Semua Bab Dicampakkan Setelah Malam Pertama: Bab 211 - Bab 220

298 Bab

Part 211. Perasaan yang Aneh

“Maaf kalau ini mengejutkan buat Bapak. Tapi itulah yang terjadi sebenarnya.” Almeda kembali bersuara dengan lembut namun tegas. Ekspresi yang ditunjukkan oleh Radit masih tampak kaku dan termenung. Namun kepalan tangannya tidak terurai. Dia bahkan belum berhasil mendapatkan informasi dari orang-orang kepercayaannya tentan putri kandung ayahnya, tapi Almeda justru mengatakan dengan ‘lantang’ di depannya menyatakan jika dia adalah orang dicari Radi. “Saya tidak menyangka ini akan terjadi.” Radit akhirnya bersuara. Terkekeh kaku dengan keberanian yang ditunjukkan oleh Almeda. Belum jelas apa maksud dari perempuan itu melakukan semua ini, tapi tentu ini bukan sesuatu yang sederhana. “Jujur saja, selama ini saya tidak pernah berpikir masih ada kerabat di dunia ini. Yang masih memiliki ikatan darah dengan saya.” Ada nada getir yang terdengar di dalam suara Almeda. “Tapi, saya juga tak lantas bisa menerima keberadaan Pak Rudy yang memang adalah ayah kandung saya. Tidak mudah mengobati lu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-08
Baca selengkapnya

Part 212. Pembagian Harta

Bu Cintya merasa bodoh karena dia tak sekalipun tahu nama lelaki itu. Crystal pun tidak pernah menyebutkan nama kekasihnya. Gadis itu hanya memanggil ‘mas’ yang terlalu singkat. Rasa penasaran itu terasa melambung di dalam hatinya. Dia ingin segera mengetahui sesuatu, tapi seharusnya dia memiliki alasan yang lebih baik untuk itu. Tapi apa? Apa yang harus dia katakan untuk bertanya. Akan semakin aneh kalau tiba-tiba saja dia bertanya tentang kekasih Crystal itu kepada kekasihnya langsung. Bagaimana kalau ternyata ada anggapan dia menyukai brondong dan ….Bu Cintya menggelengkan kepalanya untuk menolak segala pikiran aneh yang ada di dalam kepalanya. Akan ada waktunya untuk dia mengetahui semuanya. Tapi entah kenapa, perasaannya mengatakan jika lelaki yang siang ini ditemui adalah orang yang selama ini coba dicarinya. *** “Apa yang coba Papa katakan kepada putri Papa?” Radit tampaknya tidak akan berlama-lama untuk membuat semua menjadi jelas. Dia segera saja bertemu dengan om Rudy d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-08
Baca selengkapnya

Part 213. Tak Terima

“Tapi keputusan yang Papa buat ini tidak adil bagi aku.” Radit bersuara dengan nada keras. “Aku yang sudah bekerja keras untuk perusahaan. Kenapa Papa memberikan lebih banyak kepada mereka dari pada aku?” “Di usiamu yang yang ke delapan belas, aku sudah memberikan saham sebesar lima persen kepadamu. Bahkan property yang aku beli atas namamu tidak aku masukkan di sini untuk dikaji ulang. Kamu masih mengatakan semua ini, Dit?” Om Rudy memang benar-benar memanjakan Radit sejak dulu. Delapan belas tahun, lelaki itu bahkan sudah memiliki saham atas namanya sendiri. Tidak banyak memang, tapi tetap saja dia masih memiliki saham tertinggi di antara Almeda dan putra pertama om Radit. Ayah dan anak itu saling menatap sengit satu sama lain. Tidak ada dari mereka yang ingin mengalah lebih dulu. “Anak Papa bahkan belum ditemukan, bagaimana mungkin Papa sudah membagikan saham itu untuknya? Bagaimana kalau ternyata dia sungguh tidak ditemukan?”“Tentu saja itu akan menjadi urusan belakangan. Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-09
Baca selengkapnya

Part 214. Kesepakatan Rudy dan Denial

Kandungan Almeda tidak selemah itu sampai harus terpengaruh dengan kata-kata tak pantas yang dikeluarkan oleh Radit kepadanya. “Aku baik-baik saja.” Begitulah kata Almeda. “Tapi, bagaimanapun Radit adalah putra Bapak. Bapak sudah merawatnya sejak kecil. Dia pastilah kecewa dengan apa yang Bapak lakukan kepadanya.” “Keputusan ini bukan karena aku sudah tidak sayang lagi kepadanya. Tapi sekarang anakku bukan hanya dia. Jadi sudah sewajarnya aku membagi untuk anak-anakku yang lain semua harta yang aku punya.” Almeda memiliki ibu yang ingin melenyapkannya. Tapi sosok ayahnya jauh lebih berbeda. Lelaki itu baik dan peduli terhadapnya. Entah bagaimana, perasaan Almeda terhadap lelaki itu sedikit berubah. Benar, dulu sang ayah memang tidak peduli padanya. Tapi lelaki itu tentu tidak pernah ingin menyingkirkan dirinya dari dunia ini. Almeda menjadi simpati kepada lelaki itu. “Bagaimana kalau suatu hari, tiba-tiba Bapak bertemu dengan istri dan putra Bapak? Dan tentang keberadaanku yang pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-09
Baca selengkapnya

Part 215. Inisial M

“Mungkin saja. Tapi apa bisa secepat itu mengubah sesuatu?” “Kita tahu di dunia ini tidak mungkin tidak bisa dilakukan kalau ada uangnya, Pak.” Jika bu Desi tidak mengubah identitasnya, bagaimanapun caranya entah itu membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan hitungan tahun pasti bisa didapatkan. Sekarang bahkan sudah tiga puluh tahun lebih dan perempuan itu benar-benar tidak ditemukan. “Apa pun yang dilakukan, aku rasa dia memang hebat. Bagaimana mungkin dia begitu pandai bersembunyi.” Pencarian yang dilakukan oleh om Rudy sama sekali tidak pernah berhenti. Dia selalu menegaskan kepada orang-orangnya untuk mencari dan terus mencari. Namun faktanya nihil sama sekali. “Baiklah. Besok saya akan datang ke rumah Bapak untuk melihat beberapa barang.” “Tentu. Aku akan menunggumu.” Hari itu pembicaraan masalah pencarian itu selesai sampai di sana. Denial kembali ke Flame dan mengurus pekerjaannya. Dia benar-benar bisa melakukan banyak pekerjaan dengan terarah karena sejak dulu dia s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-10
Baca selengkapnya

Part 216. Orang yang Sama

Meskipun Denial sudah meminta izin untuk men-share inisial tersebut dalam proses pencarian, tapi Denial belum melakukannya. Dia tidak ingin terburu-buru. Dia justru terus berpikir apakah perlu mencari keberadaan seseorang di media social. Tapi tidak bisa dipungkiri jika sekarang adalah zaman di mana mudah menemukan seseorang di media social. “Itu foto apa?” tanya Crystal saat melihat ponsel Denial yang menunjukkan inisial M di sana. “Inisial nama putra Pak Rudy.” Denial tidak sekalipun menoleh pada Crystal dan terus mengamati inisial yang tampak rumit tersebut. “Nama anak pak Rudy adalah Marvin dan istrinya Desi.” Denial menjelaskan singkat. Crystal mengamati gambar yang ada di ponsel Denial tanpa membalas ucapan kekasihnya. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Crystal seolah dia penuh dengan ketertarikan pada tulisan itu. “Jadi dugaanku kalau putra om Rudy adalah Mas itu salah?” Tatapannya penuh penyesalan. “Padahal aku berharap begitu.” Denial yang sejak awal sedikit
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-10
Baca selengkapnya

Part 217. Dunia Terlalu Sempit

Luka di dalam hati bu Cintya tidak bisa disembuhkan. Waktu memang terus berjalan, tapi luka itu tak kunjung mengering. Sekarang semua sudah jelas. Bu Cintya sudah tahu tentang semuanya dan dia akan maju lebih dulu. Dia bahkan tidak mempertimbangkan apakah Denial akan menerimanya atau justru menolaknya.“Siapa yang peduli!” Matanya memancarkan perih dan luka, juga kesungguhan yang luar biasa. “Putraku tetaplah putraku.” “Tapi kamu melakukan kesalahan besar yang mungkin saja bisa membuat Denial justru akan mendorongmu untuk pergi darinya.” Logikanya mengingatkan. “Aku punya alasan jelas untuk keputusan yang dulu pernah aku ambil.” Bu Cintya menyangkal kesalahannya. Perempuan itu memasukkan kembali barang-barang kecil itu ke dalam kotak dan menyembunyikannya.Setelah barang itu kembali pada tempatnya, bu Cintya segera menghubungi seseorang. Beberapa deringan tidak diangkat. Membuat bu Cintya setidaknya merasakan emosinya kembali melambung. Setelah mengulangi panggilan tersebut, barulah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-11
Baca selengkapnya

Part 218. Fakta dari Bu Cintya

“Kamu tidak ke kantor?” Bu Cintya kembali membuka mulutnya untuk berbicara setelah dia memesan. “Oh, saya baru keluar kantor. Ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan tadi di luar kantor.”Kembali hening. Denial menyesap kopinya yang masih hangat sembari sesekali menoleh pada suasana restoran yang tampak ramai. Hal itu berbeda dengan bu Cintya yang menatap fokus pada Denial. “Denial!” Mendengar bu Cintya memanggil dan menyebut namanya, tentu saja hal itu membuat Denial menatap perempuan itu dengan reaksi biasa saja. “Namamu sepertinya lain dari pada yang lain. Terdengar unik.” Pembahasan awal adalah tentang nama. Tentu hal itu sebagai sebuah pancingan sebelum dia mengungkapkan semuanya. Denial pun tidak bersuara. Menunggu akan sejauh mana bu Cintya mengobrol tentang hal random yang tidak biasa. Namun seolah tidak ingin berlama-lama, bu Cintya mengeluarkan pertanyaan kepada Denial sampai membuat lelaki itu terkejut. “Denial, kamu dulu tinggal di panti asuhan Kasih Bunda. Sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-11
Baca selengkapnya

Part 219. Langkah Awal Menjadi Ibu

“Orang yang pernah saya selamatkan?” Denial mengulangi. “Itu sulit untuk dicerna. Beberapa waktu lalu, Bu Kasih sempat mengatakan kalau ada seorang perempuan yang mencari saya. Saya juga ingat kalau perempuan itu pernah saya tolong. Tapi bagaimana bisa dia mengenal Ibu.”“Aku mendengar kamu menyebut nama kamu kepada orang tersebut. Dan secara kebetulan, aku mendengarnya sekilas. Tentu saja, aku segera memastikan jika aku mendengar dengan benar. Setelah sudah pasti, aku mengajaknya untuk datang ke panti asuhan. Sayangnya kamu sudah pergi saat itu. Ke mana, Denial? Ke mana kamu pergi? Kenapa kamu harus pergi? Kamu masih lima belas tahun saat itu. Kamu baru lulus SMP. Kenapa harus keluar panti?” Kini, bu Cintya sama sekali tidak peduli kalau wajahnya penuh dengan air mata. Percuma dia terus mengusapnya tapi ternyata bulir bening itu terus terjun. Tentu saja itu berbeda dengan Denial yang sama sekali tidak mengeluarkan air matanya. Namun jangan tanyakan bagaimana perasaannya. Sama sakitn
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-12
Baca selengkapnya

Part 220. Tidak Ingin Menjadi Benalu

Denial lupa apakah dia pernah berpikir bertemu dengan orang tuanya atau tidak di masa lalu. Terlebih lagi dimasakkan, lalu dibawakan bekal makan siang oleh seorang ibu. Dulu dia hanya tersenyum saat melihat Permata melakukan itu untuk Angkasa. Sekarang, bak seorang anak yang masih menggantungkan hidupnya dengan ibunya, dia bahkan mendapatkan perlakuan sama seperti Angkasa.Denial sungguh tidak bisa berkata-kata. Untuk pertama kalinya dia melihat masakan yang dimasak langsung oleh sang ibu. Hanya dari aromanya saja dia bisa merasakan masakan itu sepertinya enak.“Makan ya. Mama juga buatkan kamu air lemon juga buat menambah stamina.”Perempuan itu lantas duduk tepat di depan Denial dan menunggu pergerakan putranya. Namun, dia kembali bertanya, “Apa kamu setiap hari seperti ini, Denial? Sendirian?”Denial mendongak dan menatap lurus pada bu Cintya. Kemudian kepalanya mengangguk. “Saya memang sendirian setelah mereka menikah dan tinggal bersama dengan suaminya.”“Mereka?” Benar, bu Cint
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
30
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status