Home / Romansa / Dicampakkan Setelah Malam Pertama / Chapter 281 - Chapter 290

All Chapters of Dicampakkan Setelah Malam Pertama: Chapter 281 - Chapter 290

298 Chapters

Part 281. [Side Story] Rudy dan Cintya. Bagian 4

Desi menatap rumah sederhana di depannya dari kaca mobil. Dia belum keluar dari mobil dan kembali berpikir apa dia perlu melakukan itu? Desi terus menatap ke arah rumah sederhana tersebut semakin lekat dan rumah itu tampak sepi. Yang Desi tahu dari orang yang diminta menyelidiki, orang tua madunya itu akan pergi ke ladang kalau pagi begini. Jadi sudah bisa dipastikan, gadis itu sendirian ada di rumah. Menguatkan tekad, Desi akhirnya keluar. Di tangannya ada beberapa dokumen yang diperlukan untuk memperlihatkan jika dia adalah istri sahnya. “Ibu butuh teman?” tanya sopirnya. “Ya. Bapak tolong temani saya.” Desi sebenarnya tidak ingin membuat masalah, tapi dia juga tidak bisa diam saja setelah suaminya semalam tidak pulang dan berada di sana. Rudy selalu bilang kalau dia tak pernah mencintai perempuan itu, tapi nyatanya dia menginap dan menunjukkan hal yang sebaliknya kepadanya. Mengetuk pintu kayu bercat hijau pudar itu, Desi menunggu seseorang keluar dari rumah dan membukakan pin
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more

Part 282. [Side Story] Rudy dan Cintya. Bagian 5

Setelah membuat Marta menangis meraung karena dirinya, Rudy pergi begitu saja dari rumah perempuan itu. Dia pergi untuk menemui Desi di rumahnya dan ingin berbicara dengan sang istri. Rudy sampai di rumah tengah malam dan dia terkejut ketika Desi masih terjaga di ruang keluarga. “Sayang.” Dengan langkah pelan, Rudy mendekati Desi. Ada ekspresi ketakutan yang ditunjukkan oleh Rudy ketika Desi menatapnya. Langkah kakinya membawanya pada perempuan yang dicintainya itu kemudian duduk di samping Desi. “Kamu belum tidur? Atau terbangun?” “Apa menyenangkan sekarang berada di tempat istri kedua?” Desi bertanya dengan santai, tapi ucapannya penuh dengan penekanan. “Sudah mulai jatuh cinta dengan istri kedua?” “Sayang. Aku__”“Kamu pasti sudah tahu kalau aku tadi siang menemui Marta?” Desi tidak membiarkan Rudy mengambil kesempatan untuk menjelaskan. Dia yang memimpin sekarang. “Dia bilang, dia juga sebenarnya tidak mau kamu nikahi. Kenapa kamu nekat melakukannya, Mas?” Rasa nyeri yang di
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more

Part 283.  [Side Story] Rudy dan Cintya. Bagian 6

“Pak, Ibu menghilang!” Laporan itu membuat Rudy yang tengah bekerja pun menegang di tempatnya. Berusaha mengais kesadarannya, dia berusaha tenang. “Kamu sudah mencarinya di dalam rumah? Disetiap sudut rumah?” “Sudah, Pak. Dan kami tidak menemukannya.” Rudy tidak bisa menahan diri untuk segera pergi dari kantornya. Dengan tergesa dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, dia sampai di rumah. Pertama kali yang dituju adalah kamar utama. Melihat beberapa barang, hanya sedikit yang dibawa. Koper masih ada di tempatnya, tapi satu tas travel menghilang. Rudy mencengkram pinggiran pintu lemari dengan erat. Tidak pernah berpikir jika pada akhirnya Desi akan pergi. Bukankah hubungan mereka baik-baik saja? Tidak! Lebih tepatnya sudah mulai membaik. Desi memperlakukannya dengan begitu baik. tapi ternyata itu hanya untuknya mengelabui. “Ke mana kalian pergi sampai tidak melihat Ibu pergi dari rumah?” Sentakan suara Rudy menggema di seluruh ruangan kamarnya. Beberapa asisten rumah tan
last updateLast Updated : 2023-08-22
Read more

Part 285. [Side Story] Rudy dan Cintya. Bagian 7

Desi sudah tidak punya uang. Dia juga baru saja melahirkan sehingga dia tidak bisa bekerja dengan benar. Harus setidaknya menunggu sampai beberapa bulan lagi. Kondisi fisiknya lemah dan dia tidak bisa menjaga Marvin dengan baik. Bocah kecil itu juga terus menangis. Desi menangis saat mengambil keputusan untuk menitipkan Marvin di panti asuhan. Jahat? Sangat! Untuk mencari pekerjaan, tidak akan semudah yang dibayangkan. Jadi Desi mengambil keputusan yang sangat fatal. “Maafkan Mama, Sayang. Mama janji akan segera menjemput kamu lagi setelah Mama memiliki uang.” Desi menangis dengan menyedihkan. “Mama tahu Mama egois, tapi Mama nggak akan menyerahkan kamu kepada ayahmu. Karena kamu hanya untuk Mama. Mama janji, Sayang. Mama Janji, Mama yang akan mengajari kamu bicara. Ini nggak akan lama. Sampai Mama mampu menghidupi kita berdua.” Desi meletakkan Marvin di depan panti asuhan. Mengetuk pintu panti sebelum dia bersembunyi. Seorang wanita keluar dari dalam panti dan tampak terkejut. Di
last updateLast Updated : 2023-08-22
Read more

Part 285. Damai

“Jadi kamu selama ini benar-benar hanya tinggal dengan nenek dan kakekmu?” Bu Cintya meyakinkan sekali lagi seolah dia tak mempercayai ucapan Almeda. “Iya. Saya sejak dulu tidak pernah tahu bagaimana wajah ibu dan ayah saya. Bahkan saat kami bertemu, maksud saya saya dan ibu saya, dia adalah orang yang sudah membenci saya dari awal. Jadi pertemuan itu juga hanya meninggalkan pertikaian di antara kami.”Muncullah segala cerita yang dialami oleh Almeda tentang penculikan yang dilakukan oleh Marta kepadanya dan bagaimana Denial serta orang-orangnya membalaskan semua hal yang dilakukan oleh Marta. “Saya mengerti kalau Tante memang sangat sakit hati kepada ayah saya. Saya tidak menyalahkan Tante. Saya kalau di posisi Tante, mungkin akan melakukan hal yang sama.” Bu Cintya menatap Almeda dengan tatapan sulit diartikan. Benar yang dikatakan oleh Denial, dia dan Almeda adalah korban. Mereka adalah anak-anak yang tidak beruntung. Sejak kecil tidak pernah merasakan kasih sayang yang dibutuhk
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more

Part 286. Orang Baik

Almeda sampai rumah dan dia melihat Denial bersama Om Rudy tengah mengobrol di gazebo belakang rumah. Setelah menidurkan Elang di box bayinya, dia bergabung bersama dengan kakak dan juga ayahnya di sana. Almeda tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, tapi sesekali, mereka tertawa bersama. “Dari mana?” Denial bertanya ketika Almeda baru saja mendaratkan bokongnya di sampingnya. “Baru dari jalan-jalan, lalu mampir ke Infinity.” Tatapan mata Almeda mengarah pada ayah dan kakaknya secara bergantian. “Lagi ngobrol apa sih? Kayaknya seru banget. Terus, Den, kamu nggak ngantor?” “Ngobrol random aja. Ini tadi baru pulang dari kantor langsung mampir. Mau nengokin Ayah sama cariin Elang, nggak tahunya nggak ada di rumah bocahnya.”“Tunggu sampai dia bangun. Pasti langsung nemplok. Heran deh sama si Elang, padahal dia juga jarang ketemu juga.” “Ikatan batin, Al. Namanya juga babanya.” Almeda masih benar-benar geli mendengar panggilan itu. Panggilan yang tadinya normal menjadi panggilan
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more

Part 287. Bu Cintya yang Baik

Denial ditarik oleh anak-anak untuk main bersama dengan mereka. Tinggal tiga perempuan yang ada di dalam ruangan tamu tersebut berbincang hangat. Ada banyak hal yang mereka bicarakan, tapi Bu Cintya lebih banyak bertanya tentang Denial di masa kecilnya. Kata apa yang pertama kali keluar dari mulut Denial, bagaimana pertama kali mereka mengajari Denial belajar dan berbicara, bagaimana pertama kali Denial bisa berjalan, dan banyak lagi yang Bu Cintya tanyakan. Kehilangan momen masa kecil anak adalah hal yang sangat menyakitkan. Bu Cintya merasa dirinya sungguh menyesal dan akan terus menyesal di dalam hatinya. Tapi apa boleh buat, dia tak akan pernah bisa mengulang masa itu. “Saya menyesal, Bu.” Bu Cintya mengeluarkan tangisnya yang sejak tadi sudah ditahannya mati-matian. “Saya tidak menyangka Tuhan akan menghukum saya begitu menyakitkan.” Crystal yang ada di samping ibu mertuanya itu hanya sanggup mengelus punggung Bu Cintya dengan lembut. Dia tak bisa mengatakan apa pun. Kecuali h
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

Part 288. Bedrest 

Pagi ini diributkan oleh Denial yang tengah merawat Crystal karena demam. Setelah pulang dari panti asuhan kemarin, Crystal seolah sudah merasakan badannya sudah tidak nyaman. Dia merasa lemas dan mual. Dan semalam, suhu tubuhnya meningkat dan membuat panas luar biasa. Denial sudah mengkompresnya semalam, tapi panasnya tak kunjung turun. “Ke rumah sakit ya, Sayang. Aku takut kamu kenapa-napa.” Denial membujuk istrinya itu tapi gelengan Crystal selalu yang memberi jawaban. “Kalau kamu nggak ke rumah sakit, suhu tubuh kamu nggak turun-turun. Kamu bilang asam lambung kamu juga naik ‘kan? Lambung itu bahaya.” Tetap pada pendiriannya, Crystal tidak ingin ke rumah sakit. Denial tadi pagi sudah meminta bibi untuk membuatkan bubur, tapi bubur itu hanya dimakan sedikit. Obat yang sudah masuk ke dalam perut Crystal pun tak cukup mampu membuat panas Crystal menurun. Ini sungguh menyedihkan. “Gimana keadaannya Crystal, Den?” tanya Bu Cintya ketika masuk ke dalam kamar putranya. Menempelkan tel
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

Part 289. Obrolan

Bu Cintya menatap Crystal yang tengah tidur setelah menumpahkan tangisnya. Banyak petuah yang diberikan oleh Bu Cintya kepada menantunya itu agar tidak memikirkannya terlalu berat atau itu hanya akan membuat kehamilannya semakin rentan. Tentu saja mereka kasihan dengan keadaan Crystal. “Kamu serahkan saja sama Mama. Mama yang akan mendampingi menantu Mama dengan baik. Kamu hanya perlu bekerja dengan benar.” Bu Cintya tidak ingin konsentrasi Denial terpecah sehingga membuat urusan mereka tidak tertangani dengan baik. Maka tugas harus dibagi. Bukannya Bu Cintya tidak membolehkan Denial untuk mengurus istrinya, tapi jika masalah itu semakin dijadikan beban, maka hanya akan berantakan. Besoknya, Denial berada di kantor dengan perasaan yang tidak tenang. Istrinya memang baik-baik saja. Perempuan itu hanya perlu berada di atas kasur dan tidak perlu melakukan apa pun. Dibolehkan berjalan-jalan dengan ringan. Tapi tetap saja Denial masih terus kepikiran. “Pak, perwakilan D’ Design ingin b
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

Part 290. Bosan

Denial setengah berlari untuk memasuki rumah. Dia ingin segera sampai dan melihat kondisi istrinya. Dia sudah mendapatkan informasi dan sang bunda jika Crystal baik-baik saja. Tapi tentu saja tak puas jika tidak melihatnya secara langsung. “Mas udah pulang.” Crystal tengah duduk di atas ranjang sambil memegang tab di tangannya. Menggambar banyak design untuk rancangan Crystal fashion. “Kok kerja sih, Sayang?” Denial duduk setelah mengecup puncak kepala Crystal. “Kamu harus istirahat.” “Mas, aku ini istirahat. Aku nggak kerja berat, juga nggak berpikir berat. Aku cuma gambar dan nggak akan terjadi hal-hal yang buruk. Kalau aku nggak ngapa-ngapain justru akan stress. Ohya, tadi Mbak-mbak dua itu datang. Barusan pulang.” Denial mengangguk sambil menatap lekat ke arah Crystal. “Kamu yakin nggak papa? Aku seharian khawatir mikirin kamu tahu nggak sih.” “Nggak papa, Mas-ku. Aku tadi juga jalan-jalan pelan, baca buku, ngobrol sama Mama dan Mbak-mbak. Aku baik-baik aja. Dia kuat kok.” C
last updateLast Updated : 2023-08-25
Read more
PREV
1
...
252627282930
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status