengan diri sendiri. Allah …, apa psikolog itu pikir aku tidak mau andai tahu caranya?” setetes air mata Kiran kembali terjatuh, mengalir di pipi, kemudian menggantung di dagu membentuk butiran air yang kemudian jatuh membasahi tangannya yang berada di atas paha.“Aku bahkan mengikuti pengajian bersama Ibu agar bisa menyirami jiwaku yang layu. Tapi aku masih merasa sesak, Pras. Tidak semua hal di dunia ini bisa diselesaikan dengan mengisi rohani. Ada hal-hal konkret yang harus diselesaikan secara duniawi. Ibarat haus, ya obatnya minum. Tidak akan reda dahaga itu dengan kajian. Mungkin, begitu juga dengan aku.” Kiran meremas tangan.“Ikhlas, andai semudah itu mencapainya.” Kiran tersenyum dengan bibir
Read more

BAB 19A

“Biarkan Pras berganti baju dan mengobati lukanya dulu, Pa. Kita bisa bicara dengan lebih tenang setelah itu.” Linda menahan tangan suaminya yang terkepal.“Urus anakmu!” Sakti mendengus dan berlalu. Dia memilih menyalakan televisi dan menonton pertandingan bulu tangkis antar negara.Malam ini final Thomas Cup, Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya akan bertarung mewakili ganda putra Indonesia memperebutkan piala kemenangan melawan Liu Cheng dan Zhang Nan yang mewakili China. Andai tidak ada kejadian ini, bisa dipastikan dia dan Pras sudah duduk anteng di depan televisi menyaksikan pertandingan bersama.“Ma?” Pras yang baru saja selesai mandi menghampiri Linda yang duduk di ranjang. Disampingnya, kotak P3K sudah terbuka. Pras duduk di samping mamanya. Sesekali, dia meringis pelan saat Linda mengusap alkohol di lukanya.“Tadi Mama sudah minta Bi Darmi menyiapkan air hangat. Kompres lebam-lebamnya dengan air hangat sebelum tidur.” Linda memegang pelan bibir Pras yang pecah dan bengkak.“Ssshh
Read more

BAB 19B

“Mama sudah mencari informasi tentang keluarga Kiran. Bukan bermaksud merendahkan, tapi maaf ya, Kiran, kami ingin sekali Pras mendapat pasangan dari keluarga pengusaha juga sehingga usaha kami saat ini bisa semakin maju.” Denting air mata menyeruak di mata Linda saat mengingat ucapannya beberapa tahun yang lalu.“Tidak apa-apa, Tante. Lagipula, saya dan Pras memang hanya berteman saja. Saya permisi.” Ucapan Kiran hari itu memenuhi gendang telinga Linda. Dia seolah sedang melihat gadis muda yang baru saja menyelesaikan kuliah duduk gemetar di sofa yang saat ini mereka duduki.“Kiran!” teriakan nyaring Pras hari itu seolah menusuk sanubari Linda saat ini. Dia bahkan bisa mendengar derap kaki Kiran yang berlari keluar dari rumahnya.“Besok kita ke rumah Pak Danu setelah selesai mengontrol bongkar muat barang di gudang. Minta maaf karena sudah meninggalkan Verlin.” Suara Sakti menarik kembali kesadaran Linda. Tanpa dia sadari, air matanya menetes dan mengalir di pipi. “Kita selesaikan u
Read more

BAB 20A

"Rumah ini memang sudah lama kosong, Nak Pras. Orangnya berkali-kali menawarkan agar dibeli, tapi Bapak sama ibu belum ada rezeki." Ahmad menyeruput teh beraroma melati yang uapnya masih sedikit mengepul. Dia kemudian mengambil combro dan mengunyahnya dengan nikmat."Kemarin lusa, Bu Lina, pemilik rumah ini datang lagi. Akhirnya Kiran memutuskan membelinya. Kata Kiran dia ingin mencoba hidup mandiri, ya walaupun rumahnya sebelahan dengan Bapak dan Ibu. Paling-paling kalau dia sibuk kerja, Ibu juga yang membersihkan.” Ahmad terkekeh.“Kemana orangnya, Pak?” Pras menyelonjorkan kaki. Pagi-pagi sekali dia sudah datang. Seperti biasa, Pras sudah hafal betul jadwal akhir pekan Ahmad. Ada-ada saja yang akan lelaki itu kerjakan. Merapikan taman, membersihkan kolam, mengecat rumah, masih banyak lagi kegiatan untuk mengisi waktu luang.Seperti hari ini, Ahmad baru saja selesai membersihkan rumah tetangganya yang sudah lama kosong saat Pras datang. Setelah itu, berdua mereka membersihkan rumput
Read more

BAB 20B

"Pernikahan terus dibahas. Mantan cuy mantan." Pras terbahak."Sudah, sudah, ayo sarapan." Kiran melerai keduanya. Kalau tidak segera dihentikan, Kiran khawatir bisa terjadi baku hantam lagi.Mereka makan sambil mengobrol ringan. Sesekali, Kiran melirik Pras yang melempar lelucon hingga membuat ruang makan ramai. Haidar menghembuskan napas pelan. Nafsu makannya mendadak menurun melihat Kiran begitu sumringah dan bisa tertawa lepas di samping Pras. padahal, candaan yang dilempar Pras biasa saja bahkan cenderung garing menurutnya.Kiran hampir saja kelepasan tertawa melihat kode dari Pras. Lelaki itu sejak selesai makan tadi terus mengedip-ngedipkan mata minta diantar keluar. Biasa, itu juga salah satu kode mereka saat masih sekolah dulu. Kiran dan Pras bahkan dapat berbicara hanya dari kedipan mata.“Antar keluar.” Kepala Pras sedikit bergerak ke arah pintu, memberikan kode pada Kiran yang sedang menganguk-angguk mendengarkan Haidar dan Ahmad berbincang.“Ran! Ran!” Pras mengetuk-ngetu
Read more

BAB 21A

Kiran menatap kepergian Haidar dengan perasaan yang terhimpit. Setiap kalimat yang Haidar ucapkan meninggalkan lubang di hati Kiran. Dia masih terus termenung bahkan setelah mobil mantan suaminya itu menghilang dari pandangan.Kiran menarik napas panjang. Aroma minyak wangi yang Haidar kenakan tertingal di udara sehingga dia masih dapat menciumnya. Kiran mendadak tersenyum, ini aroma minyak wangi yang dia pilihkan dulu.Kiran termenung. Tarian kupu-kupu yang berterbangan dari satu kuntum ke kuntum lainnya menarik perhatian Kiran. Ucapan Pras tiba-tiba memenuhi isi kepalanya.““Bodoh! Dia tidak akan datang dan mendekatimu andai istrinya tidak mati. TIDAK AKAN!” Kiran memejamkan mata. Wajah penuh emosi Pras saat mengucapkan itu melintas di ingatannya.“Bangun, Kiran, bangun! Pikirkan andai istrinya masih ada dan mereka sudah mempunyai anak. Apa b*jingan itu akan duduk di pantai denganmu hari ini? Hah?! Kalau benar dia mencintaimu, dia tidak akan menunggu tiga tahun untuk mengajak kembal
Read more

BAB 21B

“Jodoh itu mutlak kuasa Allah.” Kiran tersentak saat menyadari Ahmad telah duduk di sampingnya, menggantikan posisi Haidar.“Bapak sudah lama?” Kiran menunduk dan mengusap air mata. Matanya sedikit silau karena cahaya matahari yang semakin terang.“Kamu berteman dengan Pras sejak dari SMP sampai lulus kuliah. Sepuluh tahun lebih kalian dekat, tapi justru berjodoh dan menikah dengan Haidar yang hanya saling kenal tiga bulan.” Ahmad mengelus punggung Kiran.“Kini, setelah bercerai lama dari Haidar, dua lelaki itu datang kembali secara bersamaan. Seolah takdir sedang bercanda dengan kita, bukan?” Ahmad tersenyum menatap wajah basah Kiran.Jarang sekali dia melihat Kiran menangis. Anak tunggalnya itu wanita yang tangguh dan periang. Ahmad tahu, Kiran menyembunyikan semua luka dan menangisinya sendirian. Hampir tidak pernah Kiran mendatangi dia dan Rista dalam keadaan merengek karena ada masalah.“Haidar dan Pras sama-sama lelaki baik. Kalau hatimu lebih berat pada Haidar, tidak ada salahn
Read more

BAB 22A

“Betul, Pak Rifky, dua tahun terakhir ini memang bisnis saya agak sedikit goyang, tapi itu ‘kan hanya di satu sektor. Sementara sektor yang lain ‘kan tetap jalan. Yang saya ajukan di Bank Pak Rifky ini bisnis yang sudah mumpuni.” Danu mempersilakan Kiran dan Rifky untuk menikmati makanan ringan yang baru saja disajikan.“Betul, di era ekonomi yang tidak menentu ini usaha Pak Danu termasuk salah satu yang cukup kuat. Hal itu sudah menjadi perhatian pihak pusat. Makanya begitu mendapat kabar Pak Danu mengajukan tambahan modal kerja, Dirut langsung menelepon saya."Danu terkekeh. Dia merupakan nasabah VIP sekaligus teman baik Dirut Bank tempat mereka bekerja. Portofolio pembiayaannya sampai lima puluh milyar lebih."Dirut memerintahkan langsung agar pengajuan lain ditunda dan punya Pak Danu didahulukan. Tapi tenang saja, Mbak Kiran ini adalah salah satu AO terbaik. Dia bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat.""Semua data dan legalitas usaha sudah ada pada kami. Paling nanti update kon
Read more

BAB 22B

Kiran mengepalkan tangan. Sementara Rifky menarik napas panjang. Dia paham sekali situasi ini. Dia memegang tangan Kiran agar tidak kembali menyerang Danu. seharusnya dia tidak meninggalkan kancil di kandang harimau.“Lihat saja di CCTV, Ma!” Danu menunjuk layar laptop di meja kerjanya. “Kalau mau selingkuh, sudah sejak dulu Papa lakukan. Umur sudah tua, buat apa bertingkah macam-macam.” Danu mengaduh pelan.Viona berjalan cepat menuju meja dan mengecek rekaman CCTV. “Mati, Pa?” Viona menatap Danu bingung.“Mati?” Danu ikut bertanya. Dia tersenyum tipis. Danu memang sengaja mematikan CCTV itu kemarin saat tahu hari ini akan ada kunjungan dari Rifki dan Kiran. Bahkan, orang yang menghubungi Rifky tadi juga merupakan orang suruhan Danu. "Pergi kalian! Dasar gatel!""Eh, itu suami Ibu yang gatel bukan saya!""Kiran." Rifky berbisik pelan."Pak Danu, sepertinya ada kesalahpahaman di sini. Ada baiknya kami pulang dulu agar bisa menyelesaikan masalah ini dengan tenang.""Lunasi saja pinjam
Read more

BAB 23A

Kiran memperhatikan bangunan yang seolah berlarian di luar sana. Hatinya kacau. Dia lelah. Kenapa semesta seolah senang benar mengajaknya bercanda? Tak hanya masalah percintaan, masalah pekerjaan pun kini dia berada dalam posisi sulit.“Tenangkan diri, Ran, jangan terbawa emosi.” Rifky menarik napas panjang. Dari sini dia bisa melihat dengan jelas kegundahan di wajah Kiran.Kiran mengangguk. Entah sudah berapa kali kalimat itu Rifky ucapkan sepanjang perjalanan mereka kembali ke kantor. Wajah Kiran pucat. Ujung-ujung jari kakinya terasa dingin. Andai tidak mengenakan riasan, pasti wajah pucat Kiran akan terlihat sangat jelas.“Bantu hamba ya, Allah.” Kiran mengusap wajah. Berbagai kekhawatiran menyelimuti hatinya. Bagaimana jika dia dipecat? Bayangan wajah kedua orangtuanya melintas. Ahmad yang hanya buruh di pabrik gula, Rista yang sehari-hari hanya di rumah. Dulu, ibunya berjualan di pasar. Namun, sejak asam urat menyerang, Rista kesulitan mengangkat barang-barang sehingga berhenti
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status