Home / Romansa / Dicampakkan Setelah Malam Pertama / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Dicampakkan Setelah Malam Pertama: Chapter 231 - Chapter 240

298 Chapters

Part 231. Pertemuan Setelah 30 Tahun

Kecuali bu Cintya, semua orang menoleh ke arah yang sama. Om Rudy datang dengan setelan jas berwarna hitam. Lelaki itu tampak tampan di usianya yang sudah tidak muda lagi. Mereka pun tersenyum melihat kedatangan lelaki paruh baya tersebut. Denial menerima uluran tangan om Rudy dengan lembut. “Selamat ya, Den. Doa terbaik untuk kalian.” “Terima kasih, Pak.” Denial tersenyum. Pun dengan Crystal. “Cantik sekali Crystal. Rugi sekali lelaki yang sudah bermain curang kepadamu itu tidak bisa mendapatkanmu.” Dan bu Cintya seperti sebuah patung hidup yang tidak bisa bergerak. Kakinya seperti tenggelam di dalam tanah. “Ma, kenalkan. Ini Om Rudy. Om, ini Mama saya.” Om Rudy menoleh dan senyum yang tersemat di bibirnya pun mengerut. Dia menyadari sesuatu yang familiar dari perempuan yang ada di sampingnya itu. Om Rudy tidak akan salah melihat siapa perempuan itu. Suasana di antara mereka terasa menegang entah karena apa. Tidak ada dari mereka yang berbicara. Mereka hanya saling pandang. “M
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

Part 232. Bahagia yang Tertunda

“Kita tidak pernah tahu kapan masalah akan datang. Aku nggak pernah menyalahkan Mas tentang ini.” Crystal duduk lebih dekat dan menyandarkan kepalanya di pundak Denial. “Kita akan jalani ini sama-sama.” Crystal sudah masuk ke dalam kehidupan Denial dan tentu saja dia akan menemani suaminya dan berjalan beriringan di sampingnya. Dia ingin menjadi istri yang setia. Ini hanyalah sebuah permulaan. Sejalannya waktu, masalah pasti akan timbul tenggelam. Ujian selalu ada dalam kehidupan. Tinggal bagaimana mereka menyelesaikannya. Dan pada akhirnya, malam ini menjadi malam ‘kelam’ yang terjadi dengan pasangan pengantin baru tersebut. Mereka hanya tidur sebentar sebelum pagi kembali menyapa. “Kalian akan honeymoon ke mana?” Pagi harinya, mereka segera mendapatkan pertanyaan itu dari bu Cintya saat mereka sarapan pagi bersama. Mengesampingkan segala masalah yang muncul, kebahagiaan putranya adalah nomor satu. “Mama akan mengurus semuanya buat kalian. Barangkali akan ke luar negeri?” Denia
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

Part 233. Diratama Group

Ruang keluarga rumah Almeda itu tampak banyak orang, tapi begitu hening karena mereka yang ada di sana tidak ada yang bersuara satu pun. Om Rudy menatap Denial dengan tatapan sedih. Anak yang selama ini dicarinya ke sana-kemari, mereka juga sudah bertemu dalam waktu yang lumayan lama, tapi tidak ada dari mereka yang tahu tentang kebenaran yang mereka cari. “Denial.” Sebagai orang yang paling tua di sana, akhirnya om Rudy bersuara lebih dulu. “Bagaimana keadaan ibumu sekarang?” Sepertinya tidak ada yang ingin dikatakan oleh om Rudy kecuali tentang istri yang lama menghilang dan tiba-tiba mereka bertemu. “Keadaan fisiknya baik, Pak. Beliau juga sehat.” Dan itu adalah kenyataan yang tidak bisa disembunyikan. Hening kembali. Semua kata yang yang mereka punya seolah lenyap begitu saja. Kebingungan masih merayap di dalam kepala mereka. Padahal, Denial pun ingin menyampaikan banyak hal tentang kondisi ini sekarang. “Al.” Jika dia tak kunjung berbicara, maka ini tidak akan pernah mendapa
last updateLast Updated : 2023-07-19
Read more

Part 234. Seorang Diratama

Denial yang berada di belakang bu Cintya hanya terdiam karena belum waktunya dia bersuara. Tapi, dia dari awal tidak pernah kalau namanya memiliki nama belakang. Atau barangkali memang itu adalah nama yang tiba-tiba diberikan ibunya untuk mengukuhkan dirinya di perusahaan? Tepuk tangan menggema di ruangan tersebut. Mereka tampaknya menyambut Denial dengan baik. Senyum mereka merekah di bibir. “Denial, kamu bisa memperkenalkan diri.” Bu Cintya memberinya kesempatan untuk bicara. Denial maju dan berdiri tepat di depan microphone. Tatapan tajamnya menghujani orang-orang di sana dengan pembawaannya yang berwibawa. “Terima kasih sudah meluangkan waktu berharga kalian untuk datang menyambut saya.” Suara beratnya menyihir semua orang. “Saya berharap, kita bisa bekerja sama dengan baik. Untuk kedepannya, akan ada banyak orang yang kerepotan karena saya, tapi saya akan belajar lebih cepat.” Denial membungkuk dan tepuk tangan kembali diberikan untuknya. Bu Cintya tampak bangga ketika melih
last updateLast Updated : 2023-07-19
Read more

Part 235. Lupa Waktu

“Aku pikir, sekarang kamu sudah bahagia dengan kehidupanmu. Kamu sudah bahagia dengan putrimu, bukan?” Nada ucapan bu Cintya sangat sarkasme. “Anggap saja kita sudah tidak memiliki urusan apa pun lagi. Kita sudah hidup masing-masing.” “Bukankah kita bahkan tidak pernah bercerai, Desi?” “Aku sudah menceraikanmu.” Bu Cintya dengan lugas mengatakan itu tanpa ragu. “Saat aku sudah kembali pada ingatanku yang lama aku segera mengurus surat cerai. Aku tidak bisa mengatakan bagaimana detailnya, tapi aku akan memberikan copy-an akta cerai buat kamu.” Om Rudy seketika terdiam tanpa bisa mengatakan apa pun lagi. Selama tiga puluh tahun, dirinya setia dengan bu Cintya tanpa sedikitpun keinginan untuk mencari pengganti istrinya tersebut. Tapi nyatanya, dia benar-benar ditinggal menikah dengan orang lain dan dia digugat cerai tanpa diketahuinya. Setia? Kata-kata itu seperti akan terdengar rancu jika predikat itu diberikan untuk om Rudy. Bagaimanapun bu Cintya pergi meninggalkan dirinya karena
last updateLast Updated : 2023-07-20
Read more

Part 236. Kunjungan Pertama

Denial hampir tersedak makanan yang hampir masuk ke dalam tenggorokannya. Dia panik menelpon istrinya balik tapi tidak ada jawaban. Lalu dengan tergesa menyelesaikan makannya sebelum keluar dari ruangannya setengah berlari. Denial tidak ingin istrinya marah kepadanya karena kelalaiannya. Hari ini dia membuat banyak kesalahan kepada Crystal.Tidak menghubunginya dan mengabari kalau dia telat pulang. Tidak mengangkat panggilan telepon sang istri, dan dia kedapatan telat makan. Langkah kakinya panjang-panjang ketika keluar gedung. Bahkan dia hanya menanggapi seadanya kepada satpam yang jaga. Selama mereka bersama, tidak pernah ada cek-cok yang terjadi antara Denial dan Crystal. Tapi hari ini sepertinya benar-benar berbeda. Crystal benar-benar tampak kesal. “Tal.” Denial sampai rumah hampir pukul satu dan dia segera masuk ke dalam kamarnya. Crystal tampak meringkuk di atas kasur dengan selimut menenggelamkannya. Hanya tampak ujung kepalanya saja. Denial mendekat dan sedikit mengintip.
last updateLast Updated : 2023-07-20
Read more

Part 237. Denial adalah Trend

Tak berbeda jauh dari orang-orang di kantornya, saat Denial datang bersama dengan Yudha di belakangnya, para karyawan di showroom tampak terkejut. Mereka tentu sudah mendengar tentang Denial, penerus tahta bisnis Diratama group. Dan hari ini, lelaki itu datang untuk inspeksi mendadak di showroom mereka. “Selamat datang, Pak.” Manajer di sana segera mendekat untuk menyambut kedatangan tiba-tiba Denial. Denial mengangguk dan sedikit menyunggingkan senyumnya. Dia tak ingin dianggap sebagai bos yang galak. Denial dibimbing untuk masuk ke dalam kantor dan melewati jejeran mobil mewah yang bernilai ratusan sampai milyaran rupiah. Dia berjalan pelan seolah tengah meneliti jengkal demi jengkal tempat itu. Merasa aman, dia segera masuk lebih dalam dan melewati kubikel. Ada yang sibuk menerima telepon dan ada yang berkonsentrasi dengan komputer yang ada di depannya. Denial menyatakan semua bagus. “Apa ada yang dikeluhkan?” Denial segera mengeluarkan pertanyaannya ketika sudah duduk di ruan
last updateLast Updated : 2023-07-21
Read more

Part 238. Merasa Tidak Salah

“Kenapa Ibu, Pak?” Yudha bertanya cepat. “Karena ide dia membawakan saya bekal setiap hari, para suami yang bekerja di sini jadi mau makan masakan istrinya. Dan mungkin, istri mereka juga lebih rajin memasak.” Denial menyeringai lagi. “Tapi mungkin hal itu nggak akan lama. Mereka hanya ingin menjadikan itu trend.” Denial masuk ke dalam ruangan kerjanya sebelum berpesan, “Kalau tidak ada yang penting, jangan ganggu saya.” “Mengerti, Pak.” Pintu tertutup dan Denial setengah melemparkan tubuhnya saat duduk di kursi kerjanya. Tubuhnya terasa lelah luar biasa. Belum ada satu bulan dia bekerja di sana, tapi tenaganya terasa sudah terkuras habis. Matanya memejam erat dan rasa kantuk terasa tak bisa ditahan. Maka dia tenggelam dalam alam mimpi. Saking sibuknya, Denial bahkan tidak tahu tentang bagaimana sekarang Almeda dan om Rudy. Bahkan ibunya pun tidak pernah membahas pertemuannya dengan om Rudy yang terjadi beberapa hari lalu. Denial selalu pulang malam dan tidak memiliki waktu untuk
last updateLast Updated : 2023-07-21
Read more

Part 239. Keanehan Denial 

Bu Cintya masih ada duduk di tempat yang sama ketika Crystal datang dengan wajah lelah. Perempuan itu duduk di samping mertuanya sebelum memejamkan matanya. Tidak ada sedikitpun yang diucapkan oleh keduanya. Bu Cintya membiarkan menantunya sekedar beristirahat. “Aku naik dulu ya, Ma.” Tidak lama setelah itu, Crystal beranjak dari sofa dan pergi ke lantai dua. Semua itu tidak luput dari tatapan mertuanya. Namun dia kembali turun setelah berganti baju dan tampak segar. “Kamu mau ke mana lagi?” tanya bu Cintya kepada Crystal. “Mau ke kantor Mas. Mas minta aku datang, Ma.” “Kenapa nggak sekalian pergi aja tadi, hemat tenaga.” Melihat Crsytal yang tampak lelah membuat bu Cintya ikut lelah. “Pengen mandi dulu, Ma. Bersih-bersih badan dulu.” Crystal mengambil tangan bu Cintya lalu menciumnya, sebelum dia benar-benar pergi dari sana. Kali ini, Crystal memilih pergi menggunakan taksi online. Dia lelah kalau harus menyetir lagi. Di jalanan sangat macet di jam-jam pulang kerja seperti ini.
last updateLast Updated : 2023-07-22
Read more

Part 240. Baju Haram

“Baik, Pak.” Karyawan itu segera membimbing Denial dan Crystal ke deretan baju tidur untuk pria dan wanita. Crystal tidak segera memilih dan hanya melihat baju-baju itu dengan tatapan datar. “Mas berencana berapa hari nggak pulang dari kantor?” Denial menoleh dengan kening mengernyit. “Kenapa bertanya itu? Pilih saja mana yang kamu suka. Kita harus segera kembali ke kantor. Aku harus kembali bekerja.” Menarik napas panjang. Crystal akhirnya beraksi. Alih-alih mengambil satu baju, dia justru langsung mengambil tiga piyama untuknya dan untuk Denial. Bahkan tanpa mencobanya. Denial tidak berkomentar. Tapi sebuah pikiran iseng dia keluarkan. “Ada lingerie?” tanyanya pada karyawan yang membantu mereka. Hal itu membuat Crystal melotot terkejut. “Kalau ada, antarkan kami.” Bahkan karyawan itu pun tampak tersenyum dengan wajah memerah. Sepertinya ikut merasa malu. “Mas ngapain mau beli lingerie?” tanya Crystal yang tangannya ditarik oleh Denial menuju tempat lingerie berada. “Aku nggak
last updateLast Updated : 2023-07-22
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
30
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status