Home / Romansa / Dicampakkan Setelah Malam Pertama / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Dicampakkan Setelah Malam Pertama: Chapter 151 - Chapter 160

298 Chapters

Part 151. Penyelidikan

Izin Gema ini akan menjadi permintaan izin terakhir yang Gema minta dari orang tuanya. Meskipun dia tahu dia tak akan mendapatkan restu itu, dia akan tetap menikah bulan depan. Apa pun akan dia lakukan agar bisa bersama dengan Almeda. Apa pun. Dengan itu pula, ibu Gema pun tak ingin dikalahkan oleh Almeda. Ada berbagai rencana yang muncul di kepalanya untuk mencari tahu banyak tentang Almeda. Kemudian memperlihatkan kepada Gema agar Gema pun sadar jika Almeda bukannya perempuan baik-baik. Tentu saja ibu Gema harus menghancurkan rencana yang Gema buat. Mereka tidak boleh menikah. Titik. Berbeda dengan ibunya, Gema justru mengumpulkan seluruh teman-temannya untuk membicarakan masalah ini. Almeda, Denial, Permata, dan Axel. Mereka meminta agar berkumpul di rumah Almeda karena dia akan membahas tentang masalah pernikahan.“Aku dan Almeda akan menikah bulan depan.” Itu adalah kalimat pertama yang dikatakan oleh Gema setelah obrolan-obrolan basa-basi mereka. Kecuali Almeda, tiga orang ya
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

Part 152. Almeda Tak Pernah Terpengaruh

Sebuah mobil hitam datang dan masuk ke dalam rumah besar Almeda. Ya, meskipun rumah itu bukan miliknya, tapi dia sekarang yang menempati, jadi bilang saja itu miliknya. Almeda dan Denial keluar dari mobil lalu masuk ke dalam rumah. Mereka berjalan bersisian dan tidak ada interaksi berlebihan. Tapi jelas saja, itu menjadi sebuah pertanyaan besar bagi Marta melihat Almeda bersama seorang lelaki asing. Jelas-jelas itu bukan Gema, karena Marta kenal betul sosok Gema meskipun dari belakang. Si supir sudah sibuk dengan ponselnya untuk memotret adegan di depannya. “Sudah kamu dapatkan gambarnya?” tanya Marta.“Sudah, Bu. Juga lumayan jernih.” “Bagus. Kita pergi sekarang.” Almeda dan Denial toh sudah masuk ke dalam rumah. Rasa penasaran Marta menguasai dirinya. Tapi dia segera pulang ke rumah dan menunjukkan apa yang dia dapatkan dari hasil menguntit rumah Almeda. Tentu saja, dia tak akan mengatakan tentang kebetulan lain jika Almeda adalah – sudahlah, Marta tidak ingin membahas itu dulu.
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

Part 153. Aduan Tidak Penting

“Pak, ada Ibu Rosa ingin bertemu dengan Bapak.” Gema yang tadinya menunduk menekuni pekerjaannya itu segera mendongak dan menatap sang sekretaris. Ini bukan waktunya makan siang, sudah sore bahkan. Tapi untuk apa perempuan itu datang menemuinya? “Ibu Rosa bilang, beliau ingin menunjukkan sesuatu kepada Bapak.” Seolah tahu isi pikiran Gema, sang sekretaris pun segera bersuara kembali, menjelaskan tujuan Rosa datang. Gema tampak berpikir. Sejujurnya dia enggan menerima tamu di saat dia harus konsentrasi bekerja, tapi apa boleh buat, Rosa sudah datang dan tak etis rasanya menolak tamu. Maka dia segera mengangguk dan meminta sang sekretaris untuk membiarkan Rosa masuk. Rosa tersenyum saat melihat keberadaan Gema di kursi kerjanya. Berjalan ke arah meja Gema dengan anggun. “Sorry aku ganggu aktivitas kamu.” Begitu katanya. “Sepertinya ada yang penting,” ucap Gema tanpa basa-basi. Bahkan mempersilakan untuk duduk saja tidak. Namun Rosa bisa menyadari dan mengulur kesabarannya. “Boleh
last updateLast Updated : 2023-06-04
Read more

Part 154. Keraguan

Rosa menumpahkan amarahnya saat dia berada di dalam kamar setelah pulang ke rumah. Pertemuannya dengan Almeda, lalu dengan Gema, dua-duanya sama-sama tidak ada yang beres. Mereka seperti Romeo dan Juliet yang seolah tidak bisa dipisahkan. Entah ikatan seperti apa yang tengah mengikat mereka. “Rosa, kamu kenapa?” Marta masuk ke dalam kamar putrinya dan mencoba menanyakan apa yang terjadi. Terlebih lagi melihat Rosa yang berteriak dari arah kamarnya, membuat Marta kelimpungan tak karuan.Pasalnya, tidak pernah Rosa tampak kehilangan kendali dirinya sampai seperti itu. Rosa yang mendapatkan pertanyaan itu pun segera menolah dan mengadu kepada sang mama.“Mama tahu? Pasangan itu, Almeda dan Gema, terutama Gema, apa yang dia pikirkan sebenarnya sampai begitu percaya dan cinta banget sama Almeda. Aku udah nunjukin foto-foto itu, tapi reaksinya benar-benar tenang dan justru menyalahkanku.” “Menyalahkan kamu?” tanya Marta. “Dia gila?” “Dia nyalahin aku karena aku dikira nguntit Almeda. Dia
last updateLast Updated : 2023-06-04
Read more

Part 155. Pengakuan Marta

Ruang tamu yang cukup luas di dalam rumah Almeda terasa mengeluarkan aura yang tidak menyenangkan. Almeda menatap perempuan paruh baya di depannya dengan tatapan datar miliknya, pun sebaliknya. Belum ada dari dua perempuan berbeda generasi itu untuk membuka mulut mereka. Tapi Almeda sudah cukup lelah. Dia sudah ingin tidur di atas ranjangnya yang empuk. Untuk itu, dia segera bersuara. “Kalau Tante ingin berbicara, maka bicaralah sekarang. Ini sudah malam dan saya sedang lelah.” Itu adalah pengawalan ucapan Almeda. Ini sudah hampir pukul dua belas malam, dan tidak seharusnya masih menerima tamu. “Siapa lelaki itu?” Marta akhirnya bersuara dengan sebuah tanya. “Bukannya kamu sudah bersama dengan Gema? Kamu menduakan dia?”“Apa ini juga sekarang menjadi urusan Tante?” tanya Almeda balik. “Tentu saja ini menjadi urusan saya. Kalau tindakan kamu seperti ini, Rosa seharusnya lebih pantas mendapatkan Gema dibandingkan kamu.” “Saya sudah pernah bilang kepada Rosa, kalau memang dia bisa me
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Part 156. Kamu Tidak Diinginkan

Sepanjang percakapan malam ini, Almeda tidak pernah merasa kalau dia akan mendapatkan sesuatu yang mengejutkan seperti ini. Marta bilang, dia adalah ibunya? Seseorang yang mengandung dan melahirkannya di dunia ini. Almeda masih mencerna ucapan itu. Matanya bahkan sesekali memejam dan kepalanya berpikir apakah ini sebuah konspirasi lain? Membuat Almeda melembutkan hatinya hanya karena dia ibunya? “Aku bisa mengatakan semua tentang masa lalumu kenapa aku tidak pernah menginginkanmu. Tapi, lepaskan Gema.” Alasan Marta melakukan sampai sejauh ini adalah tentu saja karena Rosa menyukai Gema. Sebagai seorang ibu, tentu saja Marta ingin memberikan apa pun yang diinginkan oleh Rosa. Tak peduli harus menyakiti anaknya yang lain. Lagi pula, Almeda juga bukan anak yang diinginkan. “Tante sudah berjalan sejauh ini, pasti Tante mengeluarkan banyak uang untuk mengetahui latar belakang kehidupan saya. Tapi, jangan membohongi saya dengan kata-kata seperti itu Tante. Nggak ada untungnya.” Marta ta
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Part 157. Masih Ngotot

Almeda bertahan dalam dekapan hangat Gema, sedangkan Denial sudah menyingkir dari ruang keluarga yang tadi ditempatinya. Dia memberikan pasangan itu waktu berdua untuk bicara dari hati ke hati. Mungkin juga perencanaan hidup mereka. Gema tentulah tahu bagaimana perasaan Almeda saat ini, dan dia harus berada di sisi gadis itu sebagai bentuk kepedulian. “Sekarang apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Gema. “Denial meminta orang untuk menyelidiki, kira-kira membutuhkan waktu berapa lama?” Almeda mengencangkan pelukannya. “Aku jujur saya belum punya rencana apa pun. Ucapan ibu Rosa membuat aku bingung. Tentang berapa lama mereka akan mendapatkan hasilnya, aku rasa juga nggak tahu. Denial yang urus semuanya.” “Kamu nggak ingin tahu alasan dia meninggalkan kamu dengan nenek kamu?”“Apa perlu aku tahu? Nyatanya dia sudah bilang sejak awal dia nggak mau aku. Bagi aku itu udah lebih dari cukup. Nggak perlu lagi tanya ini dan itu kalau jawabannya akan sama.” Pembahasan itu cukup sampai di san
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Part 158. Tanpa Restu

“Rita!” Panggilan itu membuat Gema dan rombongan yang hampir masuk ke dalam restoran menghentikan langkahnya. Mereka serentak menatap ke sumber suara, dan di sanalah ibu Gema berada. “Resti?” “Kamu ngapain sama mereka?” tanya ibu Gema dengan tatapan menuduh. Karena ibu Axel tahu sikap Resti kepada Almeda, maka dia dengan terus terang menjawab. “Kami baru saja dari KUA, Gema menikah dengan Almeda.” Seolah Rita adalah ibu Gema, dia justru memberikan informasi. “Aku menjadi pendamping Almeda. Dia nggak punya siapa-siapa di dunia ini, jadi aku yang menemaninya. Anggap saja, aku adalah ibu angkatnya.” “Kamu gila ya?” Ibu Gema tentu saja marah dengan keputusan yang temannya itu ambil. Dia bahkan sudah susah payah untuk memisahkan Gema dan Almeda, lalu bagaimana mungkin, justru ibu Axel berada di sisi lain darinya. Dan apa itu tadi, menjadi ibu angkat Almeda? “Kamu nggak tahu kalau aku menolak pernikahan itu? Kenapa kamu justru ada di pihak mereka?” “Karena aku mau,” jawab ibu Axel r
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Part 159. Anak?

Babak baru kehidupan Almeda dimulai. Menjadi seorang istri seorang Gema. Tentu ada perubahan dari hidupnya sekarang. Tadinya yang hanya perlu mengurus dirinya sendiri, kini dia harus mengurus Gema. Menyiapkan sarapan, baju kerja, dan bahkan kalau Gema ingin bekal makan siang, dia juga akan membawakannya. Pun dengan sekarang, Gema juga meminta dibawakan bekal makan siang oleh Almeda. “Menunya nggak banyak, Mas. Ayam kecap, sop, dan perkedel.” “Kamu nggak bawa?” “Aku nanti mau makan nasi padang.” Seperti itulah kira-kira keseharian Almeda dan Gema. Ini sudah memasuki bulan pertama pernikahan mereka dan belum ada tanda-tanda ada masalah yang serius. Orang-orang yang selalu mencari masalah dengannya selama ini pun tidak muncul. Bahkan ibu Gema sekalipun. “Aku bisa bawa mobil sendiri lho, Mas sebenarnya. Biar bisa menghemat waktu kamu juga.” Mereka sudah ada di perjalanan menuju ke kantor. Dan selama sebulan ini, Gema selalu mengantar jemput Almeda ke Flame. Padahal, Almeda pun suda
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

Part 160. Hinaan Untuk Almeda

Memiliki anak adalah salah satu keinginan Almeda. Dia tentu saja ingin memiliki anak-anak yang manis seperti wanita pada umumnya. Terlebih lagi ketika dia melihat Moza yang lucu, keinginan itu bertambah berkali lipat. Ini adalah pertama kalinya Almeda dan Gema membicarakan masalah anak setelah menikah. “Kalau aku punya anak nanti, aku pasti akan mencintainya sepenuh hatiku. Aku akan mendidiknya dengan kedua tanganku sendiri.”Almeda menatap layar televisi yang menampilkan induk dan anak kanguru yang berada di hutan. Senyumnya terbit. Kanguru saja mencintai anaknya begitu besar, sedangkan Marta, dengan kesadaran penuh, meninggalkan putrinya begitu saja tanpa ada keraguan sedikitpun.“Dulu, aku merasa iri saat melihat anak-anak pergi bersama dengan ibunya. Tertawa bersama, dengan kedua orang tuanya. Disuapi saat makan, disayang, dan mereka benar-benar melakukan apa-apa bersama. Tapi, aku hanya bisa menelan perasaan itu di dalam hati tanpa mengatakan kepada siapa pun. Aku bahkan tidak p
last updateLast Updated : 2023-06-08
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
30
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status