Beranda / Romansa / Dicampakkan Setelah Malam Pertama / Part 214. Kesepakatan Rudy dan Denial

Share

Part 214. Kesepakatan Rudy dan Denial

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kandungan Almeda tidak selemah itu sampai harus terpengaruh dengan kata-kata tak pantas yang dikeluarkan oleh Radit kepadanya.

“Aku baik-baik saja.” Begitulah kata Almeda. “Tapi, bagaimanapun Radit adalah putra Bapak. Bapak sudah merawatnya sejak kecil. Dia pastilah kecewa dengan apa yang Bapak lakukan kepadanya.”

“Keputusan ini bukan karena aku sudah tidak sayang lagi kepadanya. Tapi sekarang anakku bukan hanya dia. Jadi sudah sewajarnya aku membagi untuk anak-anakku yang lain semua harta yang aku punya.”

Almeda memiliki ibu yang ingin melenyapkannya. Tapi sosok ayahnya jauh lebih berbeda. Lelaki itu baik dan peduli terhadapnya. Entah bagaimana, perasaan Almeda terhadap lelaki itu sedikit berubah. Benar, dulu sang ayah memang tidak peduli padanya. Tapi lelaki itu tentu tidak pernah ingin menyingkirkan dirinya dari dunia ini. Almeda menjadi simpati kepada lelaki itu.

“Bagaimana kalau suatu hari, tiba-tiba Bapak bertemu dengan istri dan putra Bapak? Dan tentang keberadaanku yang pa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 215. Inisial M

    “Mungkin saja. Tapi apa bisa secepat itu mengubah sesuatu?” “Kita tahu di dunia ini tidak mungkin tidak bisa dilakukan kalau ada uangnya, Pak.” Jika bu Desi tidak mengubah identitasnya, bagaimanapun caranya entah itu membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan hitungan tahun pasti bisa didapatkan. Sekarang bahkan sudah tiga puluh tahun lebih dan perempuan itu benar-benar tidak ditemukan. “Apa pun yang dilakukan, aku rasa dia memang hebat. Bagaimana mungkin dia begitu pandai bersembunyi.” Pencarian yang dilakukan oleh om Rudy sama sekali tidak pernah berhenti. Dia selalu menegaskan kepada orang-orangnya untuk mencari dan terus mencari. Namun faktanya nihil sama sekali. “Baiklah. Besok saya akan datang ke rumah Bapak untuk melihat beberapa barang.” “Tentu. Aku akan menunggumu.” Hari itu pembicaraan masalah pencarian itu selesai sampai di sana. Denial kembali ke Flame dan mengurus pekerjaannya. Dia benar-benar bisa melakukan banyak pekerjaan dengan terarah karena sejak dulu dia s

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 216. Orang yang Sama

    Meskipun Denial sudah meminta izin untuk men-share inisial tersebut dalam proses pencarian, tapi Denial belum melakukannya. Dia tidak ingin terburu-buru. Dia justru terus berpikir apakah perlu mencari keberadaan seseorang di media social. Tapi tidak bisa dipungkiri jika sekarang adalah zaman di mana mudah menemukan seseorang di media social. “Itu foto apa?” tanya Crystal saat melihat ponsel Denial yang menunjukkan inisial M di sana. “Inisial nama putra Pak Rudy.” Denial tidak sekalipun menoleh pada Crystal dan terus mengamati inisial yang tampak rumit tersebut. “Nama anak pak Rudy adalah Marvin dan istrinya Desi.” Denial menjelaskan singkat. Crystal mengamati gambar yang ada di ponsel Denial tanpa membalas ucapan kekasihnya. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Crystal seolah dia penuh dengan ketertarikan pada tulisan itu. “Jadi dugaanku kalau putra om Rudy adalah Mas itu salah?” Tatapannya penuh penyesalan. “Padahal aku berharap begitu.” Denial yang sejak awal sedikit

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 217. Dunia Terlalu Sempit

    Luka di dalam hati bu Cintya tidak bisa disembuhkan. Waktu memang terus berjalan, tapi luka itu tak kunjung mengering. Sekarang semua sudah jelas. Bu Cintya sudah tahu tentang semuanya dan dia akan maju lebih dulu. Dia bahkan tidak mempertimbangkan apakah Denial akan menerimanya atau justru menolaknya.“Siapa yang peduli!” Matanya memancarkan perih dan luka, juga kesungguhan yang luar biasa. “Putraku tetaplah putraku.” “Tapi kamu melakukan kesalahan besar yang mungkin saja bisa membuat Denial justru akan mendorongmu untuk pergi darinya.” Logikanya mengingatkan. “Aku punya alasan jelas untuk keputusan yang dulu pernah aku ambil.” Bu Cintya menyangkal kesalahannya. Perempuan itu memasukkan kembali barang-barang kecil itu ke dalam kotak dan menyembunyikannya.Setelah barang itu kembali pada tempatnya, bu Cintya segera menghubungi seseorang. Beberapa deringan tidak diangkat. Membuat bu Cintya setidaknya merasakan emosinya kembali melambung. Setelah mengulangi panggilan tersebut, barulah

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 218. Fakta dari Bu Cintya

    “Kamu tidak ke kantor?” Bu Cintya kembali membuka mulutnya untuk berbicara setelah dia memesan. “Oh, saya baru keluar kantor. Ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan tadi di luar kantor.”Kembali hening. Denial menyesap kopinya yang masih hangat sembari sesekali menoleh pada suasana restoran yang tampak ramai. Hal itu berbeda dengan bu Cintya yang menatap fokus pada Denial. “Denial!” Mendengar bu Cintya memanggil dan menyebut namanya, tentu saja hal itu membuat Denial menatap perempuan itu dengan reaksi biasa saja. “Namamu sepertinya lain dari pada yang lain. Terdengar unik.” Pembahasan awal adalah tentang nama. Tentu hal itu sebagai sebuah pancingan sebelum dia mengungkapkan semuanya. Denial pun tidak bersuara. Menunggu akan sejauh mana bu Cintya mengobrol tentang hal random yang tidak biasa. Namun seolah tidak ingin berlama-lama, bu Cintya mengeluarkan pertanyaan kepada Denial sampai membuat lelaki itu terkejut. “Denial, kamu dulu tinggal di panti asuhan Kasih Bunda. Sa

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 219. Langkah Awal Menjadi Ibu

    “Orang yang pernah saya selamatkan?” Denial mengulangi. “Itu sulit untuk dicerna. Beberapa waktu lalu, Bu Kasih sempat mengatakan kalau ada seorang perempuan yang mencari saya. Saya juga ingat kalau perempuan itu pernah saya tolong. Tapi bagaimana bisa dia mengenal Ibu.”“Aku mendengar kamu menyebut nama kamu kepada orang tersebut. Dan secara kebetulan, aku mendengarnya sekilas. Tentu saja, aku segera memastikan jika aku mendengar dengan benar. Setelah sudah pasti, aku mengajaknya untuk datang ke panti asuhan. Sayangnya kamu sudah pergi saat itu. Ke mana, Denial? Ke mana kamu pergi? Kenapa kamu harus pergi? Kamu masih lima belas tahun saat itu. Kamu baru lulus SMP. Kenapa harus keluar panti?” Kini, bu Cintya sama sekali tidak peduli kalau wajahnya penuh dengan air mata. Percuma dia terus mengusapnya tapi ternyata bulir bening itu terus terjun. Tentu saja itu berbeda dengan Denial yang sama sekali tidak mengeluarkan air matanya. Namun jangan tanyakan bagaimana perasaannya. Sama sakitn

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 220. Tidak Ingin Menjadi Benalu

    Denial lupa apakah dia pernah berpikir bertemu dengan orang tuanya atau tidak di masa lalu. Terlebih lagi dimasakkan, lalu dibawakan bekal makan siang oleh seorang ibu. Dulu dia hanya tersenyum saat melihat Permata melakukan itu untuk Angkasa. Sekarang, bak seorang anak yang masih menggantungkan hidupnya dengan ibunya, dia bahkan mendapatkan perlakuan sama seperti Angkasa.Denial sungguh tidak bisa berkata-kata. Untuk pertama kalinya dia melihat masakan yang dimasak langsung oleh sang ibu. Hanya dari aromanya saja dia bisa merasakan masakan itu sepertinya enak.“Makan ya. Mama juga buatkan kamu air lemon juga buat menambah stamina.”Perempuan itu lantas duduk tepat di depan Denial dan menunggu pergerakan putranya. Namun, dia kembali bertanya, “Apa kamu setiap hari seperti ini, Denial? Sendirian?”Denial mendongak dan menatap lurus pada bu Cintya. Kemudian kepalanya mengangguk. “Saya memang sendirian setelah mereka menikah dan tinggal bersama dengan suaminya.”“Mereka?” Benar, bu Cint

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 221. Desakan Untuk Menikah

    “Bagaimana perkembangannya, Denial?” Hari ini Denial dan om Rudy melakukan pertemuan untuk tahu sudah sejauh mana pencarian keluarga lelaki paruh baya tersebut. Om Rudy tentu berharap terlalu besar kepada Denial. “Maaf, Pak. Tapi kami benar-benar belum bisa menemukan putra dan istri Bapak. Kalau pencariannya terlalu sulit seperti ini, saya tidak yakin kalau mereka masih ada di Indonesia.” Bahkan Denial pun dulu sulit ditemukan oleh bu Cintya. Terlebih lagi ketika dia sudah ‘melarikan diri’ ke luar negeri, tentu saja orang yang mencarinya akan kesulitan mendapatkannya. Denial bisa melihat bagaimana kecewanya om Rudy saat dia mengatakan itu. Tapi memang begitulah faktanya. Sekali kehilangan orang yang dicintainya, seolah begitu sulit untuk mendapatkannya kembali. “Radit masih belum menemui Bapak?” Om Rudy menggeleng. “Dia tidak pulang sama sekali. Untungnya dia tak membuat masalah pada perusahaan.” Kalau sampai itu terjadi, maka om Rudy hanya akan merasa tertekan. “Dia membutuhkan

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 222. Campur Aduk

    “Tidak, tentu saja aku tidak ingin kehilangan Crystal,” jawabnya pada dirinya sendiri. “Crystal adalah hidupnya sekarang.” Denial pergi dari apartemen itu kembali ke rumahnya. Sudah malam dan dia memberikan waktu kepada Crystal untuk beristirahat. Namun baru saja dia akan masuk ke dalam rumah, sebuah panggilan telepon dari Gema terdengar. Lelaki itu mengatakan jika dia dalam perjalanan pergi ke rumah sakit. Almeda akan melahirkan. Tanpa berpikir, Denial segera kembali ke mobil dan memacu mobilnya dengan cepat sampai ke rumah sakit. Di depan ruang persalinan, orang tua Gema dan juga om Rudy ada di sana. Ini tentu sangat mengejutkan buat Denial karena om Rudy ikut serta menunggu Almeda melahirkan. “Tante, bagaimana Almeda?” Denial bertanya pada ibu Gema. “Prosesnya sepertinya cepat, Den. Doakan saja semuanya lancar ya.” “Pasti, Tante.” Denial menarik napasnya panjang setelah itu dan hanya diam. Duduk tepat di samping om Rudy dan mereka berempat benar-benar tampak gugup. Terutama i

Bab terbaru

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Special Part. Angkasa – Semesta

    Angkasa tidak tahu sejak kapan matanya selalu ingin melihat gadis itu. Gadis yang tampak tidak begitu bersahabat dengan orang lain dan lebih suka ke mana-mana sendiri. Beberapa temannya bahkan segan dengan gadis itu. Angkasa juga tidak tahu, kenapa dia suka berdiri di tempat di mana dia bisa memerhatikan gadis itu dalam diam. Ada getaran aneh yang dirasakan ketika suatu hari dia bersisipan jalan dengan gadis itu. Namanya Semesta, dia satu angkatan dengannya. Gadis itu benar-benar cuek dan memiliki dua saudara yang super posesif. Dia mendengar, mereka memang kembar tiga. “Lo suka sama dia, Ka?” Kesenangan Angkasa harus terputus karena temannya mendekat dan membuyarkan lamunannya. “Gue tahu kok, lo selalu berdiri di sini hanya untuk menatap Semesta.” Angkasa menarik napasnya panjang. Sepanjang hidupnya, dia hidup belum sekalipun dia merasakan jatuh cinta. Kalau sekarang getaran itu dirasakan, apa benar getaran itu adalah tanda jika dia sedang jatuh cinta? Ya, pertanyaan temannya itu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 297. Itulah Keluarga (End) 

    Angkasa berdiri dengan membawa dua adiknya di dalam gendongannya. Membawanya masuk ke dalam rumah sehingga membuat dua adiknya itu tertawa-tawa. “Abang, ayo kita putra-putar.” Rembulan berteriak tepat di telinga Angkasa membuat Angkasa sedikit menjauhkan kepalanya. Tapi tidak bisa karena Moza ada di punggungnya. “Astaga, anak-anak ini.” Almeda menggeleng pelan. “Turun anak-anak. Kasihan abangnya dong.” “Nggak mau!” Suara itu keluar dari mulut Moza dan Rembulan secara bersamaan. “Abang, ayo kita mutar.” Rembulan mengimbuhi tak peduli dengan Almeda yang sudah menatap mereka memeringatkan. Melihat Almeda yang sudah mengerutkan kening, Angkasa segera bersuara. “Biarin aja Onty Al. Lagi menghibur yang mau adik.” Almeda mengerti, maka dia hanya diam pada akhirnya. Akhirnya Almeda kembali ke dapur. Bapak-bapak yang ada di belakang rumah tentu saja tidak tahu kelakuan anak-anak mereka. Membiarkan anak-anaknya berbuat seenaknya. Sedangkan Permata dan Crystal yang melihat dari dapur

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 296. Rengekan Rembulan

    “Bunda, kapan Rembulan punya adik?” Pertanyaan itu dilontarkan oleh bocah berusia lima tahun yang sudah memasuki sekolah Paud. Dia baru saja pulang dari sekolah, lalu berlari untuk bertemu dengan ibunya di kantor Crystal Fashion. Di belakangnya, ada Mbak Susi – si pengasuh. Crystal yang tengah menunduk dan tengah menggambar itu segera mendongak. Memberikan senyuman kecil untuk putrinya, lalu meninggalkan pekerjaannya untuk sementara. “Putri Bunda sudah pulang.” Pelukan Crystal mengerat pada putrinya. “Lho itu bawa apa?” “Telur gulung.” Crystal hampir menjatuhkan rahangnya ketika melihat bungkusan plastic berisi telur gulung yang dibawa oleh Rembulan. Crystal menatap Mbak Susi untuk meminta penjelasan kenapa putrinya harus makan-makanan seperti itu. Bukan masalah makanannya, yang dikhawatirkan oleh Crystal adalah makanan itu dibeli di sembarang tempat dan tidak higienis. “Itu bersih kok, Bu.” Tahu kalau dia harus memberikan penjelasan, maka Mbak Susi segera bersuara. “Di samping

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 295. Itu Salahnya 

    Bu Cintya memutus tatapan mereka dan berjalan mendekat ke arah Om Rudy. Lebih tepatnya ke arah pintu yang ada di belakang lelaki itu. Tidak ada sapaan sama sekali. Dia masuk begitu saja, lalu tersenyum ketika melihat anggota keluarga yang lain kumpul. “Angkasa!” Bocah yang menginjak remaja itu mendongak dan tersenyum. Hanya senyum kecil. Tubuhnya menempel pada tubuh Denial dengan tangan sibuk bermain tab. Peraturan masih sama, karena hari libur, maka dia bisa bermain benda elektronik itu. “Kalian makan malam di sini sekalian, ya. Kita masak sama-sama.” Mereka saling pandang sebelum mengangguk bersamaan. Tentu saja, itu membuat Bu Cintya bahagia luar biasa. Perempuan itu duduk di sofa tepat di samping Almeda dan memangku Elang dengan lembut. Sedangkan Moza yang sudah bisa berjalan itu tak mau diam. Axel harus terus memantaunya agar tidak jatuh. Gema masuk dan segera menyergap bocah kecil itu kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. Tawa renyah keluar dari mulutnya. “Cantiknya siapa?”

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 294. Kedatangan Om Rudy

    “Ma, besok mau ajak Rembulan ke rumah Almeda. Ayah mau ketemu katanya.” Pagi ini, saat sarapan, Denial memberitahu ibunya tentang keinginannya untuk pergi ke rumah Almeda. Ini untuk pertama kalinya Rembulan akan diajak pergi keluar setelah dia pulang dari rumah sakit. Ya, sudah tiga bulan memang usia Rembulan sekarang. Bocah kecil itu sudah bisa tersenyum. Bu Cintya tidak langsung menjawab dan justru menatap ke arah Denial dan Crystal bergantian. Seolah tidak memberinya izin. Dan benar, jawaban itu menunjukkan penolakan. “Masih terlalu kecil untuk dibawa keluar, Den. Mama nggak setuju. Mama akan izinkan kalian ajak Rembulan pergi kalau udah enam bulan.” “Ayah pengen lihat, Ma. Setelah pulang dari rumah sakit waktu itu ‘kan belum pernah ketemu lagi. Cuma lihat dari foto atau video aja.” “Ya tapi Rembulan masih kecil. Mama nggak izinkan.” Penolakan itu jelas dan lugas. Ini bukan karena Bu Cintya tidak mengizinkan si mantan suami itu bertemu dengan cucu mereka. Tapi semua demi cucu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 293. Pulang

    “Kondisi Rembulan sudah sangat baik, Bu. Anak ini sudah sehat sepenuhnya.” Kelegaan membanjiri hati Crystal dan keluarganya. Dia langsung memeluk Denial yang ada di sampingnya saat kabar itu diberikan kepadanya. Hari-hari buruk yang mereka lalui sudah berakhir dan tinggal rasa bahagia yang datang. “Silakan, Bu.” Seorang suster menyerahkan Rembulan kepada Crystal sudah mengeluarkan air matanya. Dengan tangan sedikit bergetar, dia menerima bayinya dan menciumnya dengan sayang. Denial tersenyum lega. Tangannya terulur mengelus tangan Rembulan. Meskipun dia pun sudah pernah menggendongnya, tapi dia merasakan hari ini lebih dari special. Denial tentu lebih berpengalaman dalam soal mengurus bayi dibandingkan Crystal. Dan setelah mereka pulang ke rumah nanti, dia yang akan mengambil alih untuk tugas Crystal semisal Rembulan bangun di tengah malam. “Terima kasih, Dokter. Saya sungguh-sungguh berterima kasih. Berkat Dokter, bayi kami sehat dan sehat.” Crystal bisa merasakan, tubuh putriny

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 292. Rembulan

    “Tapi satu anak itu nggak seru, Mas. Aku nggak punya saudara aja rasanya juga sepi ‘kan.” Crystal menyanggah pendapat suaminya. Menyamankan baringnya tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya pada sang suami. “Ada banyak temannya nanti. Ada sepupu-sepunya yang akan nemeni dia.” Denial memang kini tengah berpendapat, tapi dia seolah memberikan keputusan. Melihat bagaimana sang istri kepayahan saat hamil muda seperti ini, membuat Denial merasa trauma dan tidak ingin mengulangi lagi. Kasihan dengan Crystal. “Aku bisa, kok. Aku__” “Aku yang nggak bisa, Sayang,” putus Denial. “Aku melihat kamu kepayahan begini rasanya pengen gantiin aja kalau bisa. Jadi, kita lihat nanti bagaimana perkembangannya.” Crystal menarik napasnya panjang mendengar ucapan sang suami yang bernada final. Padahal Crystal sudah membayangkan setiap dua tahun dia akan melahirkan satu bayi yang lucu. Setidaknya punya tiga anak. Tapi si pasangan justru trauma. Maka lebih baik dia tak membantah dan akan melihat saja per

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 291. Membuat Kesepakatan

    Dua minggu berlalu dan Crystal kembali ke rumah sakit bersama dengan Gema. Mereka berharap kandungan Crystal sudah lebih baik dan setidaknya dia full bedrest. Pengecekan itu akhirnya dilakukan untuk mengetahui hasilnya. Dan hasilnya tidak berubah. Crystal masih tetap harus bedrest. Namun tidak ada hal yang parah dan masih stabil. Crystal hanya diminta untuk tetap hati-hati dan tidak melakukan pergerakan yang tidak perlu. “Maafkan aku, Ma. Aku sudah membuat Mama dan Mas repot.” Crystal merasa tidak enak hati karena sudah membuat keluarganya harus fokus menemani dirinya. Padahal ada banyak pekerjaan yang harus diurus. “Crystal, nggak ada yang perlu dimaafkan. Kamu adalah putri Mama dan sudah menjadi tugas Mama untuk merawat kamu kalau sakit, menemani kalau kamu butuh teman, dan semua itu Mama lakukan dengan tulus. Kamu tidak perlu memikirkan itu karena yang penting kamu sehat, janin di kandunganmu juga sehat. Masalah lain, kamu nggak perlu pikirkan.” Crystal merasa sangat sensitif ka

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 290. Bosan

    Denial setengah berlari untuk memasuki rumah. Dia ingin segera sampai dan melihat kondisi istrinya. Dia sudah mendapatkan informasi dan sang bunda jika Crystal baik-baik saja. Tapi tentu saja tak puas jika tidak melihatnya secara langsung. “Mas udah pulang.” Crystal tengah duduk di atas ranjang sambil memegang tab di tangannya. Menggambar banyak design untuk rancangan Crystal fashion. “Kok kerja sih, Sayang?” Denial duduk setelah mengecup puncak kepala Crystal. “Kamu harus istirahat.” “Mas, aku ini istirahat. Aku nggak kerja berat, juga nggak berpikir berat. Aku cuma gambar dan nggak akan terjadi hal-hal yang buruk. Kalau aku nggak ngapa-ngapain justru akan stress. Ohya, tadi Mbak-mbak dua itu datang. Barusan pulang.” Denial mengangguk sambil menatap lekat ke arah Crystal. “Kamu yakin nggak papa? Aku seharian khawatir mikirin kamu tahu nggak sih.” “Nggak papa, Mas-ku. Aku tadi juga jalan-jalan pelan, baca buku, ngobrol sama Mama dan Mbak-mbak. Aku baik-baik aja. Dia kuat kok.” C

DMCA.com Protection Status