Semua Bab Dicampakkan Setelah Malam Pertama: Bab 121 - Bab 130

298 Bab

Part 121. Rencana Hidup

“Mami, boleh Angkasa main basket sekarang?” Setelah dari halaman belakang, Angkasa datang memutus ‘ketegangan’ yang terjadi antara ibu dan ayahnya. Bocah itu menatap ketiga orang yang tampak serius tersebut dan menutup mulutnya rapat-rapat. “Jangan lama-lama. Karena Oma dan Opa akan datang.” Axel yang menjawab. “Siap, Papa.” “Mau Om temani?” Alvan menawarkan diri. “Nggak seru dong kalau main sendiri.” “Yey. Boleh Om.” Angkasa langsung menarik tangan Alvan untuk meninggalkan ruangan besar tersebut menuju halaman rumah. Meninggalkan Permata dan Axel yang akan menyelesaikan urusan mereka berdua. Mendapatkan semua ini tentu tidak pernah ada dalam kepala Permata. Dia hanya ingin menikah dengan Axel karena dia ingin memberikan keluarga yang utuh untuk putranya. Tapi melihat semua surat-surat ini membuat kepalanya tiba-tiba saja pusing. Bahkan dia merasa tidak tahu apa yang harus dia katakan. “Mas,” panggil Permata pada Axel setelah beberapa saat. “Kamu benar-benar ingin melakukan ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-04
Baca selengkapnya

Part 122. Rencana Ke Dokter

“Kalau mau gila, gilalah sendiri.” Denial menjawab ringan seolah ucapan Almeda bukan berarti apa-apa. Sebenarnya dia tak masalah kalaupun harus menikah dengan Almeda. Tapi pernikahan macam apa yang tidak didasari dengan cinta? Waktu yang mereka miliki masih panjang. Di luar sana, mereka akan mendapatkan cinta yang sebenarnya. Almeda pun terkekeh mendengar jawaban dari Denial. Mereka benar-benar sudah seperti saudara kandung. Sempat memikirkan tentang menikahi Almeda di masa lalu, membuat Denial memahami jika sesuatu yang tak seharusnya memang tidak perlu dilakukan. “Tapi, kamu benar-benar akan menikah setelah aku? Seperti seorang kakak yang menunggu dan memastikan adiknya bahagia, barulah dia akan melangkah untuk menikah.” “Inginnya sih begitu, tapi semua tergantung Tuhan. Kalau memang jodohku datang duluan, aku akan tetap mendampingi kamu.” Sejak dulu mereka hanya hidup bersama bertiga sebelum Angkasa lahir dan menjadi berempat. Sejalannya waktu mereka harus ‘terpisah’ untuk mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-04
Baca selengkapnya

Part 123. Marah Tak Jelas

“Tidak ada yang salah di antara Ibu dan Bapak.” Itu kata dokter yang memeriksa Permata dan Axel. Dokter itu tersenyum menenangkan. “Memang begitulah kadang-kadang, Pak, Bu. Ada yang sekali langsung jadi. Ada yang bahkan harus menunggu sampai bertahun-tahun baru dikasih. Namanya juga rezeki.” Permata lantas melirik Axel yang ada di sampingnya seolah bilang, ‘Aku bilang juga apa’ pada sang suami. Axel pun hanya diam saja tanpa memberikan tanggapan. “Tidak perlu khawatir, Pak. Kalau seandainya ada yang salah di antara Ibu dan Bapak, maka sudah pasti Ibu dan Bapak tidak akan bisa punya anak. Tapi buktinya, putra kalian tampan sekali.” Benar. Yang dikatakan oleh dokter memang benar. Tapi terkadang ketidakpuasan yang dirasakan oleh manusia di samping Permata itu tampak nyata. Daripada mereka menebak-nebak kenapa dan ada apa, lebih baik langsung memastikan kepada dokter. Jika seperti ini, semua sudah jelas jika tidak ada hal yang buruk terjadi. Dan semua itu hanya perkara rezeki. Kapan da
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-05
Baca selengkapnya

Part 124. Perang Dingin

Selesai makan malam, pasangan yang biasanya tampak akur itu kini seperti orang yang tak saling mengenal. Angkasa bahkan sesekali menatap ibu dan ayahnya secara bergantian karena merasa heran. Tapi bocah itu memilih diam dan menyimpan keheranannya seorang diri. Setelah memastikan Angkasa tidur, Permata masuk ke dalam kamar dan melihat Axel sudah berbaring memunggungi dirinya. Permata menggelengkan kepalanya merasa heran dengan kelakuan sang suami. Idenya tiba-tiba keluar saat dia berpura-pura menerima panggilan dari Almeda. “Halo.” Hanya mendengar Permata berbicara satu kata itu saja, Axel tampak menegang. Sengaja tidak ikut naik ke ranjang, Permata duduk di sofa sambil sesekali menatap sang suami dari tempatnya. “Kenapa kamu nggak bilang tadi pas kita ketemu. Axel udah tidur, aku nggak bisa minta izin. Ngga minta izin diam-diam keluar? Oh, sebenarnya nggak buruk juga sih.” Acting Permata yang hanya seperti itu saja membuat Axel sudah panas dingin. Berpura-pura tak tahu kalau sang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-06
Baca selengkapnya

Part 125. Menguping

Permata yang tadinya tersenyum, seketika mengerutkan bibirnya. Angkasa memiliki perasaan yang sangat peka terlebih lagi dengan kedua orang tuanya. Setelah mengatakan itu, Angkasa pergi meninggalkan Permata seorang diri di ruang keluarga. Membuat Permata termenung seorang diri. Tanpa dia sadari, Axel pun mendengar itu. Lelaki itu menatap istrinya dari balik lemari besar dalam diam. Meskipun mereka sama-sama merasa bersalah, tapi tidak ada dari mereka yang ingin mengakhiri perang dingin tersebut. Bahkan saat ini ketika mereka sama-sama berada di dalam kamar yang sama, tidak ada yang ingin mengakhiri keheningan tersebut. Bahkan mereka sama-sama duduk di ranjang yang sama. “Sampai kapan kamu akan mendiamkanku?” tanya Axel pada akhirnya. Tak tahan diabaikan oleh Permata. “Kenapa kamu memperlakukanku seolah aku nggak terlihat di matamu.” Axel menoleh pada Permata yang tengah fokus pada tabnya. “Dicurigai itu nggak enak,” jawab Permata tanpa menatap Axel sedikitpun. “Aku membutuhkan waktu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-06
Baca selengkapnya

Part 126. Milikku Tak Boleh Diganggu 

“Mas!” Panggilan itu membuat Axel menoleh dan mendapati Permata berdiri tak jauh dari tempatnya. Axel terkejut luar biasa. Tapi perempuan yang ada di samping Axel memberikan reaksi yang berbeda. Tidak suka dan tampak tidak bersahabat. “Kamu datang?” Axel tersenyum kecil namun tak ayal, perasaannya pun takut luar biasa. Dia berpikir lagi apakah dia tadi mengeluarkan kata-kata yang akan memperburuk hubungannya dengan Permata. Takut kalau Permata salah paham. Namun tidak, Permata mendekat pada Axel dan berdiri di samping lelaki itu. Bukan hanya itu, dia juga menunjukkan kepemilikan yang hakiki untuk sang suami. Permata memeluk lengan Axel dengan erat. “Apa masih ada meeting lagi?” tanyanya. Namun dia justru menatap ke arah perempuan yang ada di depannya itu. “Udah nggak ada. Kamu sudah dari tadi?” tanya Axel masih tampak tidak tenang. “Aku tadi juga ke Flame. Tapi kamu nggak ada di kantor. Kamu ke mana?” Axel memfokuskan perhatiannya pada sang istri dan seolah tidak ada orang lain d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-07
Baca selengkapnya

Part 127. Mengalah

Orang bilang, cemburu tanda cinta. Tapi jika kecemburuannya begitu besar, itu akan menjadikan sesuatu yang menyebalkan. Itu yang dirasakan oleh Permata sekarang. Permata menggenggam tangan Axel. “Cobalah untuk mengendalikan perasaanmu, Mas. Hilangkan semua ketakutan itu. Aku ada di sini, dan akan ada di sini bersama denganmu.”Perang dingin yang terjadi beberapa hari ini membuat Permata merasa kasihan dengan Axel karena dia sengaja mengabaikannya. Dia tidak ingin melakukan itu pada awalnya. Tapi begitulah Permata ingin menyelesaikan masalahnya. “Permata, aku benar-benar takut.” Setelah tidak mengatakan apa pun, pada akhirnya Axel bersuara. “Kamu tahu, ketakutan terbesarku sekarang adalah kehilangan kalian. Kamu dan Angkasa. Aku berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk rumah tangga kita. Tapi setiap kali mendengar kamu pergi, kamu bertemu dengan orang lain, itu benar-benar membuat kekhawatiranku meningkat.” Permata menarik Axel untuk duduk di sofa. Menatap lelaki itu lekat dan ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-08
Baca selengkapnya

Part 128. Mundur Dari Pekerjaan

“Kamu benar-benar sudah yakin?” tanya Axel saat Permata sudah mengatakan keputusannya pada sang suami. Menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya juga pekerjaan yang mulia. Dan Permata sudah siap menjalankannya. “Aku sudah membicarakan kepada Almeda dan Denial. Mereka menyetujui meskipun aku tahu tidak mudah menerima ini.” Permata sudah mengorbankan karirnya demi Axel. Jika Axel masih bersikap kekanakan, mungkin Permata bisa murka. “Berjanjilah satu hal, Mas,” lanjut Permata, “Aku sudah berjalan sejauh ini untuk rumah tangga kita. Aku sudah merelakan semuanya. Tolong jangan meragukan apa pun lagi dariku.” Dengan sifat keras kepala permata yang Axel tahu selama ini, dia tak pernah menyangka kalau sang istri rela mengambil keputusan yang sulit. Itu jelas menunjukkan jika Permata bukan perempuan yang ingin menang sendiri. Jika sebelumnya dia marah karena Axel cemburu dengan hal yang tidak seharusnya, itu karena dirinya memang tidak melakukannya. Axel tak bisa menahan dirinya untuk tidak me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-09
Baca selengkapnya

Part 129. Axel Berlebihan

“Kacau!” Permata menggelengkan kepalanya miris saat mendengar ucapan Axel. Setelah mereka menikah, ada saja kosakata menggelikan yang diciptakan oleh Axel untuk Permata. Dan semuanya menjurus pada kegiatan primitive. Axel hanya tersenyum dan menyelesaikan makannya. Menarik Permata untuk semakin mendekat ke arahnya kemudian memeluk pinggang perempuan itu. Dagunya ditumpukan pada pundak Permata lalu matanya memejam erat. Menikmati waktu kebersamaan mereka. “Aku khawatir Angkasa akan memiliki penyakit turunan seperti ini nantinya.” Permata memilih menyandarkan tubuhnya pada tubuh Axel dengan nyaman. “Itu akan menyusahkan untuk pasangannya kelak.” “Bahkan ada tandanya sekarang.” Alih-alih menolak, Axel justru mengakui itu. “Angkasa itu sudah terlihat kalau dia juga posesif. Mungkin belum pada hal-hal lain, tapi apa pun yang itu adalah miliknya, dia akan menjaganya dengan baik dan akan langsung tahu kalau dia kehilangan sesuatu.” Bapak dan anak sama saja. Jika itu Permata, dia sudah m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-09
Baca selengkapnya

Part 130. Hamil Anak Kedua

“Mas, aku hamil!” Teriakan dari dalam kamar mandi membuat Axel segera meninggalkan laptopnya bermaksud menerobos masuk ke dalam sana. Sayangnya, pintu itu terkunci dan membuat Axel hanya sanggup mengetuk pintunya. “Sayang, buka dulu pintunya,” katanya. Dia juga ingin segera melihat kebenaran yang dikatakan oleh Permata. Kata-kata hamil adalah sesuatu yang ingin sekali didengar oleh Axel. Dia sudah menantikan beberapa bulan untuk itu. Tak lama, pintu terbuka menunjukkan sosok Permata di depannya. Perempuan berdaster itu segera mengacungkan alat tes kehamilan ke arah Axel agar lelaki itu bisa melihatnya. Axel menerima dan melihat dengan seksama dua garis merah yang ada di sana dengan tangan bergetar. “Sayang, aku nggak sedang mimpi, kan?” tanyanya memastikan lagi. “Ini betulan. Ini pasti betulan.” Senyum Permata terbit sebelum dia memeluk Axel dengan erat. Menenggelamkan wajahnya pada dada Axel dan Axel membalas pelukan tersebut. Mereka benar-benar bahagia. Angkasa pasti juga akan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
30
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status