Home / Romansa / Dicampakkan Setelah Malam Pertama / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Dicampakkan Setelah Malam Pertama: Chapter 171 - Chapter 180

298 Chapters

Part 171. Cerita Marta

“Kamu udah lebih baik sekarang?” Setelah tahu Almeda siuman, Permata segera meluangkan waktu menjenguk sahabatnya tersebut. Bersama Angkasa. “Onty Al sakit apa?” tanya Angkasa yang belum mengerti keadaan Almeda yang sebenarnya. Dan memang tidak perlu mengerti. “Onty Al sakit demam, Sayang,” jawab Almeda berbohong. “Yang kayak Angkasa kalau sakit panas ya, Tante.” “Ya, yang seperti itu.” “Angkasa ikut Papa dulu, ya. Mami mau bicara dengan Onty Al.” Angkasa hanya mengangguk dan menuruti perintah ibunya. Bocah itu akan banyak bicara jika tidak dihentikan. “Denial kemarin katanya udah datang ke rumah mertua kamu dan menjelaskan tentang hubungan kita bertiga. Kamu udah tahu itu?”Permata mendengar itu dari tiga laki-laki yang sekarang sedang berkumpul di sofa di ruangan tersebut. Denial, Axel, dan Gema. Mereka tengah membicarakan rencana lanjutan yang harus mereka lakukan. “Gema udah bilang sama aku. Dia juga mengeluh tentang mungki ibunya nggak akan begitu saja membuka hatinya bu
last updateLast Updated : 2023-06-13
Read more

Part 172. Cerita Marta 2

“Dan kamu mempercayainya?” tanya Almeda mempertahankan ketenangannya.“Bagaimana aku tidak percaya kalau dia membeberkan bukti-buktinya? Dia membawa surat nikah, foto pernikahan mereka, dan juga perutnya yang membesar.” Marta bersuara tinggi menyentak Almeda. “Dan ayahmu, dia datang ke dalam kehidupanku membawa serta hal yang menjijikkan. Kamu tahu kenapa aku begitu membencimu? Karena kamu memang tidak pernah aku ingin kamu ada di dunia.” “Aku tahu!” Almeda berteriak kesal. Marta seketika terdiam mendengar suara tinggi Almeda. Ini jelas pertama kalinya Almeda merasa ketenangannya diusik. Ekspresi dingin yang selalu ditunjukkan selama ini berubah menjadi seperti dipenuhi lahar api. “Aku tahu aku tidak pernah kamu inginkan. Aku tidak peduli itu. Yang aku butuhkan adalah cerita lengkap yang perlu aku ketahui. Jangan membuat kesabaranku habis.” Almeda tidak sedang main-main. Dia tak bisa menahan lebih lama lagi untuk tahu versi full dari cerita yang Marta ungkapkan. Dua perempuan berbe
last updateLast Updated : 2023-06-13
Read more

Part 173. Perasaan Asing

Kemarahan suami Marta tidak bisa dibendung ketika dengan tega dia mendaratkan tamparan di pipi sang istri. Ruangan itu mendadak menjadi beku. Rosa membelalak tak menyangka ayahnya akan bersikap kasar kepada sang bunda. Pun dengan Marta yang mematung di tempatnya dengan memegang pipinya yang terasa panas. “Aku selama ini mencintaimu dengan tulus. Apa yang tidak aku berikan buat kamu saat kamu memintanya? Apa selama ini aku pernah sedikit saja melirik perempuan lain dan berniat untuk selingkuh? Aku sama sekali tak pernah melakukannya. Tapi, kamu benar-benar membuat kesalahan fatal yang tidak bisa aku maafkan.” Ruang keluarga itu hanya terdengar suara suami Marta yang dipenuhi amarah. Ini mungkin bukan pertengkaran mereka yang pertama. Bagaimanapun hubungan mereka sudah berjalan puluhan tahun. Pasti ada cekcok kecil yang terjadi selama ini. Tapi jelas, kali ini masalah mereka begitu besar dan Marta tidak termaafkan. “Semuanya hancur karena kebodohanmu. Kamu menyalahkan Almeda dalam ha
last updateLast Updated : 2023-06-14
Read more

Part 174. Kemajuan

Bibi pasti terkejut mendengar pertanyaan yang dilontarkan Almeda kepadanya. Belum selesai keterkejutannya karena tiba-tiba Almeda memeluknya, ungkapan Almeda membuat Bibi merasa lebih terkejut lagi. Tapi pada akhirnya, perempuan paruh baya itu mengelus punggung Almeda dengan lembut memperlakukannya seperti keluarganya. “Ibu bisa menganggap saya sebagai keluarga Ibu.” Almeda tersenyum meskipun air matanya tak kunjung berhenti. Bertahan dalam pelukan Bibi untuk beberapa saat sebelum dia mengurai pelukannya dan mengusap air mata yang membanjiri pipinya. “Ibu bisa menceritakan apa pun kepada saya. Keresahan Ibu, atau barangkali Ibu ingin butuh teman curhat, saya bisa menemani Ibu. Mungkin saya tidak bisa memberi solusi yang dibutuhkan, tapi terkadang, seseorang hanya perlu didengarkan.” Almeda semakin tersenyum lebar dan lagi-lagi mengangguk. “Terima kasih, Bi.”Mereka kembali diselimuti keheningan sebelum Almeda kembali bertanya. “Bibi punya anak berapa?”“Bibi punya dua anak, Bu. Ya
last updateLast Updated : 2023-06-14
Read more

Part 175. Berkunjung

Almeda sudah kembali pada aktivitasnya di kantor. Meskipun saat pertama kali dia muncul langsung disergap oleh banyak pertanyaan dari para karyawan, tapi dia hanya menjawabnya seadanya. Itu adalah tanda mereka peduli, atau bahkan memang mereka penasaran kenapa hal semacam itu terjadi. Almeda sudah menutup lembaran buram itu dan kembali melanjutkan hidupnya. Dia mendengar, Marta diangkut oleh pihak kepolisian untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jujur saja Almeda tidak ingin Marta mendekam di penjara, tapi hukum tetap berlaku. Sekarang yang harus dia hadapi selanjutnya adalah orang tua Gema. Memperbaiki hubungan mereka yang sejak awal sudah tidak baik. “Jadi, mertua kamu datang ke sini?” Malam ini, Almeda dan Gema mengadakan makan malam ala-ala di rumah Gema. Mengundang gank-nya seperti biasa. Dan Almeda kini menceritakan tentang kedatang ibu mertuanya pada Permata. “Iya. Nggak banyak yang dikatakan. Tapi itu sudah cukup sih buat aku untuk mendekat pada keluarga Gema.” Wajah
last updateLast Updated : 2023-06-15
Read more

Part 176. Pergi dari Dunia

Kalimat itu tidak terlalu panjang tapi menjelaskan arti yang tepat. Almeda yang tadinya hanya tercenung pun mendapatkan kewarasannya kembali. Dia mengangguk dan hanya menjawab singkat.“Iya, Tante.” Dan Gema bahkan hanya mengangguk. Lalu mereka pergi dari rumah Risti. Meninggalkan pasangan paruh baya itu yang tetap berada di halaman rumah dan menatap mobil Gema yang lama-lama menghilang ditelan malam. “Bagaimana rasanya?” tanya ayah Gema kepada istrinya. “Mungkin akan lebih bahagia kalau kamu bisa akur sama Almeda. Kita udah tahu bukan dia yang jahat, tapi Marta.” “Aku masih mempertimbangkan.” “Mempertimbangkan apa lagi?” Risti mengedikkan bahunya tak acuh sebelum meninggalkan halaman rumahnya yang luas untuk masuk ke dalam rumah. Dulu, ayah Gema memang pernah menolak Almeda. Tapi semua sudah berubah sekarang. Terlebih lagi kejahatan yang dilakukan Marta bukan main-main. Jadi, ayah Gema tahu kalau dirinya salah sudah bersikap buruk kepada menantunya itu. Sehingga memilih untuk mem
last updateLast Updated : 2023-06-15
Read more

Part 177. Surat dan Pemakaman

“Mau aku temani?” Surat yang diberikan oleh polisi kepada Gema kini sudah berpindah tangan. Almeda sudah menggenggam surat itu dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan. Dia tampak berpikir. Apa isi yang ada di dalam surat itu. Apakah sebuah kutukan yang selama ini selalu Marta lontarkan kepadanya, atau justru tentang hal lain? Almeda ragu, tapi dia juga merasa penasaran. Bahkan pertanyaan dari sang suami pun tidak mendapatkan jawaban darinya. Dengan pelan perempuan itu membuka kertas putih yang terlipat dengan hati-hati. Jantungnya berdegup kencang sampai kedua tangannya sedikit bergetar. Gema pun lantas tidak mengganggu lagi. ‘Buat kamu, seorang perempuan bernama Almeda.’ Itu adalah kalimat pertama yang Almeda baca. Tulisan rapi memenuhi satu kertas itu penuh. Dan ini adalah pertama kalinya dia tahu tulisan Marta. Mungkin jika dulu Marta ‘bersedia’ menjadi ‘ibunya’ tulisan-tulisan itu akan Almeda temui saat mengajarinya belajar. Almeda menggeleng dan melanjutkan membaca. ‘Kamu
last updateLast Updated : 2023-06-16
Read more

Part 178. Meninggalkan Masa Lalu

Rosa beranjak dari duduknya dan menunjuk Almeda yang ada di depannya. “Kamu udah membuat Mama mengakhiri hidupnya. Kamu adalah anak yang paling jahat di dunia ini. Bukan Mama yang seharusnya meninggal, tapi kamu!” Rosa terengah karena terus mengeluarkan semua kata-katanya dengan teriakan. Ini di makam, tidak seharusnya dia mengatakan semua dan menyalahkan Almeda. Namun Almeda hanya tersenyum miring seolah menghina Rosa. “Kamu seharusnya tahu, dia melakukan ini karena dia tak tahan hidup dalam tekanan. Dia bahkan takut kamu nggak terima dia lagi setelah dia keluar dari penjara.”“Bedebah! Mama nggak perlu memikirkan itu. Aku putrinya, jadi aku akan tetap menerima bagaimanapun keadaannya.” Almeda menyerahkan surat dari Marta. Memberikan kode kepada Rosa agar dia menerimanya dan membacanya. Tapi Rosa terlalu bebal untuk melakukan itu. Maka Almeda segera berbicara. “Surat ini dari ibumu. Kamu pasti hapal betul tulisannya. Jadi, kamu bisa membacanya.” Dan segera, Rosa menyahut surat t
last updateLast Updated : 2023-06-17
Read more

Part 179. Keluarga Besar

“Kamu yakin sanggup hamil dan melahirkan lima orang anak?” tanya Gema pada akhirnya. Gema tidak bisa membayangkan betapa repotnya Almeda mengurus lima anak. Katakanlah dua tahun sekali anak mereka lahir ke dunia. Maka dalam waktu sepuluh tahun, Almeda hanya akan menghabiskan waktunya untuk hamil dan melahirkan. Entah kenapa, Gema bergidik ngeri. Tidak, tentu saja dia senang-senang saja memliki banyak anak. Dia hanya memikirkan Almeda yang akan kesulitan dan repot dengan anak-anak mereka yang kecil-kecil.Satu anaknya minta ini, yang lainnya minta itu. Gema menggelengkan kepalanya dan itu membuat Almeda mengernyitkan dahinya. “Kamu nggak mau?” “Bukan nggak mau, Yang. Kamu harus pertimbangkan lagi. Lima anak itu nggak sedikit. Aku hanya nggak mau kamu kerepotan. Fulltime jadi ibu rumah tangga dengan lima anak itu benar-benar nggak mudah. Coba kamu bayangin dulu deh.” Almeda keluar dari pelukan Gema. Menegakkan tubuhnya dan menatap ke arah Gema. “Kalau aku punya lima anak, di rumah pa
last updateLast Updated : 2023-06-17
Read more

Part 180. Merasakan Sebuah Keluarga

Makan siang telah usai. Beberapa tamu sudah ada yang meninggalkan rumah Gema. Tak peduli laki-laki, mereka kini tengah membereskan bekas makanan dan membawanya ke dapur. Bahkan Axel pun ikut serta melakukan kegiatan beres-beres itu. Moza ada di gendongan sang kakek, sedangkan Angkasa tengah mengejar katak yang ada di luar rumah. Masih dalam pantauan Sus Dian. Orang tua Gema juga masih ada di sana tengah duduk di sofa sambil menatap orang-orang yang tengah ‘gotong royong’ untuk membersihkan bekas makan siang mereka. “Yang, Angkasa mana?” tanya Axel pada Permata. Putranya itu tidak terlihat pada pandangannya. “Main di luar kan? Sama Sus Dian.” Axel keluar mencari keberadaan putranya dan memintanya masuk. “Abang masuk. Panas begitu.” Angkasa tampak berkeringat karena bermain dengan katak di tempat panas. “Papa, kita bawa kataknya ya.” “Nggak-nggak, kotor. Nanti Papa belikan ikan cupang.” “Tapi mau kodok ini, Pa.” “Nggak, Abang. Ayo masuk. Cuci tangan!” Meskipun wajahnya tertekuk
last updateLast Updated : 2023-06-18
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
30
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status