Home / Romansa / Dicampakkan Setelah Malam Pertama / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Dicampakkan Setelah Malam Pertama: Chapter 141 - Chapter 150

298 Chapters

Part 141. Tamu Tak Diundang

Almeda tengah menekuni pekerjaannya ketika sebuah ketukan pintu ruangannya terdengar. Lia muncul mengatakan jika ada tamu yang ingin bertemu. Merasa tidak janjian dengan siapa pun, Almeda tak segera menyetujui dan dia memilih bertanya.“Siapa?” “Dia hanya mengatakan kalau dia teman lama Ibu.” Seorang Almeda yang tidak suka basa-basi, tentu saja tidak suka dengan jawaban tersebut. “Kamu harus tahu siapa dia dan siapa namanya. Ada keperluan apa dia sampai ingin bertemu dengan saya. Jelaskan lebih dulu. Saya tidak menerima tamu tanpa kejelasan.” Almeda akhirnya harus menjelaskan. Lia mengangguk tampak tak enak hati sebelum berbalik menemui tamu yang akan bertemu dengan Almeda. Setelah semua jelas, barulah Lia kembali ke ruangan Almeda dan menjelaskan. Almeda mengerutkan kening mendengar ucapan Lia. Namun tak ayal dia mengangguk. “Suruh dia masuk. Buatkan juga minuman.” Lia mengangguk sebelum keluar dan mempersilakan tamu Almeda masuk ke dalam ruangan bosnya tersebut. Seorang perempu
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

Part 142. Dipukul Untuk Mundur

Hubungan Almeda dan Gema semakin dekat dan lebih erat. Gema yang begitu perhatian membuat perasaan Almeda semakin tumbuh subur di dalam hatinya. Jika dia sekarang ditanya siapa lelaki yang ingin dia ajak hidup bersama sampai maut memisahkan, maka jawabannya adalah Gema. Terlalu cheesy memang, tapi itulah yang dirasakan oleh Almeda untuk saat ini. Dia yang sulit untuk jatuh cinta, akhirnya bisa merasakan perasaan itu karena Gema yang tak hentinya mengejarnya. “Sayang.” Almeda yang berdiri yang depan kasir untuk membayar pakaian itu menoleh dan mendapati Gema ada di sana. Dan yang membuatnya mengernyit adalah bersama dengan Rosa dan ibunya. Untuk beberapa waktu, Almeda hanya berusaha membaca situasi sebelum senyumnya terbit. Gema tampak salah tingkah, takut kalau-kalau Almeda marah dan salah paham kepadanya. Bahkan tanpa diminta, dia segera menjelaskan. “Sayang, aku ….” Namun, seperti sebuah kesempatan besar, ibu Gema segera memotong ucapan Gema dan berbicara kepada Almeda. “Almeda
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

Part 143. Gadis Itu Lagi

Almeda selama ini mampu menantang dunia dengan caranya. Dia hidup mandiri sejak kecil. Nenek kakeknya mengajari bagaimana menghadapi kerasnya dunia dengan cara yang luar biasa. Mengeluh tidak ada dalam daftar sifatnya. Jika orang tua Gema ‘menyalahkannya’ karena dia tak pernah bertemu atau bahkan mengenal orang tuanya, maka itu bukan salahnya. Dia tak meminta dilahirkan dengan cara seperti itu. Tapi satu yang pasti, dia tak pernah menyalahkan siapapun karena kehidupannya yang dulu serba kekurangan. “Aku dengar dari Axel, hubungan kamu dengan Gema sedikit mengalami kesulitan.” Permata yang baru saja menidurkan Moza itu segera berbicara. Almeda sedang mengunjungi Permata di rumahnya untuk melepas rindu kepada keponakan kesayangannya. “Bukan hanya sedikit, aku rasa nggak akan mudah.” Almeda tidak melebih-lebihkan. “Ternyata, kamu memang beruntung mendapatkan mertua orang tua Axel. Meskipun dulu ada Leona, tapi mereka dengan tangan terbuka menerima kamu.”“Itu karena Angkasa. Aku rasa
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Part 144. Lima Ratus Juta

“Katakan, jebakan seperti apa yang akan dilakukan oleh Tante?” Kini mereka sudah ada di sebuah warung pinggir jalan. Lebih tepatnya, warung seblak. Kelly meminta Almeda untuk mentraktirnya seblak. Tidak, dia sebenarnya akan beli sendiri. Dia hanya membutuhkan teman, maka dari itu dia merecoki Almeda. Kampret memang. Kelly mengedikkan bahunya tak acuh. Terlebih lagi, saat seporsi seblak sudah diantarkan di mejanya. Almeda sih tidak makan karena dia sudah kenyang. Hanya memesan es kelapa muda saja. “Jangan main-main, Kelly.” Almeda merasa dipermainkan saat Kelly hanya menjawabnya dengan kedikan bahu saja. Ini sudah malam, Almeda mungkin bodoh hanya karena ucapan Kelly yang bisa saja membohonginya, dia sudah bersedia untuk menemani bocah itu. Dengan sebuah bayaran dia mendapatkan sedikit saja informasi dari Kelly. Barangkali ada hal yang mungkin akan membahayakan hubungannya dengan Gema. “Aku nggak bohong, Kak.” Wajah Kelly memerah karena rasa pedas yang sudah menguasai mulutnya. En
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

Part 145. Bingung

Almeda pernah merasakan sakit karena kehidupannya yang serba kekurangan di masa kecilnya. Hidup dengan nenek kakeknya yang sudah tua, membuatnya tidak selalu bisa mendapatkan yang dia inginkan. Dengan kehidupan yang seperti itu, tak pernah sekalipun dia mengeluh. Dia selalu memiliki keinginan untuk mengubah nasib buruk itu di kemudian hari. Saat kakeknya meninggal, lalu tak selang lama neneknya menyusul, perasaan Almeda menjadi sakit luar biasa. Rasa kehilangan yang dibawa sampai saat ini membuatnya ingin selalu membuktikan kepada dirinya jika dia bukan orang yang mudah menyerah. “Kenapa melamun? Makananmu nggak enak kalau diaduk terus seperti itu.” Denial yang sejak tadi hanya melihat Almeda mengaduk sarapannya pun segera menegur gadis itu. “Ada apa lagi?” Denial jelas tahu kalau ada yang tidak beres dengan Almeda. Terlebih lagi mengingat jika semalam, Almeda pulang cukup telat dan langsung masuk ke dalam kamar. “Ibu Gema membeliku.” Almeda menjawab dengan ringan. “Dia memberiku
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

Part 146. Sedikit Salah Paham

“Kenapa dia datang?” Pertanyaan itu membuat Gema merasa kepalanya pusing tiba-tiba. Jawabannya memang cukup mudah. Tapi entah bagaimana sulit untuk diucapkan. Gema masih mematung di tempatnya, dan tatapannya tak teralihkan sedikitpun dari Almeda. “Sayang ….”“Jawab dulu. Aku barusan bertanya.” Almeda keras kepala. Dia paling tidak suka pertanyaannya tak kunjung mendapatkan jawaban. Gema menarik napasnya panjang sebelum mengangguk dan bersuara. “Katanya dia tadi habis meeting di restoran dan datang membawakan makan siang,” jelasnya kepada Almeda. “Lalu kalian makan siang bersama?” Almeda memahami. Almeda tidak marah selama Gema mau berterus terang. Tadi pun dia hanya melihat Rosa dari kejauhan. Mereka tidak saling bertemu apalagi saling melontarkan kata-kata yang tidak perlu. Tapi melihat Rosa datang ke Infinity, tentu saja dia tahu jika tak mungkin menemui orang lain selain Gema.Gema menjelaskan semuanya kepada Almeda lalu meminta maaf. “Aku beneran kaget pas dia tiba-tiba saja
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Part 147. Adu Domba

Almeda baru saja keluar dari dalam mobil ketika Gema mendekatinya. Tidak ada kata yang mereka katakan saat saling berhadapan. Denial yang melihat tingkah dua orang di depannya itu hanya menggelengkan kepalanya miris. Lalu dia bersuara, “Kalian yang masuk atau aku yang masuk.” Pasalnya, dia tak sudi melihat adegan tidak penting di depannya. Almeda yang melihat Denial tengah menatap ke arahnya pun hanya mengedikkan kepalanya tanda Denial yang harus masuk. Maka lelaki itu segera masuk ke dalam dan meninggalkan dua orang yang punya kepentingan tersebut. Setelah Denial tidak ada di sana, Almeda bersuara. “Duduk aja. Aku capek kalau harus berbicara sambil berdiri.” Lalu dia pergi dari tempat itu menuju teras. Duduk di kursi teras diikuti oleh Gema. “Kenapa datang? Sudah punya jawaban?” tanya Almeda tanpa basa-basi. “Iya,” kata Gema dengan serius. “Sejak awal aku juga udah tahu kalau aku maunya sama kamu. Tapi aku tahu kalau siang tadi aku memang salah,” akunya, “aku minta maaf.” Almeda
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Part 148. 1:1 

Gema tentu saja merasa darahnya mendidih ketika mendengar kenyataan yang dibeberkan oleh Almeda di depannya. Inilah pasti yang gadis itu katakan ketika dia bilang ada kejutan yang akan diberikan. Ibunya ternyata sudah melangkah sejauh itu untuk membuat dirinya putus dengan Almeda. Dengan uang? Pasti ibunya tidak paham dengan siapa dia berhadapan. “Mama melakukan ini demi kamu, Gem. Demi kamu.” Suara perempuan itu menggema di seluruh ruangan. Wajahnya sudah memerah dengan emosi yang sudah meninggi. “Kamu pikir kalau kamu menikah dengan perempuan yang tidak jelas asal-usulnya ini kamu akan bahagia? Ingat juga keturunan kamu.” “Tante bilang saya tidak jelas asal-usul saya?” Almeda membenci kata-kata itu. Dia kesal luar biasa tapi pembawaannya yang tenang dan anggun pun mau tak mau mengusik beberapa orang yang ada di sana. “Saya dilahirkan dalam sebuah pernikahan yang sah. Saya memang tidak tahu bagaimana rupa orang tua saya. Tapi nenek dan kakek saya mendidik saya dengan cara yang bena
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Part 149. Dia Adalah Anak Itu

Gema merasa, perasaannya kepada Almeda sudah sangat dalam. Dia jatuh cinta dengan gadis itu terus menerus seolah dia baru saja bertemu lalu merasakan cinta untuk pertama kalinya. Mempertahankan gadis itu adalah hal yang paling harus dilakukan untuk saat ini meskipun jalannya tidak mudah. “Dulu, Tante sama Om, apa bisa gitu aja nerima Permata?” Hari ini dua sahabat itu duduk berdua di sebuah restoran. Axel dan Gema. Sudah lama rasanya tidak nongkrong berdua. “Iya. Tapi ya gitu, pada awalnya ada sedikit keraguan dari bokap, tapi setelah tahu Angkasa yang tampangnya gue banget, jadilah mereka nggak ragu lagi.” “Maksud gue, lo tahu latar belakang Permata yang memang nggak jauh beda dari Almeda. Mereka sama-sama ditinggalkan orang tua mereka saat masih sangat muda.” “Orang tua gue nggak mikir sampai sana. Mungkin mereka pada awalnya mempertimbangkan juga. Tapi Permata pun sebenarnya nggak mau dalam posisi seperti itu. Permata juga udah cerita sama gue kalau memang orang tuanya meningga
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more

Part 150. Rencana Pernikahan

Mungkin inilah ikatan batin antara seseorang yang memiliki ikatan darah. Marta tentu saja tidak pernah menyangka kalau dia akan bertemu dengan sosok yang bisa membuat ketenangannya terusik. Seandainya benar jika Almeda adalah putrinya, apa yang akan dia lakukan? Segera mengakui kalau dia ibunya? Atau justru tidak perlu mengaku? Kesampingkan segala pikiran Marta yang tengah kalut. Karena Almeda justru tengah menikmati hidupnya. Malam ini, untuk pertama kalinya dia datang ke apartemen Gema. Gema yang mengundangnya langsung. Menunjukkan tempat tinggalnya kepada sang kekasih. “Aku nggak nyangka kalau kamu bisa masak.” Almeda kini berada di dapur Gema, membuat makan malam untuk mereka berdua. Gema hanya duduk di kursi tinggi di meja bar sambil memperhatikan kekasihnya sibuk dengan alat-alat dapur. “Aku bisa, hanya saja aku malas. Dulu waktu aku masih muda, Nenek - kakekku masih ada, aku udah diajari masak sama Nenek. Dan waktu Nenek sakit, aku yang berperan menjadi ibu rumah tangga di
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
30
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status